Kakinya menginjakkan common room. Dia mematung saat pertamakali memasuki common room lagi.
"Kau merasakannya?" Tanya Irene.
"Merasakan... apa?" Mereka berdua malah bertanya balik. Tidak mengerti yang dimaksud oleh Irene.
"Lupakan." Irene berjalan duluan ke kamarnya. Katanya Leo hanya akan mengambil perkamen dan pena nya untuk mengerjakan essai. Sedangkan Ryan sepertinya akan membaca buku potion sembari menghangatkan diri.
Dia berjalan ke asrama. Aromanya makin kuat. Kenapa disini hanya dia yang sadar? Dan kenapa instingnya mengatakan bahwa dia harus mencari sumber aroma ini.
Ah.
Dia menemukan sumbernya.
Irene menatapi lamat-lamat pintu hitam legam yang dibuat dari dark oak itu. Sedikit bimbang, apakah dia akan memutuskan untuk masuk atau tidak? Tapi instingnya mengatakan bahwa dia harus masuk.
Dia hendak menyentuh gagang pintunya. Saat tiba-tiba terasa sengatan listrik yang membakar. Irene spontan menjauhkan tangannya. Ini perlindungan khusus, kan?
Irene mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin mutiara yang warnanya tidak terlalu putih seperti pada umumnya. Mutiara itu bisa menyerap sihir, namun akan memberikan efek penggunanya kehabisan beberapa sihir.
Dia merasakan banyak orang yang akan berjalan kemari. Sebab itu, tanpa ba bi bu dia masuk. Melupakan etika mengetuk dan kini menutup pintu dari dalam.
Sedangkan orang yang di dalam menatap panik kedatangan Irene.
"Bagaimana bisa!?" Keringat bercucuran di wajahnya. Pakaiannya juga terlihat sangat amat berantakan.
Irene meneguk ludahnya. Dia masih 11, tapi karena Albert dan Mycroft yang terlalu frontal membuatnya mengerti hal-hal yang seharusnya belum dia mengerti. Dengan cepat dia kembalikan kesadarannya yang sempat kabur sebab aroma yang memenuhi ruangan ini.
"Ambil ini." Irene menyodorkan sebuah botol kecil dengan cairan berwarna aquamarine. Dengan susah payah berusaha untuk hanya benar-benar memberikan botol tersebut. Dan segera bergerak mundur, menjauh.
"Apa ini...?"
"Aku tidak berniat membunuhmu, kok." Irene berusaha meyakinkannya.
Diteguknya cairan tersebut. Dan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, sosok yang terkulai lemas dengan keringat yang membanjiri tubuhnya itu mulai tenang. Tubuhnya tidak sepanas sebelumnya.
"Sial sekali ya, dirimu?" Ledek Irene.
"Diam kau!" Mata abu-abu bergradasi birunya menatap tajam Irene. Dia hanya tertawa melihat reaksi itu.
"Besok duduklah di sebelahku atau sebelah Ryan. Dan aku akan tutup mulut." Ujar Irene.
"Apa jaminan kau tidak akan memberitahu?"
Irene yang barusan berdiri di ujung pintu berbalik. Dia berjalan mendekat dan berjongkok di hadapannya. Dengan tangan yang menangkup pipinya.
"Aku Holmes-Moriarty, kamu Malfoy-Black. Dua figur besar dalam masing-masing dunia. Kau pikir aku harus menghancurkan kepercayaan kalian? Aku tidak sebodoh itu untuk membuat kekacauan." Jelas Irene sambil tersenyum manis.
"Kau punya tujuan lain..."
"Tepat sekali!" Irene tersenyum, hingga matanya tenggelam dalam senyumannya.
"Aku mau kau bermain peran sebagai Alpha yang akan menjatuhkan aku."
"Aku tidak akan mendapatkan apa-apa..." Protes Malfoy.
![](https://img.wattpad.com/cover/285340710-288-k779439.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Holmes Daughter
FanfictionDia Muggleborn. Tapi Salazar Slytherin mengizinkannya memasuki asramanya yang tak pernah dimasuki Muggleborn. Dia bukan seperti cerita yang lain, seorang Muggleborn angkat yang ternyata adalah keturunan rahasia Salazar Slytherin. Gen-nya jelas menu...