9

64 4 0
                                    

Aku minta tidak di jemput oleh mas Angga selama seminggu ini dulu. Sebab rasa takut yang menghantuiku belum bisa kuhilangkan atas ancaman si Marwa.

Mas Angga berkeras tidak mau. Dia tetap mau jemput. Tapi atas nasehat mamaku dan adek adekku, mas Angga mengalah.

Dua hari kemudian di kantor Angga.

"Ngga, aku tidak mau kau permainkan"si Marwa mendatangi mejanya Angga.

"Maksud kamu apa, wa. Mempermainkan apa maksud kamu"

"Selama ini, kau pikir apa hubungan kita."

"Teman. Tidak lebih"

"Apa kau bilang? Teman? Jadi selama ini dengan bergandeng tangan, ciuman, hangout dan lain lainnya, hanya kamu anggap apa?"

"Kalau mau bicara, jangan disini. Semua melihat. Malu"

"Aku lebih malu, ngga. Kau buat aku merasa nyaman, tapi kau pilih orang lain jadi pendampingmu"
Angga bergegas keluar ruangannya meninggalkan Marwa dalam dongkolnya.

Teman kantor mereka memperhatikan dan ada yang mengikuti Angga keluar.

Angga berdiri di luar gedung kantornya di sebuah taman buatan.
Dia menunggu si Marwa. Rekan kerjanyaa yang mengikuti, masih menunggu di dalam parkiran.
Ketika melihat si Marwa keluar menjumpai si Angga, mereka baru bergerak mengintip, apa yang akan terjadi.

"Selama ini, aku menolakku secara halus, kamu tidak pernah mengerti. Kubilang aku tidak mau kau terlalu sering mendekatiku, kau marah. Dengan cara apa aku menolakku?"

"Kau tolak aku, tapi ketika aku menciummu, kau balas. Artinya apa?"

"Aku tidak pernah meminta. Kau yang memberinya"

"Harusnya kamu bilang dong, Ngga. Jangan kau memberi harapan ke aku"

"Harapan apa? Berkali kali aku bilang ke kamu, aku tidak mencintaimu, tapi kau selalu bilang, coba dulu...coba dulu...
Pernah aku minta kekamu, layaknya seorang pria mencintai pacarnya, kita jalan atau nonton....atau seperti yang kau lakukan? Tidak kan. Kamu yang selalu membuat aku terjebak dalam permainanmu"

"Jadi selama ini aku yang mengejar ngejar kamu. Itu pikiranmu, Ngga."

"Pikir saja sendiri. Kamu hanya memaksakan kehendak. Dan satu lagi Marwa, mamaku....Kamu seperti menutup mata dan telinga bila datang ke rumahku. Kau buat rumahku seperti tempat mainmu saja. Mamaku tidak mau bikin sakit hati kamu dengan mengusir atau apa. Dia hanya mengingatkan kamu dengan kata kata halus. Peka...??
Itu gak ada kamu miliki. Karena kamu egois. Jangan karena kamu anak dari Pamanku"

Marwa menyeka air matanya, air mata sandiwara. Dia meninggalkan Angga begitu saja.

Dalam diamnya Angga berfikir.

"Untung aku tidak mau melakukan yang dimaui sama kamu, Wa. Jebakanmu aku tau. Dengan telanjang, kamu pikir aku langsung tertarik?? Tidak, Wa. Karena bila kulakukan, itu menjadi penjara bagiku sebagai ikatan kamu ke aku".

"Aku tidak mau mengatakan, kamu itu wanita rendah, karena itu kamu lakukan hanya ke aku dan mungkin teman priamu yang kau sukai"

Aku sudah tau kamu dengan pria mana teman kantor kita.

Harusnya kamu sadar, dengan tolakan tolakan halus yang kuberikan. Carilah pria lain, wa, yang bisa kau mainkan, aku tidak mencintaimu. Tapi kau memaksa aku untuk suka sama kamu. Hati dan rasa ini tidak bisa dipaksa Wa.

 RINDA ( AKHIR SEBUAH KISAH ) #DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang