FWB. 25

381 22 0
                                    


Setelah kejadian Haechan mukulin Jaemin. Setiap harinya, Haechan gak pernah sekalipun ngobrol sama Jaemin. Bahkan buat ngumpul sekarang pun mereka gak pernah. Dan itu juga berdampak ke Renjun, Chenle, Jeno dan Jisung.

Mereka yang gak tau apa apa cuma bisa jadi pihak tengah. Luntang lantung kesana kesini.

Sama Haechan iya, sama Jaemin ya iya.

Mereka berempat juga gak ada yang berani buat nanya apa yang sebenarnya terjadi di antara Haechan dan Jaemin. Mereka berempat cuma mau memberi ruang privasi buat Haechan dan Jaemin.

Tapi Haechan ataupun Jaemin masih sering ikutan nongkrong bareng sama mereka berempat. Walaupun kalau ada Jaemin, Haechan gak akan ikut. Dan sebaliknya. Kalau ada Haechan, Jaemin gak akan ikut. Tapi lebih tepatnya, Jaemin milih gak ikut waktu dia tau Haechan ikut sama Renjun dan yang lain.

Dan setelah kejadian itu juga, Haechan selama di kelas akan selalu duduk jauh dari tempat duduk Jaemin. Seperti ujung dan ujung.

Anak anak di kelas juga gak ada yang berani buat nyinggung sama masalah itu. Terlebih, mereka memang gak tau apa apa dan gak berhak buat nanya.

Daripada memperkeruh suasana. Mereka milih buat pura pura gak tau dan gak lihat kejadian itu.

Tapi ada satu moment yang mengharuskan Haechan dan Jaemin bersama. Yakni, tugas kampus yang membuat mereka berdua menjadi satu kelompok.

Mampus.

"Kelompok kalian sudah saya bagi. Silakan lihat sendiri. Kertasnya saya tingga di atas meja. Kelas selesai. Selamat siang",

"Siang, pak. Terima kasih",

Semua anak langsung berhamburan ke depan buat lihat pembagian kelompok mereka masing masing.

"Anjir. Gue sama Jisung lagi",

"Wihhh. Lihat nih gue. Gue sama Chenle... Yoi gak, Le?",

"Yoi dong, Jen",

"Eh tapi mending tuh. Ada Hina di kelompok lo. Kalaupun Jisung gak berguna, Ada Hina yang pinternya kebangetan",

"Oh tetep",

"Segoblok itu kah gue di mata  lo, Njun?",

"Oh ya jelas. Goblok banget",

Sarkas banget pokoknya manusia bernama Renjun itu.

"Haha... Lo sama siapa, Jae?",

"Belum lihat gue. Coba lihatin",

Renjun dan Jano langsung menyusur daftar kelompok. Mencari nama Jaemin. Dan....

Setelah lihat nama Jaemin ada di kelompok 12. Mata Jeno dan Renjun saling bertukar.

"Kelompok berapa gue?",

"Anjir",

"Gue nanya. Ngapa lo ngatain sih?",

Jaemin langsung narik kertas berisikan daftar nama nama kelompok. Dan sampai dia baca nama dia ada di kelompok 12, Jaemin langsung menghela napas pelan.

"Hahh...",

"Gue sama siapa, Njun?",

Itu Haechan yang dari tempat duduk dia dan nanya kelompok dia ke Renjun.

"Anjir. Kenapa pada nanya gue sih ah?",

"Tinggal jawab. Repot banget lo",

"Woy, Lami. Urusin kelompok lo. Kesel gue ngurusin kelompok orang... Gue cabut. Gak usah pada nyusul. Gue lagi ngambek",

Renjun langsung jalan keluar kelas.

"Itu anak lagi pms ya?",

"Dia cowok goblok. Gak mungkin pms",

Kayaknya Renjun beneran sebel sama Haechan dan Jaemin. Capek juga dia lihat temen temennya gak akur begitu.

Iya lah. Siapa juga orang yang gak capek kalau ada temennya yang lagi berantem. Pasti itu nyusahin. Semuanya yang biasa dikerjain bareng jadinya harus sendiri sendiri.

Serba salah.

"Oh gue sama lo ya, Lam?",

"Iya, Chan. Sama Jaemin juga. Bertiga kita",

Jederrr.

Jeno, Chenle dan Jisung saling bertukar pandang. Mereka merasa atmosfer saat itu benar benar menyeramkan.

"Oh... Gue gak bisa bareng. Lo chat gue aja apa yang harus gue kerjain. Entar gue e-mail hasilnya ke elo. Gapapa kan, Lam?... Gue pamit",

"O-oh iya, Chan. Tiati",

"Yo... Jen, Le, Ji. Gue duluan",

"Yo. Tiati, bro",

Lami itu paham sama apa yang lagi terjadi antara Haechan dan Jaemin. Dia gak mau memaksakan Haechan dan Jaemin bertemu di diskusi kelompok mereka, yang malah nanti ujungnya bisa berantem lagi. Jadi Lami berusaha buat memahami Haechan kalau dia gak bisa join sama mereka buat ngerjain tugas.

Mending Lami kerjain berdua aja sama Jaemin, ataupun sendiri, dari pada harus bertiga sama Haechan dan Jaemin terus jadinya malah canggung banget.

Mending kalau cuma canggung. Kalau sampai baku hantam lagi gimana coba. Bisa gila juga si Lami. Dia juga gak bakalan sanggup buat misahin dua anak cowok yang badannya pasti lebih besar dari dia.

"Yang sabar lo, Lam. Kalo kesel lo lampiasin aja ke Jeno. Pukul pukul, sampai bonyok juga gapapa. Ikhlas gue mah",

"Woy sialan. Kok jadi gue sih?",

Untung aja Kami orangnya emang sabar. Udah kebiasaan ngadepin Jeno yang ganjen, jadinya dia juga punya banyak stock sabar deh.

"Lo kan pacarnya Lami, bego. Ya lo maklum kalo Lami kesel sama dua temen lo itu, terus mukulin elo",

"Gak gitu konsepnya goblok!",

"Haha",

"Ketawa lagi lo!",

Kayaknya pertemanan mereka itu penuh dengan per-goblokan. Jadi tiap saat goblok menggoblokan.

Mau heran tapi kelakuan mereka emang minus semua.

Hadeh.


















Tetep damai ya kalian 😘😘😘😘😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tetep damai ya kalian 😘😘😘😘😘


FWB : Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang