Semenjak hari dimana Jena menangkap basah Heeseung di ruangan Jake, rasanya seperti ada jarak di antara Jena dan Jake. Jena juga heran, entah kenapa ia malas saja melihat Jake.Biasanya kalau ada Jake, Jena langsung menghindar. Kalau gak sengaja papasan pun Jena lebih memilih untuk buang muka.
Sebenarnya Jena bingung kenapa dia harus begitu sama Jake. Padahal tidak ada yang salah dan harus disalahkan. Memangnya kalau Heeseung main ke ruangan Jake, kenapa? Toh mereka sahabatan. Kalau Heeseung pulang ke Indonesia juga kenapa? Apa urusannya sama Jena.
"Bawaan orok gak sih, Na?" tebak Arin, yang juga ikutan bingung dengan sikap Jena. Barusan Jena bercerita panjang lebar. Sekarang Arin malah semakin penasaran seperti apa rupa mantan Jena.
Jena menoyor dahi Arin, "Omongan lo!" protesnya, kemudian mengelus perut ratanya.
"Lagian gak jelas, apa tujuannya lo marah?" tanya Arin, yang sebenarnya juga disetujui oleh Jena. "Lo jauhan sama Kak Jake begini juga gue rugi. Gak bisa deket-deket sama My--"
Jena membekap mulut Arin, "Rin, please gue mual banget dengernya." sebagai gantinya, Jena menyodorkan sebuah donat ke arah Arin agar gadis itu bisa diam.
Akhir-akhir ini omongan Arin terlampau tidak jelas.
Keduanya sedang duduk di deretan kursi bagian belakang. Mata mereka menatap ke arah panggung, menikmati salah satu band yang menjadi bintang tamu di acara ini.
Acara kegiatan amal yang diselenggarakan himpunan memang selalu pecah, katanya. Selain banyak bintang tamu, banyak makanan juga. Lumayan, Jena dan Arin bisa makan malam secara gratis.
Awalnya Jena tidak mau datang, tapi Arin memaksa. Katanya mau liat Jake yang pasti seliweran kesana-kemari di acara amal. Jadilah keduanya hanya duduk di belakang, tidak ikut berjingkrak-jingkrakan seperti mahasiswa lainnya.
"Jam delapan gue pulang ya, Rin. Besok ada kelas pagi." ucap Jena setelah melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
Arin mendecak, "Cepet amat. Nanti juga dianter sama Kak Wonwoo pulangnya." protesnya.
"Besok Akuntansi, gue gak mau ngantuk di dalem kelas."
"Yauda, yauda. Lo mau di sini aja? Gue mau join Sungchan, asik banget jogetan dia." Arin berdiri.
Jena mengangguk, "Lo aja sana." terdengar sedikit mengusir, membuat Arin menjulurkan lidah sebelum akhirnya berjalan ke arah Sungchan and the genk.
Memang benar-benar si Arin. Dia yang minta ditemani, tapi Jena malah ditinggal. Untung Jena masih membawa novel, walaupun ia ditatap aneh oleh beberapa orang. Memangnya siapa yang membaca novel di tengah acara semi konser seperti sekarang?
Tak berselang lama, Jena merasa seseorang duduk di sampingnya. Buru-buru ia mendongak, "Rin, gue kayaknya pulang--" nafas Jena tercekat, melihat sosok lain yang kini tengah menghadap ke panggung dengan senyuman.
"Gapapa kan aku duduk di sini?" Lee Heeseung bertanya.
Jena mengerjap, sebelum akhirnya ia mengangguk dan kembali memusatkan pandangannya lagi ke buku novel. Ia tidak membaca, hanya memandang tulisannya. Bagaimana Jena bisa fokus dengan adanya kehadiran Heeseung?
"Maaf, mungkin waktu itu kamu kaget." Heeseung buka suara. "Apalagi pas di mall."
Jena masih enggan mendongak, hanya diam dan mendengarkan. Pasalnya, mulut Jena juga susah digerakkan.
Heeseung kini menoleh, menatap Jena dari samping. "Kenapa chat aku gak pernah dibales?" tanyanya, sedikit miris karena selama ini pesannya hanya sekedar dibaca sama Jena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Her Choose || Lee Heeseung Enhypen
FanfictionLanjutan dari I Want You to Stay || Lee Heeseung ✨ "Susah sih, buang mantan pada tempatnya tapi tempat mantan masih tersedia di dalam hati. Gimana mau move on?" - Arin.