Irene menggenggam sapu terbang ditangannya. Dia merutuki kenapa harus melakukan ini? Selama 3 tahun belajar sihir, terbang adalah hal paling buruk yang dia pelajari. Dia bisa mengendarai sapu terbang, tapi yang jadi masalah adalah ketika dia melihat ke atas. Bukan, bukan kebawah. Irene tidak takut ketinggian, dan tidak akan mual dengan gerakan atau kecepatan pada sapu terbang. Masalahnya adalah kadang dia ingin melihat ke atas. Dan itu membuatnya pusing.
Dia lebih baik jatuh sambil melihat ke bawah. Ketimbang harus jatuh melihat ke atas. Itu membuatnya trauma. Sebab dia tak akan pernah tahu kapan dia benar-benar akan jatuh dan menyiapkan dirinya. Tapi langit itu selalu membuat siapa saja terlena. Seperti cerita sosok yang disebut Nabi, Yusuf.
Para wanita itu memotong jari mereka kan? Irene membayangkan semenarik apa dan setampan apa sosok itu. Sebab hanya melihat langit saja, Irene sudah terlena. Mungkin itu akan lebih buruk.
"Holmes?" Tangan Pansy menepuk pundaknya. Membuat Irene spontan terkejut.
"Kau memikirkan apa?"
"Langit."
"Kau takut ketinggian?"
"Lebih tepatnya aku takut langit."
"Tapi kau selalu melihat langit..." Pansy mengernyit, heran.
"Nah. Itu masalahnya." Dia berusaha mencerna perkataan Irene. Kemudian dia mengerti.
"Apa sebegitu sulitnya untuk tetap melihat ke bawah?" Irene mengangguk.
"Buruk sekali kelihatannya." Irene setuju dengan pernyataan Ryan yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka. Itu benar-benar hal yang buruk.
Mereka mendengarkan Madam Hooch mengintruksikan masing-masing dari mereka untuk mengangkat sapunya. Dan cukup naik di atas sapu yang melayang. Namun, sepertinya takdir berkata lain.
Sapu Neville yang dinaikinya tiba-tiba bergerak secara tidak teratur. Membuatnya terbang sangat tinggi dan terjatuh begitu saja dengan wajah yang mendarat lebih dulu. Madam Hooch segera bergerak dan membantu Neville. Yang sayangnya harus segera dibawa ke Hospital Wings untuk mendapatkan perawatan.
"Tidak ada yang boleh terbang sama sekali sebelum aku kembali." Perintahnya, meninggalkan lapangan sambil membopong tubuh Neville.
Sayangnya perintah tersebut dilanggar oleh Malfoy. Dia mengambil sebuah bola kaca yang sepertinya terjatuh dari saku Neville. Melemparkannya ke atas dan ke bawah. Menatap Potter, dan menyeringai.
"Hei kau!" Teriak si rambut merah, Weasley. "Jangan merusak barang orang lain!"
"Ha-" Malfoy tertawa. "Ini hanya sebuah bola kaca. Apa pentingnya?"
"Semua barang milik orang lain itu penting, bodoh!" Teriak Weasley, memaki Malfoy yang masih melemparkan bola itu ke langit dan menangkapnya.
Irene memandangi bola itu. Bagaimana perasaannya menjadi bola itu yang terus-menerus dilemparkan ke atas langit? Apakah dia ketakutan? Atau bahagia?
Pertanyaan macam apa itu?
"Malfoy, berhenti." Pinta Potter.
"Apa? Berhenti?"
"Berhenti dan kembalikan barang itu!" Bentaknya, kemudian.
"Kalau begitu.." Malfoy naik ke atas sapunya. "Tangkap aku."
Ah, bodoh. Irene mengeluh dalam hatinya. Siswa lain memprovokasi Potter untuk mengejar Malfoy. Dia berjalan pergi dari lapangan dan memutuskan untuk menyingkir dan berteduh. Panas, baginya. Pansy dan Ryan tidak menyadari kepergian dirinya dan masih menatapi kebodohan Malfoy di atas langit.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Holmes Daughter
FanfictionDia Muggleborn. Tapi Salazar Slytherin mengizinkannya memasuki asramanya yang tak pernah dimasuki Muggleborn. Dia bukan seperti cerita yang lain, seorang Muggleborn angkat yang ternyata adalah keturunan rahasia Salazar Slytherin. Gen-nya jelas menu...