RUANG LATIHAN
Lea dan Dita melakukan latihan seperti biasanya.
"Kenapa anak itu belum datang ?" Tanya Lea pada dirinya melihat Jinny belum juga muncul.
Lea kemudian menanyakan hal yang sama kepada Dita karena mereka satu kamar, jadi setidaknya Dita tahu apa yang dilakukan Jinny saat ini.
"Jinny masih tidur saat kita berangkat tadi" Jawab Dita. "Lea unnie, boleh aku bertanya ?" Sambung Dita.
"Soal Jinny ?" Tanya Lea balik yang membuat Dita mengkerutkan dahinya.
"Unnie kamu bisa membaca pikiranku ?" Dita memasang muka serius.
"Sudah terbaca dari wajahmu. Kamu mau tanya apa soal Jinny ?"
Dita awalnya ragu, tapi dari pada dia terus terganggu dengan rasa penasarannya akhirnya membuka suara juga.
"Sejak unnie menggenal Jinny, apa memang kebiasaan dia tidur hanya dengan kaos oblong dan celana dalam ?" Dita tampak malu karena pertanyaannya sedikit pribadi.
"Yah...mana aku tau, aku memang mengenalnya sudah lama, tapi aku tidak pernah melihatnya tidur. Hahahahahahaha, itu sangat lucu, anak itu benar-benar tidak jaga image sama sekali" Lea masih tertawa membayangkan Jinny yang tidur hanya menggunakan celana dalam. "Apa kamu merasa terganggu Dit ?".
"Tidak, mungkin karena aku tidak terbiasa saja" Dita bertambah malu.
"Hey, kamu dan Jinny sama-sama perempuan, kenapa mesti malu...itu kan hal biasa, apa kamu...?" Lea menghentikan kalimatnya yang membuat Dita merasa ada yang harus diselesaikan.
"Unnie, kamu berpikir terlalu jauh, aku hanya tidak biasa melihatnya" Pipi Dita memerah. Dita mencoba menghindar dari pandangan intimidasi Lea.
"Hahahahahah bukan itu maksudku Dit. Apa kamu merasa tidak nyaman ? Itu yang mau kutanyakan, tapi aku rasa sudah menemukan jawabannya, kamu memang terlihat tidak nyaman, coba nanti aku bicara dengan Jinny"
"Tidak perlu unnie, aku rasa aku yang harus menyesuaikan diri" Kata Dita panik.
Selagi Lea dan Dita masih ngobrol, Jinny datang dengan wajah cerah. Jinny menyapa Lea dan Dita dengan senyum yang begitu manis.
"Good morning..., maaf aku terlambat" Begitu sapa Jinny dengan santainya.
"Jinny, hahahahahaha" Tawa Lea menggema.
"Why ?" Raut wajah Jinny mulai penasaran.
Ah Lea unnie, dia pasti tidak tahan untuk tidak mengolok Jinny. Aku menyesal sudah menanyakan ini padanya. Dita melihat Lea mulai membuat kekacauan.
"Jangan-jangan kalian sedang membicarakanku ?" Tanya Jinny lagi.
"Tidak kok, kami hanya membicarakan celana dalam" Tawa Lea semakin menjadi-jadi.
Mendengar perkataan Lea, Dita bergegas menjauh dari Lea sebelum terlanjur malu dan menyibukkan dirinya dengan melanjutkan latihannya.
"Maksudnya ?" Jinny masih tidak mengerti.
"Jangan dipikirkan, aku hanya merasa lucu saja. Ayo kita mulai dari awal latihannya" Ajak Lea kemudian.
Mereka bertiga kemudian fokus dengan latihan mereka dan melupakan obrolan tadi.
***
PUKUL 21.13
Lea, Dita dan Jinny terlihat berkeringat dan kehabisan tenaga. Mereka memutuskan untuk mengakhiri latihan hari itu. Lea yang tidak bisa menahan rasa kantuk setelah beristirahat meminta izin pulang lebih awal.
"Ada yang mau pulang denganku ?" Tanya Lea kepada Jinny dan Dita yang masih mendinginkan tubuhnya di depan kipas.
"Sebentar lagi" Dita dan Jinny menjawab bersamaan, membuat keduanya saling melirik.
"Lihatlah kalian memang berjodoh, menjawab saja bersamaan gitu" Lea mulai beraksi lagi. "Baiklah, berarti aku pulang sendiri, kalian jangan lupa makan malam, khususnya kamu Jin, kamu paling tidak bisa menahan lapar kan" Sambung Lea sembari menuju pintu ke luar.
Setelah bayangan Lea menghilang dari balik pintu, suasana ruang latihan menjadi sunyi, Dita maupun Jinny hanya terdiam, mereka pura-pura sibuk dengan Hp mereka. Dita tidak terbiasa memulai percakapan, apa lagi dia dan Jinny belum terlalu akrab. Begitu pun Jinny, dia merasa canggung untuk menyapa Dita lantaran pertemuannya yang terkesan kacau. Tiba-tiba suara tidak asing terdengar dari perut Jinny. Dita melihat ke arah Jinny yang memegang perutnya.
Dasar perut tidak bisa diajak kompromi, kan malu didengar Dita, huh. Keluh Jinny dalam hati yang kemudian memalingkan wajah dari tatapan Dita.
Dita bangkit dari duduknya, dia menerima sebuah telpon. Dita ke luar beberapa saat dan kembali dengan membawa bungkusan berukuran sedang. Ternyata Dita memesan dua porsi ayam goreng melalui jasa antar makanan cepat saji.
Dita menghampiri Jinny yang masih berbaring di lantai sambil mengotak-atik hp.
"Jinny, ayo kita makan bareng" Ajak Dita dengan canggung.
Jinny terkejut dan langsung mengambil posisi duduk menghadap Dita "Maaf aku sedikit terkejut" kata Jinny memperbaiki duduknya dan melihat Dita menyodorkan sebuah box bertuliskan chicken. Mata Jinny langsung berbinar-binar lantaran itu adalah makanan favoritnya.
"Kapan unnie memesan ini ? Ini kesukaanku" Kata Jinny dengan nada antusias.
"Really ? Ini juga favoritku" Balas Dita dengan semangat.
"Daebak man..." Kata Jinny lagi sambil membuka box di hadapannya dengan gairah.
"Terima kasih Dita" Jinny sumringah dan makan dengan lahapnya.
Melihat Jinny yang makan begitu lahapnya membuat Dita tersenyum dan merasa lucu sendiri dengan cara makan Jinny.
Suasana menjadi cair, Dita tidak canggung lagi berbicara dengan Jinny yang ternyata sangat asyik diajak ngobrol. Begitu pula Jinny, dia merasa Lea ada benarnya juga, Dita memang manis dan baik, meski masih berhati-hati dalam berbicara, tapi cara dia memperlakukan orang lain sangat menyentuh hati siapapun, sulit untuk menolak menjadi temannya.
Aku mulai menyukai anak ini, dia begitu manis, sopan dan baik. Ah bicara apa aku ini, seolah-olah aku ini.... Sadar Jin...sadar...
Jinny berusaha menyadarkan dirinya yang mulai berpikir terlampau jauh.
Jinny dan Dita menikmati makanannya sambil mengobrol dengan begitu banyak topik, mereka terlihat mulai nyaman satu sama lain, bahkan terlihat seperti kawan lama yang baru bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine
FanfictionKarakter dan peristiwa terinsprasi dari member Secret Number; Dita, Jinny, Lea, Soodam dan Denise. Especially Dita dan Jinny. Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan ( typo ), author lagi gabut jadi iseng-iseng nulis. _______________________________...