02||Pembantu baru Graxda

1K 140 93
                                    

Typo bersebaran. Bantu tandai vren.

••••

Menjadi orang yang ditolong oleh Arkanza kemarin sepertinya bukan hal yang benar-benar menguntungkan untuk Adara. Jika saja bisa memilih, Adara lebih baik memilih Arkanza tidak usah menolongnya kemarin.

Seperti saat ini, bel istirahat baru saja berbunyi. Namun Adara harus disibukkan untuk berlari sepanjang koridor dan sesegera mungkin untuk sampai dikantin.

Jika kemarin-kemarin dia hanya perlu duduk anteng dibangkunya saja dan menunggu orang-orang datang membullynya, maka mulai hari ini berbeda. Adara sendiri yang membawa dirinya untuk datang kepada si pembully.

Arkanza Arion.

Seakan ada yang berbisik, nama cowok itu terus saja mengudara dikepalanya. Membuat rasa takut Adara semakin kuat hingga harus terus menambah kecepatan larinya.

Suasana kantin yang tadinya ramai kini berganti hening ketika Adara barusaja menjejakkan kakinya disana.

Berbagai tatapan ditujukan kearah Adara. Mulai dari menatapnya iba, hingga dengan tatapan penuh kebencian, semuanya mengiringi langkah gadis itu. Semuanya didoniman-in oleh kaum hawa.

"Katanya Arkanza nolongin dia kemarin. Beruntung banget ya. Mau juga gue."

"Palingan dijadiin mainan doang. Atau nggak pembantu. Upss."

"Nggak mungkin juga pangeran seperti Arkanza mau bareng gadis miskin penyakitan itu. Ibaratnya langit dan kayu lapuk dibumi."

"Coba liat, dia aja jalannya sambil nunduk gitu. Sakit tulang kali."

"Kasian. Beliin dia susu Anlen."

Adara terus melangkah, meskipun tak dipungkiri rasa gugup turut menemani setiap langkahnya. Hingga tak terasa, gadis itu menghentikan langkahnya saat dirasa telah berada didepan kedua meja saling bersambungan yang ada dipojokan kantin.

"Maaf terlambat." Adara berucap pelan dengan nafas yang terburu-buru, efek gugup dan habis berlari dari koridor tadi, semuanya bercampur satu.

Semua anak Graxda terdiam ketika Adara tiba-tiba datang dan memotong pembicaraan mereka. Dafa yang tadinya sempat berbicara kini juga sudah menutup rapat mulutnya.

Keadaan benar-benar hening. Semuanya hanya terdiam. Bahkan suasa kantin, hanya terdengar bisikan-bisikan yang terdengar samae. Disaat seperti ini, atmosfer diantara mereka juga rasanya sangat berbeda.

Dafa yang tadinya iseng menggigiti ujung sedotan kini menatap satu sama lain dengan Rico_cowok bertubuh pendek yang duduk di kursih paling pojok, sebelah kanan Arkanza.

"Kenapa?" Rico menggeleng disaat  berhasil menangkap gerakan dari bibir Dafa.

Genta yang tadinya fokus dengan rubiknya juga menghentikan permainannya, beralih menyimpan susunan kotak berbeda warna itu keatas meja. Dia melipat tangan didepan dada, namun tetap dengan pandangan lurus kedepan.

"Hm, Kok hening gini." Bathram yang mulai menyadari kecanggungan satu sama lain, berdehem_mencoba untuk memecah kesunyian diantara mereka. Dia yang pertama membuka suaranya. Cowok itu mencoba tersenyum, lalu menyapa Adara. "Adara ya?" tunjuknya menggunakan jempol tangan. Tidak tahu, dia dibesarkan dengan kebiasaan seperti itu.  Katanya, biar sopan. Apalagi kepada wanita.

Adara yang gugup dan hanya menatap kilas Bathram, hanya mengangguk singkat. Hanya mengangkat pandangan pun, Adara tak kuasa.

Seluruh perhatian seisi kantin juga termasuk inti Graxda jelas tertuju padanya.

ArkanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang