aHoS IX

155 17 11
                                    

Jinyoung tersenyum melihat Jisoo yang berusaha menghindar darinya, Jinyoung berlari mengejar Jisoo yang membalik badannya memutar langkah kakinya setelah melihatnya tadi. Jisoo menarik tangannya yang di tarik paksa oleh Jinyoung. Jisoo mengeratkan pegangan pada tasnya mengontrol emosinya, jika bisa dibilang saat ini dia lelah badan dan juga lelah mental. Dan bertemu dengan Jinyoung sudah bisa dipastikan bahwa itu hanya akan menambah rasa lelahnya.

"Mau apa lagi?" Tanya Jisoo malas

"Aku dengar laki-laki itu mengancammu, huh? Apa ayahmu sudah tahu soal ini? Bagaimana kalau ayahmu tahu, menurutmu dia akan membantumu atau justru semakin membencimu?" Jisoo menggelengkan kepalanya dengan membuang nafas tak percaya.

"Aku benar-benar muak dengan kalian berdua." Jisoo mundur berusaha pergi menghindari Jinyoung yang tetap tidak membiarkan dia pergi dengan mudah.

"Cukup bilang saja kamu menyukaiku, semua masalahmu akan selesai." Jisoo memandang kearah Jinyoung merasa sangat muak.

"Kamu menjauh dariku, itu juga menyelesaikan masalahku. Jadi, aku mohon, cari yang lain saja." Jawab Jisoo malas.

"Jangan sok jual mahal Chu!! Jangan sok kecantikan!! Kamu beruntung, aku sudah pernah bilang itukan." Jinyoung menaikkan suaranya membuat mahasiswa di sekitar mereka mulai berbisik melihat mereka, Jisoo melirik sepintas berusaha tidak terpancing dengan teriakan dari Jinyoung.

"Aku juga sudah pernah bilangkan, jangan panggil aku Chu. Aku tidak tertarik sama sekali denganmu Jinyoung." Jisoo berjalan lagi dan mempercepat langkahnya menghindari Jinyoung yang berusaha akan menahannya lagi. Apa mereka tidak bosan dan tidak ada kerjaan yang lain selain mengganggunya.




~~~

Chaeyoung mengulurkan minumannya setelah melihat Jisoo yang terengah-engah mencoba mengatur nafasnya. Baik Jennie dan Chaeyoung, keduanya merasa bingung apa yang membuat Jisoo harus berlari menuju kelas mereka, itu tidak seperti biasanya, tidak seperti Jisoo.

"Dikejar setan Chu?" Chaeyoung menerima botol minumnya yang diulurkan oleh Jisoo yang sambil menggeleng menarik kursinya.

"Jinyoung." Jawab Jisoo singkat merasa masih sangat lelah walau hanya sekedar bicara saja.

"Cinta mati dia sama kamu Chu." Jennie tersenyum meledek kearah Jisoo yang membalas dengan menaikkan satu sudut bibirnya keatas tanda tidak suka.

"Dia itu hanya penasaran karena Jisoo selalu menolaknya. Harga dirinya jatuh dihadapan para gadis dan teman-temannya." Jisoo menunjuk kearah Chaeyoung dan memberi acungan jempol tanda setuju dengan apa yang dikatakan oleh Chaeyoung yang disambut dengan suara tawa dari Jennie.



"Ah, Jen. Rumah ibu kosong?" Tanya Jisoo tiba-tiba teringat dia harus mencari tempat tinggal.

"Iya, kenapa Chu?" Jennie berhenti tertawa dan langsung fokus ke arah Jisoo yang memang hampir tidak pernah membahas tentang ibunya, jadi pasti ada sesuatu yang penting jika Jisoo sudah menyebut ibunya.

"Berapa lama ibu pergi?" Tanya Jisoo lagi memastikan.

"Entah, ibu masih menikmati masa tuanya disana, nyatanya dia malah menitipkanku pada ayah tiriku." Jisoo memukul kepala Jennie dengan keras membuat yang mempunyai kepala meringis kesakitan.

"Kamu yang tidak mau ikut ibu ke Aussie malah ngomong sembarangan. Sok paling tersakiti." Jisoo merasa sewot mendengar celotehan Jennie.

"Kenapa Chu?" Jennie berusaha mengalihkan pembicaraan, daripada kakak tirinya ini mengusirnya menyusul ibunya yang tak kunjung pulang sejak bercerai dengan ayah Jisoo.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Heart Of SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang