Possible 04

1K 89 8
                                    

Salsa di tempatkan di ruang keuangan, ia di arahkan oleh orang yang bertanggung jawab di ruangan itu.

"Nah, ini tempat kerja kamu. Kalau butuh apa-apa jangan sungkan buat bilang ke saya ya."

Wanita itu mengangguk pelan. "Terimakasih."

Laki-laki itu balas mengangguk. "Selamat berkerja Salsa."

Kemudian laki-laki yang bertanggung jawab atas ruangan kuangan itu kembali duduk di mejanya, sementara Salsa sudah mendudukkan dirinya di meja kerjanya.

Ia menghela napas panjang lalu memulai satu-satu apa yang harus ia kerjakan dan yang sudah diarahkan oleh kepala staff sebelumnya.

Di sisi lain sang CEO memperhatikan pergerakan karyawan barunya itu, ia bisa bernafas lega setelah melihat mantan kekasihnya sudah mendapat kenyamanan di kantornya.

Amal kembali ke ruanganya, disana masih ada Emil yang duduk menunggu kedatangannya sedari tadi.

"Lama gak?"

"Banget anying." balas Emil ketus, membuat Amal tersenyum singkat lalu duduk di single sofa.

"Oiya, tiba-tiba nemuin gue kesini, ada hal penting apa?"

Emil membenarkan posisi duduknya dan menatap Amal dengan serius.

"Minggu depan ada acara reuni, lo dateng ya." kemudian Emil menaruh surat undangan itu di hadapan Amal.

"Gak janji gue Mil," sahut Amal, sebelum-sebelumnya juga ia tidak pernah datang ke acara itu karena urusan pekerjaannya yang menghambat, terlebih juga ia sangat menghindari acara-acara seperti itu karena takut kembali bertemu dengan mantannya.

Tetapi, sepertinya alasan itu sudah tidak berlaku lagi baginya sebab kini ia akan sering bertemu dengan wanita itu di kantornya.

"Gue tau lo sibuk banget Mal, tapi ayolah. Cuma sekali ini aja, setiap gue dateng kesana pasti anak-anak pada nanyain lo kemana dan kenapa gak pernah bisa dateng ke acara reuni. Itung-itung juga lo menghargai orang yang udah ngundang lo ini."

Amal berdecak pelan. "Yaudah iya, nanti gue usahain deh."

Emil tersenyum sumringah. "Nah gitu dong, ini baru Amal yang gue kenal. Jangan terlalu gila kerja lah, lo juga butuh nikmatin dunia luar selain kertas-kertas yang numpuk di meja lo."

"Lo bener."

Emil tersenyum bangga ketika ucapannya dibenarkan oleh Amal, nyatanya Amal memang gila kerja dan jarang meluangkan waktunya untuk sekedar menikmati hidup mewahnya.

***

Tidak bisa ia pungkiri bahwa dirinya benar-benar masih tidak bisa melupakan Salsa di hidupnya, entah kenapa Amal juga sangat bingung dengan hatinya.

Sekarang ia tengah berada di salah satu area perumahan, berhenti tak jauh dari rumah bercat putih dan memiliki halaman yang luas.

Amal sedang memperhatikan seseorang yang baru saja keluar dari taksi online, wanita itu masuk ke dalam membuat Amal kini tak lagi bisa melihat keberadaannya.

"Kita satu kompleks, tapi kenapa gue sama sekali nggak pernah ketemu sama lo. Kenapa baru sekarang? Setelah lima tahun terakhir ini."

Amal memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya, kedatangannya di sambut oleh Laras yang tiba-tiba langsung menanyakan tugasnya yang tak ia mengerti pada Amal.

"Bantuin aku Kak 'please?"

Wanita tomboy itu melonggarkan dasinya lalu mengambil buku akuntansi gadis itu, detik berikutnya ia melegang pergi untuk ke kamar karena hari ini dirinya benar-benar merasa capek.

Melihat respons Amal yang hanya seperti itu membuat Laras keheranan.

"Lah? Tumben gak ngomel dulu, biasanya gak mau banget kalau aku suruh ngerjain tugas."

Namun, gadis itu tak mau ambil pusing karena yang terpenting besok tugasnya sudah beres.

Sementara di kamar wanita tomboy itu, terlihat kini ia memasuki toilet seraya membuka seluruh pakaian yang di kenakannya. Ia melangkah ke bathtub dan mulai merendam dirinya dengan air hangat yang ia siapkan sebelumnya.

Amal memejamkan matanya untuk sesaat, tiba-tiba ingatannya kembali terputar pada moment-moment manis dirinya dengan wanita yang di cintainya di masa lalu.

Sungguh, mendadak ia merindukan moment-momentnya dulu. Ia merasa baru kemarin hal itu di laluinya, tetapi sekarang tiba-tiba dirinya menjadi orang asing bagi wanita itu.

Amal menyentuh bibirnya yang tadi sempat kembali merasakan manis bibir wanita itu, ia menghela napas panjang. Amal tak bisa bohong bahwa dirinya juga merindukan ciuman dan ingin mencium rakus bibir wanita itu.

"Mungkin gak sih gue sama dia bisa balik kayak dulu lagi?"

"Tapi, rasanya itu gak mungkin. Dia udah punya suami, semuanya jadi mustahil karena status yang kita miliki."

Dret...

Amal menatap hp nya yang bergetar, ia kemudian mengambilnya lalu mengangkat panggilan dari seseorang.

"Apaan Ger?"

"Gue mau nagih janji kita yang kemarin, berhubung lo kalah jadi gue mau nagih itu."

"Yaudah sebut, lo mau apa?"

"Ini bukan tentang barang ataupun uang."

"Terus?"

"Lo mending samperin gue sama Zidan di BAR biasa, nanti baru gue kasih tau."

"Ribet lo!"

"Yaelah, awas lo kalau gak dateng, gue nunggu sampe jam 9."

Amal menghela napas pasrah. "Okay."

Sambungan pun langsung terputus setelah Geri mengatakan embel-embel berpamitan.

"Geri lagi sama Zidan?" gumamnya. "Dia masih ngambek gak ya, ck!"

***

Tbc.

Possible [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang