aHoS II

214 45 10
                                    

Jennie yang melihat Jisoo terdiam hanya memainkan tangannya diatas meja membuat dia sedikit merasa bingung, tidak biasanya kakak tirinya ini lebih banyak diamnya. Tidak mungkin jika kakaknya ini punya masalah yang menyangkut perasaan, kakaknya bukan orang yang mudah jatuh cinta. Dan setahunya dia, kakaknya ini belum punya pasangan. Atau jangan-jangan kakaknya ini sebenarnya sudah punya hanya saja dia tidak pernah memberitahunya.


Jennie yang merasa semakin penasaran mengamati wajah Jisoo dengan teliti, wajahnya lebih stress dari biasanya. Tunggu, atau mungkin kakaknya ini kehabisan uang dan tidak bisa membiayai hidupnya. Tapi dia juga perlu hati-hati jika membantu Jisoo tidak bisa dia lakukan secara terang-terangan apalagi dalam urusan keuangan, ayah tirinya justru akan semakin gila menghukum kakaknya. Ini bukanlah pilihan yang mengenakan untuknya, jika ayahnya mengetahui dirinya sering membantu kakaknya tirinya ini sudah pasti ayahnya akan menghukum dirinya itu akan memperburuk keadaan, dia akan semakin sulit membantu Jisoo jika ayah mereka juga menghentikan pemasukan dana ke dalam rekeningnya.



Jisoo menyandarkan tubuhnya bersandar pada sandaran kursi bersamaan dengan helaan nafas panjangnya, kepalanya mendongak keatas menatap langit-langit ruangan kelasnya. Dalam otaknya sudah memainkan rumus matematika yang terlihat sangat rumit untuknya. Akan dia beri makan apa kakak iparnya dan bagaimana dia akan memenuhi kebutuhan kakak iparnya itu, gajinya dari kerja part time sudah sangat minim untuk kebutuhannya sendiri, tunggu, Jisoo menegapkan tubuhnya membuat Jennie yang berada disampingnya terlonjak kaget. Jisoo memutar kembali kaset dalam kepalanya, pembicaraan mereka tadi, apakah ada pembicaraan tentang dirinya yang harus memenuhi semua kebutuhan hidup kakak iparnya itu? Tidak, tidak ada, hanya tempat tinggal yang mereka inginkan.



Jisoo menjatuhkan kepalanya diatas meja, tidak mungkin juga dia akan menutup mata begitu saja jika kakak iparnya itu butuh sesuatu. Jennie yang sudah cukup kesal dengan sikap Jisoo, menarik pundak kakak tirinya. Jisoo menaikkan alisnya menunggu Jennie bicara.


"Kamu kenapa sih?" Tanya Jennie dengan kesal.

"Engga apa-apa." Jisoo yang akan kembali merebahkan kepalanya di tarik kembali oleh Jennie agar tetap terduduk.

"Aku tahu kamu Chu, jelaskan kamu kenapa huh?!" Tangan Jennie terus menahan pundak Jisoo.

"Aku kenapa Jen? Jangan sok tahu deh." Jisoo menggerakkan bahunya sebagai isyarat agar Jennie melepaskan tangannya.

"Kamu butuh uang?" Tanya Jennie hati-hati.

"Tidak ada manusia di dunia ini yang engga butuh uang Jen." Jawab Jisoo seadanya.



Jennie mengeluarkan beberapa lembar uang yang hanya dipandang oleh Jisoo sambil menggelengkan kepalanya mendorong mundur tangan Jennie. Dia sudah terlalu banyak menyusahkan adik tirinya, lebih baik kali ini dia tidak melibatkan Jennie dalam masalahnya. Jennie berusaha menyodorkan lagi uang ke tangan Jisoo tapi yang lagi-lagi di dorong paksa mundur oleh Jisoo.

Chaeyoung yang baru datang berdiri dibelakang mereka menarik uang di tangan Jennie, menarik kursi dibelakang Jisoo dengan tetap menghitung uang di tangannya. Dengah wajah malas Jennie menarik kembali uangnya tapi tertahan karena genggaman Chaeyoung terlalu erat. Jennie menendang pelan kursi Chaeyoung dengan wajah datar dan tangan yang terbuka ke arah sahabatnya.


"Balikin Chongah. Keluargamu lebih tajir dari aku, harusnya kamu yang kasih aku bukan sebaliknya. Balikin cepet." Tangan Jennie terus memberi isyarat pada Chaeyoung.

"Jen, mau ortuku tajir melintir kalau ada uang ya tetep aja alarmku bunyi. Kan Jisoo ogah jadi buat aku aja uangnya, oke bestie." Chaeyoung tersenyum mengibaskan uangnya.

"Jangan malu-maluin kayak orang susah deh Chaeng. Balikin, duit haram itu." Jinyoung memukul pelan kepala Chaeyoung sambil meraih kursi di samping Jisoo.

A Heart Of SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang