Suara bising dan lampu diskotik mendominasi tempat itu, semua orang yang ada disitu tampak menikmati suasana ini, ada yang joget-joget, memesan perempuan pada sang mucikari, seseorang yang tengah menyendiri dan ada pula yang tengah bercinta di tempat itu tanpa punya rasa malu sedikit pun.
Wanita tomboy itu menghembuskan napas kasarnya ketika tengah memperhatikan suasana BAR besar milik rekannya, siapa lagi jika bukan Zidan rekan kerja sekaligus saudaranya itu.
"Kalau bokap lo tau BAR ini punya lo, abis lo Dan." ujar Amal yang membuat Zidan memutar bola matanya.
"Kemana aja anjir? Bokapnya udah tau, lagian siapa sih yang gatau BAR semewah ini, artis-artis aja pada ngejadiin BAR ini sebagai tempat tongkrongan mereka." sahut Geri menjelaskan.
"Ah kesel banget gue sialan," gerutu Nael sambil menangkup pipinya.
Amal bertanya lewat isyarat mata pada kedua temannya itu namun keduanya bergidig tanda tidak tahu.
"Istri gue matre banget sumpah, masa tadi bilangnya pengen tas keluaran baru lah dan gue cuma di kasih waktu sehari doang si anjir, mana sekarang tanggal tua lagi arghhh."
Dan ketiganya mangut-mangut paham ketika Nael melanjutkan ucapannya barusan.
"Tas apa emang, semahal itu sampe lo gak mampu beli?" tanya Geri.
"Mahal bet Ger," sewot si dokter muda itu. "Y-ya nggak mahal-mahal amat juga sih, tapi ya tetep aja mahal anjir kalau cuma buat beli tas gitu doang mah."
"Kasih aja napa sih daripada kebutuhan lo di stop ama dia." saran Amal yang membuat Nael semakin frustrasi karena nyatanya itu fakta, jika dia tidak melaksanakan keinginan sang istri maka keinginan hormon Nael pun takan terlaksanakan.
"Jangan kayak orang susah napa Nael ah." cibir Zidan yang kini sudah setengah mabuk.
Nael berdecak sebal. "Au dah." badmood mode on.
Amal tersenyum kecil seraya menggeleng pelan dengan tingkah temannya itu yang sama sekali tak pernah berubah, ngambekan.
Ia mulai mengedarkan pandangannya, menatap beberapa orang yang ada di sekitarnya.
"Eh itu si cabe-cabean mantan lo gak sih Mal!" teriak Geri yang menangkap sosok wanita sexy tengah di rangkul mesra oleh pria di sebelahnya.
Amal pun menatap ke arah yang di tunjuk Geri, ia menyipitkan matanya. "Friska?" gumam gadis tomboy itu, Friska salah satu mantannya yang meninggalkan Amal demi batangan.
Jika mengingat hal itu Amal jadi bergidig geli karena insiden itu betul-betul menjijikkan baginya. Friska berselingkuh dan memilih selingkuhannya yang berjenis kelamin laki-laki, wanita itu meninggalkan Amal tepat saat anniversary mereka yang ke satu tahun.
"Anying geli banget!" katanya refleks ketika moment itu kembali terputar di otaknya.
Geri tertawa melihatnya sedangkan Nael dan Zidan tengah sibuk dengan dunianya, Nael yang galau dan Zidan yang mabuk.
"Sumpah-sumpah, pas begitu lo keluar karena mau dimasukin ke pesantren, doi juga ikut keluar gara-gara bunting duluan, wah dulu kasusnya gila sih rame banget." kekeh Geri sambil menggeplak meja.
Amal melototkan matanya. "Seriusan kayak gitu?" tanyanya. "Gila anjir, jadi nyesel gue pernah pacaran sama tu cewek."
"Masih untung kan lo nggak bucin-bucin amat dulu."
"Idih lagian jijik banget ngebucinin orang yang selingkuh." kemudian Amal menatap ke arah wanita itu lagi yang kini tengah minum bersama seorang pria. "Dia udah beneran jadi cabe-cabean ya Ger?" tanya Amal heran.
"Iya katanya, gue denger sih begitu, orang tuanya bangkrut terus dia deh yang harus jadi tulang punggung keluarga buat orang tuanya dan adeknya."
"Kasian juga." prihatin Amal ketika mendengar cerita mantannya itu dari Geri.
"Hilih bilang aja lo gamon anjing." cibir Geri yang langsung mendapat tatapan membunuh dari Amal. "Hehe peace Mal." ucapnya sambil mengangkat dua jarinya.
Ia kembali menatap Friska yang kini terlihat akan di cumbu disana, Amal menghembuskan napas kasarnya namun ia kembali menatap mereka lebih tepatnya pria yang kini tengah mencumbu Friska.
"Kayak pernah ketemu, tapi dimana ya?" gumamnya.
"Siapa?" tanya Geri ingin tahu.
Amal menoleh sesaat lalu memjawab. "Cowok itu, yang lagi sama Friska."
"Mungkin salah satu client lo kali?"
"Maybe, gue nggak terlalu peduli juga sih."
Geri mangut-mangut lalu mengajak wanita tomboy itu untuk minum dan mereka bertaruh siapa yang mabuk duluan ia yang kalah dan harus menuruti apapun kemauannya nanti.
***
Amal berdecak sebal ketika wanita itu kembali datang ke kantornya, kali ini wanita itu berpakaian sexy dan ketat memperlihatkan lekuk tubuh serta payudaranya yang kencang.
"Gimana penampilan saya hari ini?" tanya wanita itu. "Apa ini cukup membuat kamu terpesona sama saya?"
"Siapa yang nyuruh lo masuk sih anjir?!" ketus Amal.
Lalu wanita itu pun mulai menghampiri meja sang CEO. "My heart." jawabnya centil.
"Najis kamu!"
"Saya serius lho Amal."
"Mending lo sekarang keluar deh sebelum gue nyeret lo paksa dari sini."
"Saya rela lahir batin kamu seret," sahutnya malah semakin menjadi. "Ayo seret saya, Amal."
"Gila juga ya ni janda anak satu!" cibirnya dalam hati.
Tiba-tiba saja wanita itu sudah ada di hadapannya, menyuruh Amal berdiri untuk menyeretnya.
"Ayo seret saya Amal, saya sudah gak tahan pengen diseret sama kamu."
"Ih apa sih!" jijiknya sangat. "Jauh-jauh lo, inget anak lo di rumah Helen." peringati Amal sambil membenarkan dasinya yang tadi di tarik-tarik oleh Helen.
"Anak saya tidak ada di rumah, dia sekarang sedang ada di sekolah. Jadi, kamu tenang aja Amal tidak usah mengkhawatirkan anak saya." senyum manis janda anak satu itu.
Dan sepertinya Amal sudah salah bicara karena nyatanya Helen menganggap jika ucapan Amal barusan adalah betuk kekhawatirannya. Astaga.
Detik berikutnya dengan mendadak wanita itu mendekat yang membuat Amal langsung mundur, bahkan Amal sudah memperingati wanita itu untuk jauh-jauh. Namun, Helen tetap semakin melangkah mendekat.
Sampai Amal tak bisa lagi menghindar dan pergerakannya di kunci oleh wanita itu.
Ceklek!
Sontak keduanya segera menoleh mendapati seorang wanita cantik tengah berdiri di ambang pintu, Amal sempat terpaku melihat wanita cantik itu bahkan debaran itu kembali muncul entah kenapa.
"M-maaf, maaf. Saya minta maaf sudah mengganggu kegiatan kalian berdua, sekali lagi saya minta maaf, permisi."
Brak!
Amal mengerjapkan matanya saat tersadar dari dunianya sekarang.
I-itu benaran dia? Ngapain? Ngapain dia kesini? Apa dia mau nemuin gue?
Dengan ringan tangannya mendorong tubuh Helen lalu segera keluar untuk menyusul langkah wanita cantik tadi, Amal tak memperdulikan teriakan dari Helen karena pikirannya kini hanya tertuju untuk wanita cantik tadi.
***
Cerita ini mati suri setahun, mohon dimaklumi ya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Possible [GxG]
Literatura Feminina[Sequel of Impossible] Lgbt content. 5 tahun bukan waktu yang singkat, keduanya kembali dipertemukan dengan status yang berbeda. Salsa menjadi istri orang dan Amal masih betah menjomblo. Dipertemuan itu, luka lama mereka kembali terbuka, kisah lama...