aHoS IV

180 44 6
                                    

Jisoo menggerakkan lehernya yang terasa sangat lelah, beberapa hari ini dia tidak bisa tidur sama sekali atau bisa dibilang jam tidurnya sedikit berantakan dengan jadwal lembur yang sering dia ambil. Direngangkannya kembali otot-otot tubuhnya sambil berjalan keluar kamarnya, Jisoo berhenti menatap meja makan yang sudah berisi makanan. Lisa meletakkan gelas minum saat dia sadar Jisoo sudah berdiri memandang ke arahnya. Sebenarnya dia sangat malas untuk melakukan hal ini mengingat sikap Jisoo yang selalu tidak baik padanya dan terlebih Jisoo bukanlah siapa-siapa baginya.

Tapi kalau bukan karena Jennie yang mengatakan bahwa Jisoo sedang bekerja lembur beberapa hari ini demi menghidupi mereka dia tak akan sudi melakukan ini. Setidaknya satu kebaikan Jisoo yang bisa membuat dia ingin membalas dengan menyiapkan makanan untuk gadis itu. Jisoo memandang sekeliling apartmentsnya, tempat ini sudah bersih lagi. Bukankah dia sudah melarang Lisa untuk membersihkannya.


"Jennie membantuku membersihkannya. Dia bilang tidak tega melihatmu terlalu lelah dan juga kamu tidak pandai dalam hal seperti itu, jadi dia bilang dia meragukanmu." Lisa menjelaskan sebelum Jisoo mengamuk dirinya lagi.

"Baguslah, badanku juga sakit semua. Itu sarapanku?" Jisoo menunjuk meja makan.

"Bukan!! Ya tentu saja untukmu, memang ada orang lain lagi disini?" Jawab Lisa ketus.

"Ini karena kamu sedang hamil atau memang sifat aslimu seperti ini, huh?" Jisoo menarik kursi meja makan dan duduk.

"Asli, kenapa?!"

Jisoo memutar bola matanya malas, Lisa menyodorkan sepiring nasi goreng buatannya diatas meja makan didepan Jisoo lebih tepatnya. Jisoo menuang air putih dalam gelasnya, Jisoo menelan ludahnya kasar, jika dilihat dari penampilannya makanan ini pasti sangat pedas sementara perutnya tidak pernah baik-baik saja jika berurusan dengan makanan pedas. Jisoo melirik sekilas ke arah Lisa, wanita ini sengaja memasak pedas untuknya atau dia memang tidak tahu soal ini. Jisoo memainkan sendoknya masih ragu-ragu menyuapkan sendokan pertama kemulutnya. Seperti dugaannya nasi goreng didepannya ini terlalu pedas untuknya, mulutnya serasa seperti terbakar. Dengan cepat Jisoo meneguk minumannya, Lisa yang melihat wajah Jisoo memerah merasa heran. Tidak ada yang salah dengan nasi goreng buatannya. Rasanya sudah pas, atau jangan-jangan.


"Kenapa? Kamu tidak suka pedas?" Tanya Lisa memastikan.

"Bukannya kamu sengaja membuatnya sepedas ini?" Jisoo terus menuangkan air putih di gelasnya mencoba menghilangkan rasa pedas dimulutnya.

"Hey, aku sudah mencoba baik padamu jadi jangan asal bicara. Memang kamu bilang kalau kamu tidak suka pedas?" Jawab Lisa dengan kesal.

" Terus apa kamu juga bertanya sama aku ?" Jisoo beranjak membuka kulkas mencari kotak susunya, tidak butuh waktu lama untuk Jisoo menghabiskan satu kotak susunya. Dengan wajah masam dan tanpa banyak bicara, Jisoo meraih tasnya dan meninggalkan Lisa sendirian menatap nasi goreng buatannya. Jika dia tidak mengikuti apa yang Jennie katakan, dia tidak akan merasakan sakit hati seperti ini.



"Kenapa wajahmu Chu?" Jennie mensejajarkan langkahnya begitu melihat Jisoo yang baru masuk kedalam gedung kampus mereka.

"Manoban itu ingin membunuhku." Ucap Jisoo dengan geram.

"Kenapa dengannya?" Jennie menahan tawanya, ternyata Lisa benar-benar melakukan apa yang di katakan.

"Dia memasak nasi goreng, tapi super pedas dan kamu tahu sendiri aku tidak bisa makan makanan pedas. Apa dia sudah gila, untung dia hamil jika tidak sudah aku tendang keluar." Jennie menahan tangan Jisoo agar berhenti, dalam hatinya dia merasa sangat bersalah saat ini.

"Chu, aku yang meminta Lisa, aku yang suruh dia masak yang pedas. Dia tidak secara sengaja Chu." Jennie memberi penjelasan pada Jisoo dengan wajah full senyumnya.

A Heart Of SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang