"bah, wang wang wang wanggg wang wang wang wanggg~," ujar wara dengan nada lagu inu no omawari san yang dinyanyikan sama dek nonochan, tujuannya ya meminta sumbangan pada sang abah yang sedang ngopi sambil melihat burung cucak rante, cucak rowo, kenari, love bird, dan satu lagi kesukaan abahnya wara yaitu burung emprit stroberi alias pipit benggala.
"bukannya kemarin udah tak kasih, kok uang lagi,"
"buat buryam, ibuk yang suruh," padahal mah enggak!, ibunya wara nggak pernah nyuruh wara beli bubur ayam, cuma ibunya belum masak aja.
"ra wara, kamu mending ndang sekolah maneh ae offline, pening abah nek kamu ndek rumah ngene ki!," (wara, kamu mending cepetan sekolah offline aja, pening abah kalau kamu dirumah gini!) wara menatap bapaknya bingung, lah aneh. anak gadisnya satu satunya di rumah malah nggak seneng.
kalau offline tuh bakalan paling banyak dia ketemu chevan, kalau online juga ketemu chevan. kenapa dunia harus mempertemukan dia sama chevan?, wae gurae?, dunia punya rahasia apa?. "kaya tetangga sebelah itu loh!, wis dosen, terus ganteng, apikan," puji abahnya wara melirik rumah pak kades yang masih sepi, nggak kaya rumahnya wara yang udah ramai dengan cicit burung.
"halah!, abah nggak preso ancene!, urip wi sawang sinawang bah!, ancen manuk tetangga luweh apik," (halah, abah emang nggak tau, hidup itu lihat melihat, memang burung tetangga lebih bagus).
"maksudmu piye?,"
"hehehe, maksud e like your neighbour so gorong mesti good better than you ngoten loh abah," (heheh maksudnya kaya tetanggamu belum tentu lebih baik dari kamu, gitu abah!) bahasa wara jadi campur campur soalnya abis ngomong masalah 'manuk' tuh langsung abahnya melotot. pasti pikiran abah travelling.
"nyoh, abah bungkus no pisan, ibuk pisan," (nih!, abah sama ibu bungkusin juga) ujar abahnya wara menyerahkan uang seratus ribu. wara langsung happy banget. asique~ bisa nambah cakuwee~~. dengan celana selutut merek naike, kemudian kaos putih, mukanya juga masih beler ga pake apa apa, bare face begitu dia jalan ke bubur ayam pak suhat yang letaknya gak jauh dari rumahnya wara, cuma selisih lima rumah.
dia beli, terus duduk ngantri deh, ngelihatin beberapa kendaraan lalu lalang, walaupun pandemi kaya gini, kan harus tetep kerja biar dapet cuan. sambil ngelamun dan makan cakuwe wara jadi mengalami kecemasan akibat masa depan, ya gimana makin susah cari kerja. "masih pagi loh ini, udah mikir beban hidup aja!, makanya teori kuliah itu di pake," wara nyadar ada yang duduk nggak jauh dari mejanya. itu si dosen yang punya mulut kampret dan pengen wara jadiin rujak cingur. kalau kalian tanya siapa, itu si chevandra arga sudah memakai baju kaya abis basket gitu.
"pak suhat, harusnya tuh yang keringetan begitu nggak diterima nggak sih makan disini?, menganggu estetika banget ye gak?," pak suhat cuma menggeleng pelan sambil tertawa, pertengkaran chevan wara itu udah biasa banget, malah kalau ayem ayem aja itu yang kaya aneh. takutnya keduanya sama sama nyiapin strategi buat perang yang lebih gede lagi.
kalau aja wara bukan anak saudagar kaya, dan chevan bukan anak pak kades, udah di usir kali dari kampung. soalnya ribut mulu, warga desa mengcape.
karena udah selesai bungkusnya, wara langsung aja beranjak buat pulang. ia mengambil bungkusan isi bubur ayam itu kemudian mengucap makasih pada pak suhat, dan melengos kala melihat chevan juga mengambil bungkusannya. "mau bareng kaga?," tawar chevan sedikit mengejar langkah wara.
"emang naik apa?," tanya wara cuma melihat sepeda ontel yang terparkir rapi di dekat gerobak pak suhat.
"naik ontel lah," jawab chevan lempeng. tapi wara nggak lihat ada tempat boncengan di belakang sepeda itu.
"terus gue duduk mana?, di depan sama lo gitu?, idiw!, muntah sekelurahan gue mah!," wara bergidik jijik. chevan yang mukanya awalnya emang biasa aja jadi langsung datar banget.
"siapa juga yang mau bonceng lo di depan, orang gue mau taruh lo di ban-nya," jawab chevan membuat wara melotot, dua detik kemudian chevan lari sambil menahan senyumnya untuk mengambil sepeda ontel yang terparkir rapi itu.
"NGESELIN LO!!,"
pagi pagi pagi! diisi dengan keributan chevan wara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga masa Nikah - WENYEOL
Fanfic"buk, beneran dah!, wara itu nggak ada apa apa sama anaknya pak kades!," - warananda anjani "mam, please!, itu tadi ga sengajaaa!," - chevandra arga kisah klise wara dan chevan yang tetangga-an tapi menikah cuma karena kesalahpahaman satu desa Sem...