Sorting Hat

255 39 1
                                        

Irene keluar dari kompartemen-nya setelah menggunakan seragamnya dengan lengkap. Mengabaikan dua laki-laki yang masih setia duduk didalam, belum tertarik untuk beranjak keluar.

"Sepertinya kalian tak berniat masuk ke Hogwarts, atau bagaimana?" Ujar seorang prefect pada kedua anak itu. Mereka langsung tersadarkan dalam lamunannya dan bersiap-siap. Juga menemukan tempat duduk yang sebelumnya terisi sudah kosong.

"Tahun pertama! Ikuti aku!" Seorang pria besar menginterupsi dari jauh. Irene mengikutinya, dan dia bersyukur bahwa dia memakai flatshoes, sebab jalanan yang mereka lalui begitu licin.

Pria besar itu menyuruh masing-masing naik ke perahu. Maksimal 3 orang. Dia duduk dengan gadis kriting lebat tadi, dan seorang lelaki yang lumayan tinggi untuk ukuran anak umur 11 tahun. Matanya merah, menurut Irene dia sangat mirip Hans. Hanya saja Hans lebih pendek dari Irene, apalagi dari anak itu.

"sniff.. sniff.." Anak itu mengendus, dia menatapi Irene dengan cermat. Irene mengernyit, risih.

"Wah, kau-?"

Irene menyuruhnya untuk diam. "Berisik."

Laki-laki itu mundur sedikit, dan tertawa. "Waw, waw, chill gurl. Namaku Ryan Riddle, kamu?"

"Irene Holmes."

"Holmes?" Tanya si gadis keriting, yang sebelumnya mengenalkan namanya di kompartemen sebagai Hermione Granger.

"Ho, kamu Muggleborn? Apa yang menarik darimu?" Tanyanya Ryan pada Irene.

"Aku? Tidak ada yang spesial. Aku hanya second master Bellatrix di dunia Muggle." Ujar Irene yang membuat Ryan terkejut, dan tertarik.

"Oh??? Jadi kamu 'gadis gila' yang diceritakan Leo??" Irene mengangguk.

"Wah wah, sepertinya aku akan mengabaikan fakta bahwa dirimu adalah Muggleborn. Kita harus jadi teman sepertinya!" Irene mengangkat bahunya, mengode terserah pada Ryan. Kemudian melirik Hermione.

"Mau bicara apa tadi kau?"

"Margamu Holmes kan... Marga yang sama dengan detektif yang terkenal, Sherlock Holmes?" Tanya Hermione.

Irene mengangguk.

"Apakah kamu anaknya... Sherlock Holmes?"

Irene menggeleng, "bukan, itu adik sepupuku."

Hermione mau melanjutkan perkataannya, tapi perhatian mereka teralihkan oleh pemandangan dari luar terowongan. Pemandangan Hogwarts. Jujur Irene sendiri kagum melihatnya. Ini pertama kalinya dia melihat kastil sebesar ini. Ya, dia tebak penyihir lain bisa saja punya kastil yang lebih besar dari ini, tapi ini, luar, biasa.

Mereka turun dari perahu dengan hati-hati, begitu pula Irene dan Ryan yang sekarang, Ryan mengikutinya. Agak membuat Irene risih, namun dia abaikan. Sepertinya banyak anak lain yang menatap ke arah Ryan, ya jelas bukan ke arah dirinya. Ryan tampan kok, Irene akui. Tapi seleranya bukan dia.

Mereka semua menunggu di depan pintu besar. Irene tebak, itu aula. Namun keributan membuat Irene terganggu. Lagi-lagi dua 'penumpang' kompartemennya berdebat. Kali ini membawa seorang anak berambut merah yang dipermalukan si blonde. Irene tebak, si brunette baru berkenalan dengannya di perahu, tapi mereka cepat akrab seketika.

"Hei Irene, tidak tertarik untuk melerai mereka?" Tanya Ryan.

Irene mendelik, "Panggil aku Holmes. Aku belum pernah mengizinkanmu memanggilku Irene." Dia menghela nafas kemudian, "kenapa tak dirimu saja? Mereka juga bisa tunduk dihadapanmu kan?"

"Kenapa aku tidak boleh memanggilmu Irene?" Ryan mengedikkan bahunya, "aku malas."

"Karena aku anak Mycroft Holmes." Bisiknya, membuat Ryan melebarkan matanya, terkejut. "Kuharap dirimu mau menyimpan rahasia itu agar bisa memanggilku Irene suatu hari nanti." Tambahnya, dia mengernyitkan dahinya kemudian, kesal. "Lalu kenapa dirimu malah menyuruhku jika dirimu sendiri malas?"

A Holmes Daughter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang