Jam kantor telah usai dan ini adalah waktu para pekerja kantoran pulang termasuk seseorang yang kini tengah bersiap serta bertelfonan dengan seseorang di seberang sana, terlihat jika dia kini takan langsung pulang melainkan akan mengunjungi sebuah tempat terlebih dahulu.
"Iya bawel amat lo, tunggu disitu, bentar lagi gue jemput ege." katanya ketus pada seseorang di seberang sana. "Suruh siapa kagak pake ojol, ribet bener lo nyusahin gue mulu, heran." setelah itu ia mematikan sambungannya.
Ia menghembuskan napas kasar lalu mulai beranjak dari duduknya dan melegang pergi untuk menjemput seseorang yang tadi berbincang dengannya lewat sambungan telfon.
Tiba di cafe yang di kirimkan oleh seseorang tadi lantas ia segera keluar dari mobilnya begitu melihat seseorang itu tengah berdiri menunggunya disertai temannya yang berdiri di sampingnya, mungkin tengah menemani gadis itu menunggu.
"Kak Amal!" sapa gadis itu ketika melihat Amal yang keluar dari mobilnya dengan setelan kantor yang menurutnya selalu terlihat cocok dan pas serta sedikit tampan.
"Udah?" tanya Amal yang diangguki gadis itu. "Itu siapa? Cowok lo?" lanjutnya bertanya siapa seseorang yang berada di sebelahnya.
"Ih bukan," jawabnya langsung sewot. "Ini temen aku, kenalin namanya Derry."
Lalu mereka pun bersalaman ala orang berkenalan di sertai menyebutkan nama masing-masing.
"Yaudah sekalian bareng aja." putus Amal kemudian mengajak pemuda itu untuk pulang bersama.
"Nggak usah Kak, gue ada yang jemput juga kok." tolaknya seraya tersenyum ramah.
"Yaudah kalau gitu hati-hati," sahut Amal. "Dan lo, ayo pulang!" setelah itu Amal kembali masuk ke mobilnya.
Sebelumnya gadis itu berpamitan dengan temannya itu lalu menyusul Amal, kemudian Amal mengelaksonkan mobilnya pertanda berpamitan kepada pemuda itu.
Dan tak lama dari itu datang mobil lain yang ternyata menjemput pemuda itu.
"Hei Der, ayo masuk." titah seseorang dari dalam, Derry pun mengangguk dan menurut masuk ke dalam serta memilih duduk di samping kemudi.
"Kakak jemputnya kelamaan ya?" tanya wanita itu merasa tak enak.
"Nggak kok, tadi gue juga nungguinnya bareng temen. Tapi dia tadi barusan banget pulang sama abangnya..., eh gatau juga sih gue. Hehe."
"Oh, lagian kenapa nggak pesen ojol aja sih, kan gak ribet juga."
"Yaelah Kak, kalau ada lo ngapain repot-repot mesen ojol."
"Ish mulutnya ya!" kesal Salsa sembari terkekeh yang di susul oleh Derry, yaitu adik dari suaminya yang artian adik ipar.
Lantas mereka pun melegang pergi meninggalkan tempat itu.
Sedangkan di tempat lain terlihat satu orang yang fokus menyetir dan satu orang lainnya yang asyik makan makanan yang tadi sempat di pesan di restoran cepat saji.
"Gila lo ya, diet anjir makan mulu kerjaannya." cibir seseorang yang tengah menyetir.
Gadis itu mengembungkan pipinya sesaat lalu kembali memakan bugger double cheese miliknya.
"Pantes aja lo jomblo mulu, gak heran gue." seseorang itu kembali mencibir.
"Kak Amal ihhh!" cemberutnya. "Biarin aku makan dengan tenang." lanjutnya sebal.
"Diet anjir entar badan lo makin bengkak gimana?!"
Laras berdesis sebal. "Biarin aja sih, ngatur-ngantur, situ siapa? Bapak gue?"
"Idih gue-gue, belajar dari siapa lo ngomong kayak gitu 'hah?" tuding Amal.
"Dari Kakak lah." balasnya sewot.
"Hih, kapan gue ngajarin lo?" tanya Amal bingung. "Lagian ya anak Bandung jangan ngomong gue-gue, nggak pantes!"
Bugh!
"Aduh sakit ege!" keluhnya sambil mengusap-usap lengan yang tadi di pukul oleh gadis itu.
"Habisnya kak Amal ngeselin terus!" katanya dan kembali makan, bedanya kini bugger milik Amal yang ia buka.
"Woi punya gue itu!"
***
Bukan keinginannya menjadi seorang CEO tetapi dirinya sekarang bisa duduk di singgasana itu berkat paksaan dari sang ayah yang menginginkannya untuk menjadi penerus sekaligus pemimpin menggantikan ayahnya di kantor milik keluarganya.
Semuanya terasa baru karena nyatanya wanita tomboy itu lebih nyaman menjadi staff biasa dari pada harus menjadi orang yang mengurus perusahaan sebesar ini.
"Arghhh gue butuh refreshing anjing." keluhnya sambil meremas rambut cepaknya itu.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk!" perintahnya dan tak lama muncul lah sang sekretaris.
"Maaf Miss, di depan ada yang mencari anda." ujar sang sekretaris sopan.
"Siapa?"
"Pak Zidan." jawabnya.
"Yaudah suruh masuk aja."
Ia pun membungkuk patuh. "Baik Miss, saya permisi."
Amal pun mengangguk lalu kembali berkutat dengan laptopnya. Tak lama dari itu Zidan masuk dan langsung nyelonong duduk di sofa yang ada di ruangan wanita tomboy itu.
"Sopan lo ya kayak gitu di ruangan orang." sindir Amal.
Zidan hanya cengengesan. "Habisnya ruangan gue nggak segede ini anjir."
"Gue sibuk Dan, to the point lo kesini mau ngapain? Kalau cuma gabut doang mending balik lagi gih, ganggu sumpah." celoteh Amal karena ia sudah hafal jika rekannya itu menghampirinya kalau gak gabut ya curhat masalah percintaannya.
Zidan jarang sekali membahas pekerjaan jika mereka tengah berdua seperti sekarang.
"Ck. Gitu banget lo sama sodara sendiri," decak Zidan. "Eh, tapi serius, gue kesini bukan buat gabut doang tapi mau ngasih informasi penting buat lo." kata laki-laki itu selanjutnya dengan memasang wajah serius.
"Halah basi Dan, paling lo entar bilang 'gue punya gebetan baru' 'gue dapet partner sex cantik' 'doi gue nolak dinner bareng gue lagi'. Itu-itu mulu info penting lo, gue muak dengernya tau gak?!"
"Ihhh babi gue serius kali ini Mal," kata Zidan dengan kesal. "Kemaren gue nerima karyawan baru, cantik, bodynya mantep, ah pokoknya oke deh, pasti lo langsung suka gue jamin." lanjutnya setelah memberi informasi penting menurutnya itu.
"Gak tertarik!" jawab Amal ketus.
"Idih diliat dulu lah Mal, siapa tau dia tipe lo 'yekan?" Zidan menaik turunkan alisnya untuk menggoda sodaranya itu.
Amal menghela napas panjang, tipe? Ah, bahkan dia sudah lupa dengan hal itu karena di benaknya selalu ada wanita itu yang mendominasi. Walau pun memang Amal punya tipe, tapi tipe dirinya ya seperti wanita yang kini masih duduk manis di otaknya.
Wanita itu sulit untuk ia hapus dari memorynya dan baru kali ini Amal merasakan cinta sebesar ini. Padahal dulu ia dengan mudah melepaskan mantannya demi wanita itu, tetapi sekarang mengapa melepaskan wanita itu tak semudah ia melepaskan mantannya dulu-dulu.
"Lo tuh harus move on Mal, inget status dia sekarang udah bersuami!"
Lamunannya pecah ketika Zidan menyadarkannya akan fakta satu itu.
Lagi Amal menghela napas panjang.
"Mending malem ini ikut gue ke BAR bareng anak-anak, mau gak?"
Amal menatapnya sekilas, Zidan menaik turunkan alisnya tengil. Lalu wanita tomboy itu pun akhirnya mengangguk menyetujui.
***
First publish: 16 Juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Possible [GxG]
ChickLit[Sequel of Impossible] Lgbt content. 5 tahun bukan waktu yang singkat, keduanya kembali dipertemukan dengan status yang berbeda. Salsa menjadi istri orang dan Amal masih betah menjomblo. Dipertemuan itu, luka lama mereka kembali terbuka, kisah lama...