Jena mendengus kasar begitu merasakan punggungnya kembali terasa nyeri. Sudah hampir tiga jam ia duduk di atas kursi belajar dengan sebuah laptop yang menghadap ke arahnya. Tugasnya baru saja selesai, tepat di jam sebelas malam lebih sedikit.Selesai meng-copy file tugasnya ke ponsel, Jena buru-buru merapihkan laptopnya. Matanya sudah kelewat mengantuk, Jena butuh tidur sekarang juga. Apalagi kelas besok akan dimulai jam delapan pagi.
Tiba-tiba ponselnya bergetar, memperlihatkan notif yang menunjukkan kalau Arin baru saja mengirim pesan.
Iya, Yoon Arin. Sahabat baru Jena yang sudah mengisi harinya sejak empat bulan yang lalu, tepatnya sejak hari pertama masa ospek. Walau agak sedikit gila dan bawel, tapi Jena paham kalau dirinya tidak begitu hebat dalam mencari teman. Jadi dia terima-terima saja segala kondisi Arin, tapi Arin tetap baik sih.
Mata Jena melotot otomatis, bisa dilihat kan Arin se-gila apa?
Selesai urusannya dengan Arin, Jena kembali merapihkan printilan laptopnya untuk ia letakkan kembali ke dalam lemari. Setelah itu ia melangkah ke kamar mandi, menuntuskan panggilan alam yang sudah menjadi rutinitasnya sebelum tidur. Buang air kecil. Walaupun Jena yakin pasti di sekitar jam dua atau tiga subuh ia akan terbangun untuk pipis lagi.
Jena membaringkan tubuhnya ke atas kasur. Menutupi setengah badannya dengan selimut sebelum meraih bantal guling untuk ia peluk.
Ia memang sudah mengantuk. Tapi kegiatan overthink atau mengkhayal rasanya sudah jadi rutinitas Jena sebelum memejamkan mata di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Her Choose || Lee Heeseung Enhypen
Fiksi PenggemarLanjutan dari I Want You to Stay || Lee Heeseung ✨ "Susah sih, buang mantan pada tempatnya tapi tempat mantan masih tersedia di dalam hati. Gimana mau move on?" - Arin.