Saat ini seluruh guru di sekolahnya sedang rapat dadakan,
Sagara memandangi Lily yang sedang bergosip bersama teman sekelas perempuannya di pojok kelas, aura kecantikan Lily bertambah berkali-kali lipat saat tertawa.
tanpa sadar Sagara menaikkan sudut bibirnya, jantungnya berdegup kencang.
"lo suka Lily?"seruan seseorang mengejutkan Sagara yang sedang terpesona dengan Lily.
Sagara menatap pemuda yang tiba-tiba duduk di sebelahnya sambil ikut memandangi para perempuan yang bergosip di pojok kelas.
"gue Bagas."
Sagara menatap Bagas bingung yang dibalas dengusan oleh Bagas.
"lo beneran suka Lily?"Sagara mengulum bibirnya sambil mengalihkan tatapannya dari Bagas dan kembali menatap Lily.
"kenapa?""tuhkan! bener gue!"heboh Bagas yang dihadiahi tatapan aneh dari Sagara.
"padahal tu anak sikapnya sebelas dua belas sama kader banteng, kok bisa banyak yang naksir ya?"lanjut Bagas yang menbuat Sagara langsung memusatkan pandangannya pada Bagas.
jujur saja Sagara tak heran mengapa banyak yang menyukai Lily, tunangannya memang se attractive itu.
"siapa aja?"tanya Sagara penasaran.
"banyak banget bro,"
"dari kakak kelas sampe seangkatan naksir dia semua anjir! lo bayangin aja dari awal MOS udah banyak yang nembak Lily."lanjut Bagas dengan suara yang sedikit ia pelankan.
Sagara menggigit pipi bagian dalamnya, walaupun ia tahu Lily memang pantas banyak yang menyukai, tapi tetap saja hatinya merasa tak tenang mendengar tunangan yang sangat ia cintai didambakan banyak orang.
"ada yang Lily terima?"tanya Sagara penasaran apakah tunangannya pernah menjalin hubungan dengan lelaki lain selain dirinya.
"nothing, kata rose sih dia lagi jaga hati seseorang."
Sagara mengulum bibirnya menahan senyumannya timbul, wajahnya sekarang agak memerah pasca mendengar jawaban dari Bagas.
bukannya geer, Lily pasti menghargai perasaannya sebagai tunangan, walaupun Lily hanya terpaksa bertunangan dengannya.
"ga? pipi lo kenapa merah?"
Sagara kembali menetralkan ekspresinya, sial hanya karena memikirkan Lily saja dirinya hampir sulit mengendalikan perasaannya.
"tapi gue penasaran deh, kira-kira siapa ya cowok yang bisa buat lily bilang gitu?"
Jujur saja Bagas penasaran, apalagi melihat Lily yang tidak pernah publish apapun tentang hubungannya dengan lelaki di sosial medianya.
Sagara hanya mengendikkan bahu sebagai jawaban ketidaktahuannya, namun dalam hati ia tersenyum.
Kemudian Sagara mengalihkan pandangannya lagi ke arah Pojok kelas, ternyata Lily-nya sudah tidak ada lagi hanya ada beberapa anak kelas perempuan di sana.
Ia pun mengedarkan tatapannya ke segala penjuru ruang kelas, namun nihil.
Lily-nya tidak ada di kelas.
Sagara pun segera bangkit, berniat mencari Lily dan menemuinya.
"eh, mau kemana ga?"tanya Bagas, menyadari pergerakan Sagara.
"Toilet, kalo guru masuk izinin bentar ya! thanks."
Bagas melengos namun mengiyakan.
Entah mengapa langkah kakinya mengarahkan ke suatu ruangan dengan papan bergelantungan bertuliskan 'Music Room'.
Iris matanya sedikit mengintip celah pintu yang terbuka, gotcha! tidak salah lagi, Lily-nya sedang berfokus pada tuts piano yang ada di hadapannya.
Lily itu bisa dibilang paket lengkap dan satu dari lain hal yang Sagara sukai dari gadisnya yaitu ketika Lily sedang bermain alat musik.
Tanpa ragu Sagara mendorong pelan pintu tanpa mengalihkan perhatian Lily dari piano nya.
"Ly,"
Lily menghentikan permainannya ketika mendengar suara yang memanggil namanya.
"ngapain kesini?"Mata Lily menatap pergerakan Sagara yang semakin mendekat ke arahnya.
Sagara mengontrol degupan jantungnya yang terus berpacu, setiap ia berdekatan ataupun menatap Lily-nya tanpa sadar jantungnya selalu berdebar sepuluh kali lipat dari biasanya.
Sekuat itu memang efek Lily terhadap dirinya.
Lily bangkit dari duduknya, dan menatap sebentar mata Sagara yang sudah ada di hadapannya.
Dengan cepat Sagara memegang lembut pergelangan tangan Lily, pandangannya beralih ke arah bagian dada Lily yang terbungkus seragam.
Lily tersentak dan sadar dengan tatapan Sagara.
"Jangan macem-macem!"Sergah Lily ketika mengingat mereka masih di dalam area sekolah.
Sagara tersenyum miring, memgingat kegiatannya yang dilakukan dengan Lily pagi tadi seketika membuat dirinya semakin ingin.
"semacam doang gapapa ya?"
Lily mendengus kasar dan menatap mata marah lelaki di hadapannya,
"Gak boleh! ahhh~"
Lain di mulut, lain juga di hati. Reaksi nikmat yang dihasilkan oleh Lily secara tiba-tiba ketika Sagara yang entah dari kapan sudah meremas kedua payudara nya dari luar seragam.
"Relax, babe. Aku bakal pelan-pelan kok, lagian ini udah jam masuk kelas, gak bakal ada yang mergokin kita."Sagara menatap Lily dengan gairah, sial baru memegang dada Lily saja sudah bisa membuat sesuatu dari dalam dirinya keluar.
"Fuck you!"Umpat Lily diselah sentuhan Sagara yang sialnya membuatnya ikut bergairah.
"I will if u want, babe." Sagara membuka kancing seragam Lily, tangan besarnya menurunkan cup bra Lily dan jempolnya mulai mengusap sebelah nipple milik Lily-nya.
"No! ahhh~ please ga, ini masih di sekolah!"
"iyaa sayang, aku engga bakal keluar batas kok."Sagara langsung meraup rakus sebelah payudara Lily dengan mulutmya, seakan ia adalah bayi yang sedang kehausan.
Pelan-pelan apanya?!
Lily membatin dengan kesal walaupun ia sedikit menikmatinya. Dirinya takut seseorang akan memergoki kegiatannya dengan Sagara.
"Sagara stop!"
Sagara tidak mengacuhkan pekikan kecil Lily, dirinya hanya fokus menghisap dan memainkan kedua benda kesayangannya.
TBC.
hi, all!
masih ada yg nungguin cerita ini engga yaa??
see u next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil's Fiancé
Fanfiction[M] 18+ kedatangan Sagara Edwinn Arckeley, tunangan masa kecil Lilyanne seketika membuat dunia bebas Lily terbatas.