Rasito tersenyum lega. "Apakah orang yang bunuh diri bisa dalam posisi itu?"
Charan terdiam beberapa saat. "Kurasa tidak, kecuali dia ...." Mata Charan membelalak, ia baru saja menyadari sesuatu.
"Ya. Adikmu dibunuh," terang Rasito.
Charan menggigit rahangnya, tangannya bergerak cepat mencengkeram kerah kemeja Rasito. "Siapa yang membunuh adikku, ha?!" teriak Charan.
Rasito melepaskan tangan Charan dari kerahnya dengan sekuat tenaga, lalu mengusap tengkuknya yang sakit.
"Sudah aku bilang. Aku akan membantu mengusut kasus adikmu," ujar Rasito dengan napas dangkal.
"Asal kau menuruti kemauanku," imbuh pria itu.
Charan tersenyum miring. Kentara sekali kalau Charan tidak ingin menuruti kemauan Rasito. Ia melangkah pergi melewati Rasito.
Namun, Rasito buru-buru mencegah Charan dengan menahan pindak pemuda itu.
"Jangan lupa kalau ayahmu punya hutang yang banyak padaku," ungkapnya.
Charan melirik Rasito tanpa membalikkan badannya. "Oh, jadi kau ingin menagihnya sekarang?" tanya Charan dengan nada sindiran.
Genggaman tangan Rasito pada pundak Charan melemah. Wajahnya menunduk. Charan bisa merasakan aura yang berbeda dari Rasito.
Mulut Rasito bergetar. Matanya memanas hingga embun bening mencuat dari pelupuk mata.
Charan yang melihat laki-laki bertubuh proporsional di depannya mengusap netra sembari berusaha menahan tangis, merasa bersalah.
"Hei, kau menangis hanya karena aku menyindirmu? Apa-apaan itu?" tanya Charan tanpa memandang Rasito.
Sebenarnya, ia ingin meminta maaf. Namun sayangnya, kata maaf dan terima kasih tidak ada dalam kamus hidupnya.
Rasito tersenyum getir. "Tidak, Nak. Bukan begitu, tapi aku sedih karena tak bisa melakukan apa-apa untuk putriku."
Wajah Charan menengadah, hatinya tergugah karena ada yang memanggilnya dengan sebutan 'Nak'. Ia sangat merindukan panggilan itu.
Latihan yang harus dijalaninya selama berbulan-bulan, membuat hubungan Charan dan Wira merenggang.
Wira memang sengaja memaksa Charan untuk menjadi lelaki petarung yang tahan banting, tetapi ia lupa jika Charan sejatinya adalah seorang anak lelaki yang juga membutuhkan kasih sayang dari ayahnya.
Meskipun sedang melamun, ia tetap bisa mendengar suara Rasito yang mengatakan jika anaknya, Anna, bunuh diri karena tak tahan terus dibully.
Charan mengembuskan napas dalam dan menegakkan kepala. "Oke. Aku akan membantumu. Targetku adalah Zefanya dari SMA Roften, kan?"
Rasito mengangguk sembari tersenyum puas. Akhirnya, Charan menyetujui permintaannya.
"Tapi ingat, aku ini Charan Parsi. Aku melakukan apa yang menurutku benar. Jadi, tentang bagaimana aku akan membereskan gadis itu, kau tak perlu ikut campur," ujar Charan.
"Kau hanya tinggal terima beresnya saja," tambahnya.
Ia melangkah mendekati ambang pintu. "Dan, setelah aku berhasil membereskan gadis nakal itu, kau juga harus menganggap lunas semua utang ayahku," imbuh Charan lagi.
Rasito tersenyum lebar. "Tentu saja."
Charan meninggalkan markas bersama Arsen menuju rumahnya. Bersiap untuk mencari tahu tentang Zefanya melalui laptop yang biasa ia gunakan untuk meretas data.
![](https://img.wattpad.com/cover/285860572-288-k781600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARAN
Mystery / ThrillerDARK ROMANCE -MYSTHERY THRILLER 🚫Rating 17+ (Mengandung adegan kekerasan)🚫 Charan Parsi hanya ingin hidup damai setelah menjadi mantan gangster, yang merupakan imbas dari kematian adiknya. Sebagai seorang kakak, ia tak bisa tenang sebelum...