06||Markas Geng Trithor

150 24 1
                                    

"Hey." Arkanza mengernyit tak suka. Dia baru saja tiba dirumah, saat ingin membuka pintu, pintu terbuka dari dalam, menampilkan Sheila yang masih mengenakan seragam sekolah dengan rambut terurai, tersenyum lebar kearahnya.

"Ihhh, kok aku dikancangin. Rion!" Sheila berjalan dibelakang Arkanza, mengekori cowok itu kemanapun melangkah.

"Rion! Rion kamu dengar nggak sih?" Arkanza berbalik, tatapannya dingin seperti biasanya.

"Pintu didepan. Kalau lo mau pulang, silahkan." Cowok itu kembali berbalik, menaiki anak tangga.

"Aku nungguin kamu daritadi Rion. Kok diusir? Rion! Rion! RION!"

Arkanza menoleh. Matanya menggelap. Karna risih, cowok itu mendekati Sheila. Lalu tanpa aba-aba mencekiknya kuat, hingga Sheila memberontak kesakitan.

"Ri-on sakit. Lepas_" Arkanza yang suasana hatinya memang sudah tertutupi kabut nafsu, semakin menekan kuat leher Sheila.    Beruntung, suara gadis itu saat berteriak kedengaran oleh Bu Iyen_kepala pembantu dirumah Arkanza.

Wanita baya itu begitu tergopoh menghampiri Arkanza. Berteriak untuk melerai. Hingga, Pak Asep_tukang kebun_yang baru selesai menyiram tanaman ikut kaget saat mendengar suara gadis dari ruang tengah, dan menghampiri ketiganya.

Arkanza gelap mata. Dia bahkan tak sadar, jika wajah Sheila sudah pucat pasi. Bahkan, sadar pun mungkin dia tak peduli.
Barulah cekikan Arkanza melemah, saat pak Asep meneriaki namanya.

Dengan raut wajah datarnya seolah-olah tak terjadi apapun, Arkanza berlalu naik keatas kamarnya. Suara bantingan pintu terdengar jelas hingga ke ruang tamu.

Pak Asep dan Bi Iyen segera menopang tubuh Sheila yang sudah melemah, dan menuntunnya untuk berjalan ke arah sofa diruang tengah.

Tubuh gadis itu bergetar tak karuan. Hingga akhirnya, jatuh tak sadarkan diri.

••••

Arkanza merogoh saku celananya. Cowok itu telah sampai di markas Geng Trithor sejak beberapa saat yang lalu.

Saat menemukan kunci cadangan yang telah dia replika sebelumnya di salah satu tukang kunci, cowok itu berjalan mengitari  kesekeliling markas.

Nampak dari depan, ada beberapa motor yang bertengger disana. Sekitar 5 motor. Arkanza paham, mungkin disana hanya ada sedikit orang.

Memastikan bagian belakang markas aman, cowok itu dengan gesit membuka pintu secara perlahan dengan kunci cadangan yang dimiliki.

Mengendap-ngendap, Arkanza memperhatikan sekitarnya. Dia bersembunyi di salah satu pilar tiang saat ada seorang anggota Trithor yang berjalan menuju halaman belakang.

Saat orang tersebut telah berjalan melewatinya. Arkanza dengan sigap mengunci pergerakannya, memukul kepala bagian belakangnya hingga orang tersebut pingsan.

Arkanza membuka jaket kulit yang dikenakannya, kemudian menggantinya dengan jaket khas Geng Trithor untuk melakukan penyamaran.

Topi yang Arkanza kenakan, sedikit diturunkan, hingga membuat sebagian wajahnya tertutup.

"Gue yakin, gadis ini masih perawan. Dia aja masih takut-takut gitu."

"Bos mana ya? Udah sesak gue."

"Tunggu bego, kalau dia tahu kita cicip duluan, bisa tepar kita."

Sayup-sayup terdengar suara tawaan dari beberapa cowok yang berasal dari ruang tengah. Arkanza menyelinap masuk. Disana hanya ada 6 cowok. Dapat dia lihat, keenamnya tengah menatap sesuatu yang dirantai dan ditidurkan disalah satu meja panjang yang berada disudut ruangan.

ArkanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang