Sejak Denise bergabung, hubungan Dita dan Jinny semakin renggang. Denise selalu menjadi alasan untuk Dita menghindari Jinny, bahkan Dita kini lebih dekat dengan Denise. Hangout bareng, shopping, nonton, segala hal yang pernah dilakukannya bersama Jinny, sekarang digantikan oleh Denise.
Sore itu menjadi sore terkelam untuk Jinny. Bagaimana tidak, dia hanya bisa menonton Denise dan Dita bermain basket, keduanya bahkan memperlihatkan adegan mesra yang membuat Jinny begitu cemburu. Jinny ingin sekali pergi dari tempat itu, tapi dia sadar itu akan membuat yang lain merasa tidak nyaman.
"Unnie, kau bisa bermain game ini ?" Jinny menunjukkan koleksi game mobile miliknya kepada Lea.
"Aku tidak main game"
"Ini seru, coba unnie download biar kita bisa main sama-sama" Bujuk Jinny yang mencoba mengalihkan perhatiannya dari Dita dan Denise.
"Nanti saja" Jawab Lea yang tidak bisa merasakan situasi penuh kecemburuan.
"Baiklah" Jinny mencoba mengalihkan perhatiannya dengan mendengarkan musik. Dia menyenderkan kepalanya di pundak Lea lalu memejamkan mata, sad girl katanya membatin.
***
Jinny sedang menulis lagu yang menjadi aktivitas favoritnya, di sebelahnya ada Denise yang sedang memainkan gitar dan Dita menjadi penikmatnya.
Gelak tawa dan canda Dita dan Denise membuat Jinny tidak nyaman, beberapa kali dia harus melihat betapa bahagia mereka, tapi hanya membuatnya cemburu. Setiap kali ingin bergabung suasana akan berubah, Dita menjadi sosok yang pendiam, hanya sesekali bersuara. Hal itulah kemudian yang menyebabkan Jinny sungkan untuk bergabung dengan Denise jika ada Dita.
Denise ke luar menuju dapur bermaksud mengambil beberapa minuman karena tenggorakannya mulai terasa kering setelah menyanyikan lebih dari tiga lagu. Kini hanya Jinny dan Dita di kamar yang tidak luas itu. Suasana terasa senyap.
"Unnie, aku tahu kamu masih marah, tapi kumohon jangan hindari aku. Jika boleh, mari kita lupakan peristiwa itu dan mulai dari awal, aku akan mengabaikan perasaanku padamu" Jinny mencoba memperbaiki hubungannya dengan Dita.
"Aku tidak marah, aku hanya bingung, beri aku waktu untuk memahaminya" Jawab Dita dengan pelan.
Keduanya berbicara, namun tak saling pandang. Jinny berpura-pura sibuk dengan coretannya, sedang Dita mencoba memainkan gitar Denise.
"Unnie, bisakah kau bersikap sama denganku seperti kau bersikap ke Denise ?" Pinta Jinny.
"Aku akan mencobanya" Jawab Dita datar.
"Apa kau membenciku ?"
"Tidak"
"Jika kau tidak menyukaiku, setidaknya jangan membenciku. Aku juga butuh waktu menghilangkan perasaan ini" Jelas Jinny dengan sedikit memohon.
Denise datang dengan membawa tiga kaleng minuman. Percakapan Dita dan Jinny terhenti seketika. Denise kemudian membagi minuman yang dibawanya, satu untuk Dita dan satu lagi untuk Jinny.
"Kenapa kalian bersenang-senang tanpaku ?" Lea datang dengan wajah cemberut.
"Bagaimana kami mengajak orang yang masih tidur ?" Ledek Denise.
Suara tawa empat gadis itu pun memenuhi seisi ruangan. Suasana menjadi begitu heboh.
"Nis, katanya besok kamu dan Dita mau ke toko buku ? Boleh aku nitip beli juga ?" Tanya Lea di sela-sela tawa bahagia mereka.
"Kenapa tidak ikut saja unnie biar lebih seru"
"Jinny bagaimana ?" Tanya Lea lagi melihat ke arah Jinny.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine
FanfictionKarakter dan peristiwa terinsprasi dari member Secret Number; Dita, Jinny, Lea, Soodam dan Denise. Especially Dita dan Jinny. Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan ( typo ), author lagi gabut jadi iseng-iseng nulis. _______________________________...