27

265 37 3
                                    

DONT FORGET TO FOLLOW THIS ACCOUNT!

Happy Reading Chingu !

❤❤❤❤

*

*

*

*

*


Haechan termenung, tubuhnya tersandar di sandaran kusen jendela kamarnya. Hatinya benar-benar gusar. Sudah sejak malam itu ia tak bertemu dengan sang kekasih Ryujin. Terlebih pekan minggu ini sebelum tunangannya ia mengadakan pesta lajang terakhir yang menjadi teradisinya. 

Konyol.

Kenapa harus sekarang, ini hanya pertunangan tapi kenapa harus ada teradisi seperti ini.


"Kau akan melamun sampai pagi disana, huh ?"


Haechan menoleh dan mendapati Renjun yang sudah mengenakan pakaian tidurnya mendekat. Haechan tak menajwab bahkan beranjak dari sana. Membiarkan tubuhnya diterpa angin malam yang sangat menusuk kulitnya.


Renjun ikut tersandar disebelah sisi lainnya dan menghela nafasnya.

"Kau menyesal ?"


Haechan melirik mendengar pertanyaan itu, ia memejamkan matanya sejenak. "Lebih tepatnya aku kurang hati-hati"


Renjun mendecak, "Kau selalu dingin pada pegawaimu, kau bahkan seenaknya pada kami sahabatmu.. tapi kenapa pada para gadis kau lemah sekali. Dulu kau tak seperti ini Lee Haechan"


Haechan mengakui itu, ketika ia di London ia memang ramah pada perempuan alasannya karena ia tak suka menyakiti hati para perempuan. Karena ia mengingat almarhumah ibunya yang sudah lama meninggal. Ia sering sekali memiliki banyak teman perempuan untuk diajak hangout bersama, just hang out dan itu tak sampai seperti ini.

Tapi London dan Seoul berbeda, ia salah harus menyamakannya dengan disana. Karina adalah salah satu contohnya. Ia tak ada maksud untuk mendekati Karina, ia memang murni seperti itu pada perempuan walau ia akui pada Karina ia terlalu berlebihan. Dan itu membuatnya seperti terjebak sendiri.


Renjun tahu Haechan tengah merutuki sikapnya yang sok manis itu,


"Jangan salahkan Karina, ia tak salah.."


Haechan menoleh, dan menghela nafasnya berat. "Aku tahu.. ini memang salahku"

Renjun mengangguk, "Bagus kalau kau sadar, sekarang tidak ada gunanya kau menyesali.. kalian akan bertunangan  sebentar lagi"


Haechan mendecak, "Kau hampir mengatakannya tiap hari"

"Aku hanya mengingatkan" Ujarnya acuh tak acuh.


Renjun berjalan lebih masuk kedalam karena udara dingin menyelimuti tubuhnya, ia tersandar tepat di meja dekat tempat tidur milik Haechan dengan kedua tangan yang sengaja ia lipat di depan dada.

The Between Love And Blessing (Haechan &  Ryujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang