3. Assistant

10.3K 854 72
                                    

🌷  🌷  🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷 🌷 🌷

"Ke mana asisten baru itu?" Manajer Wang Yibo, Qian Minhai, sudah bertanya sejak lima belas menit yang lalu. "Sebenarnya dia berniat kerja tidak, sih!" gerutunya sambil mondar-mandir di ruang ganti artis. "Sudah hampir siang dan asisten baru itu belum muncul juga, padahal kita ada syuting iklan dan kegiatan lainnya."

Wang Yibo telah selesai mempersiapkan dirinya dan saat ini yang sedang dilakukan timnya adalah menunggu asisten baru yang belum tiba.

Semalam Xiao Zhan bersikeras ingin pulang ke rumah lamanya. Tampak sekali bahwa pria manis itu enggan tinggal satu atap bersama Yibo, terutama saat kedua orangtua mereka tidak ada. Tidak ada yang bisa dilakukan Yibo selain membiarkan pria manis itu berbuat sesuai keinginannya. Bukan berarti ia melepaskannya. Ibaratnya Yibo sedang mengendurkan tali terhadap kakak tirinya sebelum akhirnya ia menarik kemudian mengikat pria manis itu di sisinya untuk jangka waktu lama.

"Apa yang membuatmu senang?" sembur Minhai kepada Yibo yang kedapatan sedang senyum sendiri. "Kudengar dia kakak tirimu, bukan? Ayahmu yang mempekerjakannya. Lalu kenapa dia tidak datang bersamamu? Dan kenapa kau kelihatan santai sekali?"

Yibo mengangkat bahu tak acuh. "Semalam dia tidak tidur bersamaku."

Tiga orang kru termasuk manajernya membelalakkan mata terkejut mendengar penyataan tersebut yang terkesan ambigu.

"Hei, bocah! Jaga mulutmu itu!" omel Minhai. "Apa kau ingin menciptakan skandal?"

Yibo mendengus tidak peduli. Tapi skandal dengan seorang kakak tiri terasa luar biasa dan menyenangkan.

"Atau kita tinggalkan saja dia," imbuh si fotografer. "Biarkan dia menyusul ke lokasi syuting."

"Dia sedang dalam perjalanan ke sini," Yibo menjawab cepat-cepat. "Akan merepotkan kalau dia menyusul ke lokasi syuting."

Minhai menjadi tidak sabaran. "Jika di hari pertama saja dia sudah berani membuat kita menunggu untuk apa diterima?" Ia melirik pada Yibo. "Kalau bukan ayahmu yang mempekerjakannya aku pasti sudah memecatnya sekarang juga!"

Yibo tampak tidak peduli. Dengan santai ia mengamati kukunya.

Lima menit berlalu dan asisten yang ditunggu masih belum tiba juga.

Kalau saja lantai yang diinjak oleh Minhai terbuat dari pasir tentu jejak mondar-mandir lelaki itu sudah sangat banyak tercetak di atasnya. Ia mengerang tak sabaran sambil mengacak rambutnya.

"Sudah-"

"Maaf, aku terlambat!" Sebuah suara yang terdengar asing menyapa pendengaran setiap orang dalam ruang rias tersebut.

Hampir serentak seluruh orang itu memalingkan pandangan ke arah seorang pria yang baru tiba di depan mereka. Penampilannya tidak terlihat seperti pria berumur dua puluh lima tahun. Celana jeans, kaos putih bergaya lengan digulung, disertai tatanan rambut yang disisir ke bawah hingga menutupi kening, tentu mengecoh perhatian semua orang.

THE DOMINANT [END PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang