Prolog

29 5 15
                                    


"Zivana bangun!"

Sebuah teriakan dari seorang wanita paruh baya yang mencoba membangunkan gadis di dalam kamar yang masih setia menutup telinganya dengan bantal bahkan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Sudah lebih dari sepuluh kali wanita paruh baya itu mengetuk pintu kamar, namun tak ada sahutan sedikit pun dari dalam.

Zivana Almahyra, gadis itu masih enggan beranjak dari tempat tidurnya, walau sudah berkali-kali diteriaki oleh sang mama. Dengan terpaksa dia membuka kedua matanya perlahan sambil mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih melayang. Setelah sekian detik, dia beranjak dari tempat tidur dan berjalan gontai menuju pintu kamar.

"Selamat pagi mama Ziva yang paling cantik," sapa Ziva setelah membuka pintu kamarnya kepada sang mama.

"Ini udah siang sayang, 'kan ini hari pertama kamu masuk SMA jangan telat dong." gemas sang mama.

Sambil melirik jam yang tergantung di dinding kamar, Ziva cengengesan. "Belum jam tujuh kok ma jadi santai aja."

Melihat kesantaian sang anak, Rana hanya bisa menggelengkan kepala. Bukan hal baru lagi bagi Rana menghadapi sikap Zivana yang seperti ini. Setiap pagi selalu saja susah untuk membangunkan Zivana. Entah apa yang dilakukan sang anak setiap malam sampai susah untuk bangun pagi.

"Kalau gitu aku mandi dulu ya." Zivana maju selangkah kearah mamanya lalu mendaratkan satu kecupan singkat di pipi sang mama. "Masih pagi jangan marah-marah ya mama cantik." kalimat terakhir yang Zivana ucapkan sebelum masuk kembali ke dalam kamar.

Rana hanya tersenyum sambil memandang kamar putrinya yang sudah tertutup. Walau terkadang Zivana selalu membuatnya darah tinggi, tetapi Rana sangat bersyukur memiliki putri seperti Zivana Almahyra.

Zivana Almahyra, gadis yang selalu ceria dalam keadaan apapun, gadis yang selalu menciptakan kegembiraan bagi semua orang. Zivana bukan termasuk gadis yang kalem, tapi kebalikannya. Zivana mempunyai tingkah yang bar-bar, nggak ada tuh kalem-kalemnya. Ya, kalau di depan mamanya doang sih dia sedikit kalem, kayak permen kapas. Dari kecil Zivana punya impian yang cukup menarik, bisa naik haji bareng sama mamanya dan melihat Menara Eiffel bersama sahabatnya sedari kecil. Menarik bukan?

Zivana memang selalu terlihat ceria, namun dibalik itu semua ada luka yang berusaha Zivana tutupi dari semua orang dan entah sampai kapan Zivana mampu menutupinya.

***

Hasil kegabutan dari salah satu makhluk mars. Semoga suka ye, kkkkk.

naa.

Our DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang