Part 3. Gadis Arogan

12 5 1
                                    

     “Saya akan bertanya sekali saja, siapa di antara kalian yang sudah menghubungi polisi?” tanya Charan dengan dada naik turun.

     “Ah, gue!” teriak seseorang dengan suara feminim yang sudah mengangkat tangannya dari dalam kerumunan.

     Ia bergerak maju membelah keramaian. Seorang gadis yang mengenakan seragam sekolah putih abu dan jaket yang tidak dikancing, menyembul dari dalamnya. Di tangan gadis itu, tergenggam payung transparan yang melindungi dirinya dari rinai hujan.

     Remaja putri itu terlihat sangat cantik dengan rambut kuncir hitam panjang yang berayun-ayun saat ia melangkah. Ditambah lagi, dengan kaki jenjang dan kulit putih, tetapi sayangnya Charan tak tertarik dengan segala kelebihan yang dimiliki gadis di depannya itu.

     “Aku yang menelepon. Sekarang, mana hadiahnya?” Gadis itu menggoyang gawai dan menjulurkan tangannya di depan Charan.

     Charan bergeming, sebelah alisnya terangkat. Ia sedang meneliti gadis macam apa yang berdiri dengan dagu terangkat. Sikap menantangnya itu benar-benar membuat Charan tertarik karena seumur hidupnya, belum ada gadis yang sangat berani berdiri tegak di depan Charan, kecuali adiknya sendiri.

     Pemuda itu melengos, memalingkan wajah ketika melihat kancing baju bagian atas yang terbuka, rok di atas lutut dan bibir merah yang dapat menggoda semua laki-laki yang melihatnya, tetapi tidak dengan Charan.

     Charan menyilang kedua tangan di depan dadanya. “Hei, gadis arogan. Harus ada batasan untuk kebodohanmu itu!” serunya.

     Kedua alis gadis itu bertaut, ia menurunkan tangannya ke samping paha, “Maksud lo apa?”

     Charan tersenyum miring, sebelah sudut bibir kanannya lebih tinggi daripada sudut bibir kiri, tangannya bergerak menunjuk ke arah petugas intel yang sudah ia lumpuhkan.

     “Kamu lihat laki-laki tua di sana? Aku yang mematahkan tangan mereka, hanya karena mereka ingin mengobservasi jasad adikku. Dan, kau … adalah penyebab semua kejadian ini.” Charan mengelus dagunya. “Kira-kira, apa yang akan aku lakukan padamu, ya?” tanya Charan, ia meneliti tubuh gadis itu.

     Gadis yang sedang ditatap dengan jeli itu bergidik ngeri, tetapi ia tetap dalam sikap menantang. Ia tak akan pergi sebelum tujuannya tercapai, menjadikan Charan sebagai pasangannya untuk acara fashion show di sekolahnya.

     Ia nekat berbuat seperti itu karena terpikat dengan tubuh atletis dan ketampanan Charan, saat melihatnya turun ke ngarai sungai, tanpa memikirkan bahaya yang akan terjadi sewaktu menuruni tanah yang curam dan licin itu. Ia tidak tahu, jika pemuda yang sedang diincarnya adalah penerus geng The Guardian yang sangat disegani di daerah tempat ia tinggal sekarang.

     “Charan,” panggil Arsen.

     Lelaki yang dipanggil menoleh, Arsen perlahan menurunkan kepala Mia dari pangkuannya dan menghampiri Charan yang dalam keadaan seperti ini, ia bisa memperlakukan gadis di depannya dengan kasar.

     Arsen menepuk pundak Charan. “Ada baiknya kalau kita langsung urus pemakaman Mia,” sarannya.

     Charan mengangguk setuju. Memang itu yang mereka butuhkan saat ini. Lebih cepat proses pemakamannya, lebih cepat almarhumah Mia tenang.

     Charan membalikkan badannya menghadap petugas. “Urus kejadian lain saja. Aku bukan tipe orang yang mudah kalian bodohi,” ucap Charan, lalu beranjak menuju jasad adiknya.

     Akan tetapi, baru saja ia ingin mengangkat tubuh sang adik, gadis berseragam itu mencegahnya. “Tunggu. Lo siapanya cewe itu? Kenapa gak serahin kasusnya buat diselidiki sama polisi, sih?” protesnya lagi.

CHARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang