Jinny menarikku tenggelam dalam pelukannya. Mengangkat daguku hingga aku jelas melihat wajahnya. Senyumannya sangat nakal, mataku tak bisa berpaling dari mata indahnya. Perlahan didekatkannya bibirnya ke bibirku, sampai kemudian aku merasakan sentuhan lembut seperti menari memenuhi mulutku. Aku terbawa suasana mengikuti alurnya, membalas dengan lumatan yang tak kalah menggairahkan.
Mulut kami bertaut tanpa jeda membuat nafas kami tersengal, tapi rasanya tak ingin berhenti. Lidah kami saling bertemu, membalas satu sama lain. Tidak peduli dengan bibir kami yang basah, justru mebawa rangsangan itu ke level yang lain. Jinny bergerak ke daguku kemudian diteruskan sampai leher yang membuatku terkejut.
"Aagh !" Erang Dita terbangun dari mimpi yang intim itu. Kemudian mencoba mengembalikan kesadarannya.
Dita berusaha menguasai dirinya dengan mencoba mengubah posisi tidurnya, tapi gerakannya kemudian berhenti karena merasakan sebuah tangan mendekap dirinya. Dita mengangkat tangan itu dari badannya, merasakan dengan teliti siapa pemiliknya.
"Jinny ?!" Dita langsung berbalik melihat sosok itu begitu pulas tidur di ranjangnya.
"Kenapa dia tidur di ranjangku ?" Berusaha mencerna semuanya. "Jangan-jangan tadi itu bukan mimpi ?"
Masih dengan mata yang menahan kantuk, Dita merasakan sebelah kaki Jinny bergerak ke pahanya. Jinny menunggangi Dita seperti bantal guling. Dita membeku ketika tak sengaja tangannya menyentuh kulit paha Jinny karena Jinny terus bergerak. Jelas, Jinny hanya mengenakan kaos dan celana dalam ketika tidur. Dita semakin tak bisa bergerak dan menahan matanya agar tak terpejam untuk berjaga-jaga kalau Jinny tiba-tiba berbuat lebih padanya.
Mata Dita terus terjaga sampai pagi. Dita merasa badannya kaku karena menahan posisi tidur yang sama. Dengan sisa tenaga yang ada, Dita menggeser badannya hingga terlepas dari beban kaki Jinny. Akhirnya dia bernafas lega.
Lama sekali Dita memandangi dirinya di cermin yang ada di kamar mandi, wajahnya basah habis dibasuhnya dengan air. Dia berusaha mengingat apa yang terjadi. "Itu mimpi kan ?" Tanyanya ragu. "Tapi kenapa Jinny ada di ranjangku ?" Masih mencari jawaban dalam ingatannya. Tidak lama seseorang beringsut masuk tanpa memberi tanda-tanda membuat Dita tersentak.
"Jinniiiiiiiii !" Teriak Dita yang sudah menemukan Jinny duduk di closet tanpa rasa malu.
"Maafkan aku, aku sudah tidak tahan"
Teriakan Dita membangunkan Denise dan Lea. Mereka melihat Dita yang ke luar dari kamar mandi dengan wajah begitu syok. Karena penasaran, Denise dan Lea menghampiri Dita yang duduk di sofa mencoba untuk rileks.
"Ada apa sih Dit ?" Tanya Lea.
"Itu tanya dia saja" Jawab Dita mengarahkan jarinya ke Jinny yang baru ke luar dari kamar mandi.
Tiga pasang mata fokus ke Jinny yang berdiri tepat di depan.
"Aku sudah mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban, ya sudah aku langsung masuk karena sudah tidak tahan, lagian pintunya tidak terkunci, tapi ternyata ada Dita unnie di dalam" Jelas Jinny kepada tiga gadis di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine
FanfictionKarakter dan peristiwa terinsprasi dari member Secret Number; Dita, Jinny, Lea, Soodam dan Denise. Especially Dita dan Jinny. Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan ( typo ), author lagi gabut jadi iseng-iseng nulis. _______________________________...