Prologue

1.8K 126 1
                                    


Jeno melirik jam dinding yang tergantung tepat di sebelah lemari. Di belakangnya ada Oma yang tengah menggigit bibirnya penuh harap sambil menatap layar laptop milik cucu perempuannya. Sementara Jena hanya terduduk santai di atas karpet sambil mengutak-atik laptopnya yang ia letakkan di atas meja.

"Buruan, Na, dua menit lagi." ucap Jeno mengingatkan.

Jena berdecak, "Kalo buka tepat waktu, pasti nanti web nya down. Mending nanti-nanti aja tau." jawab Jena.

"Ya dicoba dulu aja, Na, siapa tau bisa." sahut Oma, yang kali ini berpihak pada Jeno.

Jena hanya menggumam, masih sibuk mengetikkan sesuatu agar website yang ditujunya terbuka. Sebuah halaman pun muncul, memperlihatkan hitungan waktu yang masih menghitung mundur.

Kemudian Jena mendongak, melihat kakak dan omanya secara bergantian. "Tapi kalo aku gak lolos, jangan kecewa ya." ucapnya memperingati.

"Enggak lah, Na, kampus cadangan kamu kan masih banyak." ujar Jeno, yang kini mengambil tempat di sebelah Jena. Sementara Oma sudah menyandarkan tubuhnya ke sisi sofa.

"Kok Oma yang deg-degan ya, Jen?" tanya Oma, sambil menegang bagian dadanya di sebelah kiri.

Jeno tertawa, "Mending Oma gak usah liat deh, takut pingsan."

Oma membulatkan kedua matanya, sebelum melayangkan sebuah cubitan kecil di pipi Jeno.

Jena sibuk menggigiti kuku jari tangannya. Matanya terus menatap ke arah deretan angka yang masih menghitung mundur, sekitar empatpuluh detik lagi Jena dapat melihat hasil ujian masuknya.

Sebenarnya Jena tidak berharap banyak. Kampus yang ia ikuti ujian masuknya ini merupakan kampus terbaik, dan Jena pesimis akan hal itu. Hanya saja Jeno dan Oma terus mendorongnya untuk mencoba, dan sekarang Jena takut mereka kecewa.

"Ah, aku takut." gumam Jena, sambil meraih tangan Jeno untuk ia peluk.

"Sepuluh detik lagi!" Jeno berseru, ia menangkup kepala Jena sambil mengelusnya lembut.

Jena semakin mengeratkan rangkulannya pada lengan Jeno. Ia benar-benar tidak sanggup melihatnya. Apalagi jika tanda merah yang nanti akan keluar, Jena benar-benar--

"LOLOS, NA!"

Detik itu juga Jena semakin memejamkan kedua matanya.

Perasaan campur aduk kini bermunculan. Senang karena lolos. Tapi sedih karena itu tandanya ia harus meninggalkan Bandung dan kembali ke Jakarta lagi.

Jakarta, ya.

Perasaan Jena belum selesai dengan kota itu.

Let Her Choose || Lee Heeseung EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang