5

12 2 126
                                    

Happy reading

Murid SMA Trijaya berbondong-bondong keluar dari area sekolah, karena bel pulang sudah berbunyi lima menit lalu. Terlihat seorang gadis sedang menunggu jemputan di halte depan sekolah, bersama murid lainnya. Perlahan, murid yang menunggu, pergi satu persatu karena jemputannya sudah datang. Hanya tersisa gadis tersebut.

"Ini pak Adi kemana, ya? Kok lama banget, nggak kayak biasanya. Mana hp gue mati lagi." monolog gadis tersebut yang ternyata adalah Lala.

Sambil terus melihat kanan kiri, memastikan jemputannya datang atau mungkin ada taksi lewat, Lala mulai gusar.

"Tau gitu, tadi bareng Sia aja." sesal Lala yang tadi menolak ajakan Sia untuk pulang bersama.

Tiba-tiba ada seorang pengemudi motor yang berhenti tepat di hadapannya. Setelah pengemudi motor tersebut membuka helm nya, Lala menjadi tahu kalau orang tersebut adalah Leo. Iya, Leonardo kakak kelasnya.

"Kayla?" panggil Leo dari atas motornya.

"Eh, iya kak Leo." jawab Lala sedikit malu.

"Kenapa belum pulang?"

"Belum dijemput kak. Nunggu taksi lewat juga nggak ada." jelas Lala.

"Kenapa nggak bareng Ziva atau temen lo yang satunya?" tanya Leo kembali.

Lala yang ditanya pun menjelaskan seadanya kepada Leo.

"Mau bareng nggak? Daripada lo kelamaan nunggu. Udah sepi juga." tawar Leo merasa kasian kepada Lala. Halah Leo, bilang aja sekalian modus. Dasar Leo buaya.

Lala yang ditawari pun mulai berpikir untuk mengiyakan tawaran Leo atau tidak. Tapi, dalam hati Lala, ia merasa takut jika nanti tiba-tiba ia diculik Leo dan dijual kepada om-om. Merasa berpikir terlalu jauh, Lala pun menepis pikiran buruknya itu.

"Kebanyakan mikir lo, mau nggak?" tanya Leo sekali lagi.

"Em, tapi kak Leo nggak ada niat jahat, 'kan? Nggak mau nyulik gue, terus jual gue ke om-om gitu. Nggak, 'kan?" tanya Lala berturut turut.

Leo yang mendengar pertanyaan Lala yang menurutnya konyol, langsung tertawa. "Lo kenapa bisa kepikiran sejauh itu? Ya, nggak bakalan gue culik lo, lah."

Lala pun mulai menimbang-nimbang ajakan Leo. "Yaudah deh, gue mau."

"Gitu kek, dari tadi."

Dengan segera, Leo pun memberikan satu helm nya lagi kepada Lala. Leo memang selalu membawaa dua helm, karena yang satunya lagi untuk Ziva. Tapi hari ini ia tidak pulang bersama Ziva, sebab Ziva pulang bersama kakaknya.

Setelah memastikan Lala duduk nyaman di atas motornya, Leo mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Tak terasa lima belas menit berlalu, dan kini kedua remaja tersebut sudah berada di komplek rumah Lala.

"Rumah lo yang sebelah mana?" tanya Leo sedikit berteriak dari atas motor.

"Itu yang pagar coklat di depan!" tunjuk Lala pada sebuah rumah berpagar coklat.

Our DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang