"Kak Heeseung." lirih Jena.Kedua kakinya ikut melemas, bahkan kini ia berpegangan pada sisi tangga. Untungnya Darren turun dengan cepat, ia merangkul pinggang Jena agar gadis itu tidak terjatuh.
Heeseung menatap Jena, namun ia tidak sanggup. Ia tidak ingin Jena melihatnya dalam keadaan seperti ini. Heeseung malah melirik Wonwoo -Dylan- yang kini sedang menyeringai seperti iblis sambil menatap Jena.
Dalam hitungan detik, Wonwoo -Dylan- meraih sesuatu dari balik jaketnya. Kemudian mengarahkan benda berwarna hitam itu ke arah Jena.
"Wonwoo!" Jeno menjerit, berlari ke arah Wonwoo yng dengan santainya masih terduduk tepat di bawah pilar. Begitu juga dengan Heeseung yang masih berusaha berlari ke arahnya.
Jena memekik, namun Darren dengan cepat menghalangi tubuhnya. Darren memasang badannya sebagai tameng Jena.
Tak disangka, Wonwoo malah mengeluarkan pistol lainnya, dan kini ia arahkan kepada tiga orang yang saat ini tengah berlari ke arahnya. Otomatis Jeno, Jake, dan juga Heeseung menghentikan langkah.
"Pilih yang mana, nih?" Wonwoo -Dylan- bertanya dengan kesan meledek. Kedua tangannya sudah dilengkapi pistol yang siap menembak kapan saja.
"Dylan," Darren buka suara. "Gue bantu lo buat dapetin Jena, bukan untuk bunuh orang. Buang."
Dylan tertawa kecil, "Darren, gue bukan anak kecil lagi." ucapnya. "Pilihannya cuma satu, Heeseung mati biar Jena lupa sama dia. Atau Jena yang mati, biar impas gue ataupun Heeseung gak ada yang mikikin dia."
Jena yang bersembunyi di belakang tubuh Darren pun bergetar hebat. Ia tidak menyangka, ia disukai oleh pria psikopat yang ternyata semenyeramkan ini.
"Wonwoo, please, ini masalah sepele yang masih bisa diomongin." Jeno berlutut, berharap Wonwoo akan menurunkan pistol yang mengarah pada Darren dan Jena.
"Gue selalu dapet apa yang gue mau," Dylan menyeletuk. "Kalo gue gak bisa, orang lain pun gak boleh ada yang bisa." lanjutnya. "Cepet, tangan gue pegel."
Dylan menurunkan tangannya yang mengarah pada Jake, Jeno, dan Heeseung. Namun tangan kanannya yang mengarah pada Darren dan Jena belum juga turun.
"Gue bakal nurut sama lo, Kak! Asal jangan sakitin siapapun." Jena keluar dari balik punggung Darren, ia ikut berlutut. Darren sempat menahannya, namun Jena menepis. Kini pistol itu tepat mengarah pada Jena.
"Lo boleh ambil Jena. Tapi jangan apa-apain dia, gue mohon." Heeseung menyahut. "Gue sebentar lagi ke Jepang. Gue bakal tinggalin dia, dia bebas sama lo."
Dylan melirikkan matanya, menatap Heeseung yang saat ini sudah menunduk.
"Woo, please, gue yakin lo gak sekejam ini. Lo cuma dibutain sama cinta." Jake ikut buka suara. "Gak seharusnya lo pake cara kayak gini. Udah kelewatan."
Dylan mendecak, "Lo aja gak pernah biarin gue deket sama Jena." sarkasnya, kemudian ia menoleh dan menatap Darren. "Darren, kalo lo gak cabut, gue pecahin kepala lo."
Darren meneguk salivanya, ia melirik sebentar ke arah Jena yang masih berlutut sebelum akhirnya berjalan menjauh.
Tiba-tiba Dylan menarik pelatuk pistolnya, membuat seluruh insan yang berada di dalam gedung itu pun melonjak beku.
"Wonwoo, please. Bunuh gue! Jangan Jena, gue mohon!" seru Jeno.
Kedua mata Heeseung sudah panas rasanya, "Masalahnya ada di gue sama lo, Woo. Libatin gue aja, jangan bawa-bawa Jena. Bunuh gue." lirihnya.
"Gak! Gak ada yang pantes dibunuh! Ini semua masih bisa dibicarain baik-baik!" Jake menyahut.
"Kak Wonwoo, please." kini Jena buka suara. Ia mendongak, menatap tepat ke manik Wonwoo yang sekarang tengah fokus padanya. Wajahnya sudah banjir air mata, Jena tidak peduli bagaimana penampilannya sekarang.
Dylan masih tidak mengubah ekspresinya. Masih datar dengan matanya yang menatap tajam ke arah Jena, tak lupa sebuah pistol yang mengarah padanya.
"Dylan," panggil Jena. "Please."
DOR!
Jena memekik dengan kedua matanya yang terpejam. Begitu juga semua orang.
Nafas Jena tak beraturan, tapi-- ia tidak merasakan sesuatu yang menyakitkan dari tubuhnya. Perlahan ia membuka kedua matanya, memperhatikan tangan dan juga badannya untuk melihat apakah ada luka--
"HEESEUNG!" jeritan Jake menyadarkan Jena dari fokusnya.
Jena otomatis mendongak, melihat Jake dan Jeno yang mengerubungi tubuh Heeseung yang sudah tumbang ke atas lantai dengan sebuah noda darah di bagian dada kirinya.
Nafas Jena rasanya berhenti seketika. Ia menjerit, namun tanpa suara. Ingin rasanya Jena menghampiri, namun seluruh anggota badannya dirasa lemas untuk sekedar bergerak sesenti pun.
DOR!
Tembakan kedua terdengar begitu nyaring. Jena yang spontan memejamkan matanya langsung kembali tersadar, ia dengan panik melihat ke arah Jake dan Jeno, namun yang ia lihat--
"Udah gue bilang, gue gak bantu lo untuk bunuh orang." suara dingin Darren terdengar tajam, ia mengarahkan pistol yang entah ia ambil darimana ke arah Wonwoo yang sudah meringis kesakitan akibat luka tembak di tangan kanannya.
BRAK!
"Angkat tangan!"
ea gak jelas bgt aku tau 😭 btw sebenernya mau up td malem tp keasikan nonton en-house malah ketiduran hehehe
yuk yang belum mampir di cerita nya jungwon, bisa cek works aku yaa!! 😘❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Her Choose || Lee Heeseung Enhypen
FanficLanjutan dari I Want You to Stay || Lee Heeseung ✨ "Susah sih, buang mantan pada tempatnya tapi tempat mantan masih tersedia di dalam hati. Gimana mau move on?" - Arin.