Helm yang dipegangnya dibanting begitu saja ketika ia memasuki rumah. Tak peduli tatapan para asisten rumah tangga yang saat itu masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Seseorang melangkah menuruni tangga dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam kantung. Kedua alisnya menyatu, "Masuk rumah tuh salam. Emosi mulu lo." sarkasnya.
"Bacot." sahut Wonwoo. Ia menyisir rambutnya ke belakang, membiarkan helm mahalnya di urus oleh asistennya dan memilih untuk melangkah mendekati meja makan. "Papa Mama mana?" tanyanya.
"Belum balik, kayaknya lupa alamat rumah." jawab Inyeop, kembaran Wonwoo yang lebih tua tujuh menit.
Tak berniat membalas, Wonwoo malah mengambil sepotong roti panggang yang memang selalu disediakan sebagai camilan.
Inyeop memandanganya aneh, "Kenapa lo." bukan pertanyaan, melainkan seperti pernyataan.
"Joget." jawab Wonwoo asal. "Makan lah, buta mata lo."
"Bangsat." Inyeop menggumam. "Lo lempar helm, kenapa? Itu helm keempat yang lo rusakin bulan ini." jelasnya. Kadang Inyeop sedikit heran, kenapa Wonwoo anaknya emosian banget. Apapun dirusak. Untung saja rumah gak pernah dia bakar.
Wonwoo mendengus, ia melangkah ke arah sofa ruang keluarga dimana Inyeop sedang meluruskan kakinya di atas meja, "Tau cewek yang pernah gue ceritain, kan?"
"Oh," Inyeop mengangguk. "Juna?"
Wonwoo seketika melempar salah satu bantal sofa ke arah saudara kembarnya itu, "Jena, Bego."
"Oh," Inyeop mengangguk lagi.
"Cewek sialan." gumam Wonwoo. "Bisa-bisanya dia balikan sama mantannya tanpa ngasih tanda-tanda ke gue."
"Lo pikir dia mau lahiran yang keliatan tanda-tanda kontraksinya?" celetuk Inyeop.
Wonwoo menghela nafas. Memang saudara kembar itu saling melengkapi, buktinya Wonwoo jauh lebih waras. "Lo pikir aja, dia seakan masih ngasih gue kesempatan tapi dia malah balikan sama si tai." cercahnya.
"Gak bisa bayangin sih, soalnya gue satu cewek juga gak cukup." sahut Inyeop.
Wonwoo mendecak kasar, "Yang keluar dari mulut lo sampah doang, Anjir." ia melempar lagi sebuah bantal sofa, kali ini menubruk tepat di wajah Inyeop. Selanjutnya ia melangkah menaiki tangga, menuju kamarnya yang berada di lantai tiga.
Gak usah heran, rumah Wonwoo memiliki lima lantai.
"Rebut lah, Gila, payah amat lo diserobot orang." seru Inyeop, yang kali ini sedang mencari remot televisi yang biasanya nyelip di sela-sela sofa.
Perkataan saudara kembarnya itu membuat langkah Wonwoo terhenti, padahal tersisa dua anak tangga lagi yang harus ia pijak. Perlahan Wonwoo memutar badannya, "Niatnya, sih. Tapi gue gak bisa main bersih." ucapnya, kemudian menyeringai.
"Jangan deh, kasian Papa Mama anaknya keluar masuk penjara mulu."
"As long as Papa Mama masih punya uang, kenapa harus takut?" sarkas Wonwoo.
Inyeop memutar badannya, kini menatap Wonwoo dengan kesal. "Muka kita mirip, polisi suka salah tangkep. Gue yang gak enak, sialan." jawabnya, karena sudah sekitar tiga kali Inyeop harus mendekam di dalam penjara selama beberapa jam hanya karena salah tangkap.
Gak enaknya punya kembaran, ya kayak gitu contohnya.
"Lagian lo udah gede, Woo, jangan berlindung di balik orangtua terus." Inyeop memberi nasihat.
"Cih, kayak lo lebih tua dari gue aja bisa ngomong begitu." balasnya acuh lalu melanjutkan langkahnya menuju tangga yang mengarah ke lantai tiga.
"GUE EMANG LEBIH TUA YA! TUJUH MENIT! INGET!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Her Choose || Lee Heeseung Enhypen
FanficLanjutan dari I Want You to Stay || Lee Heeseung ✨ "Susah sih, buang mantan pada tempatnya tapi tempat mantan masih tersedia di dalam hati. Gimana mau move on?" - Arin.