Sepanjang perjalanan kedua nya memilih bungkam.
Hanya riuk kendaraan yang menyapa gendang telinga masing masing.
Andin masih setia memalingkan wajah nya, memilih melempar pandangan ke arah gedung gedung yang menjulang tinggi di tengah langit kota di banding laki laki rupawan di samping nya.Sedangkan Al terlihat beberapa kali memperhatikan andin lewat kaca spion.
Melihat wajah cantik itu yang masih menekuk garis senyum nya, agak nya sedikit membuat Al merasa bersalah.
Apakah sikap nya keterlaluan ?
Apakah terlalu kasar ?
Semua pertanyaan itu kini mengacau di benak Aldebaran.Mobil pun terus melaju, tapi dua orang di dalam nya masih sama sama membisu.
membelah jalanan kota yang saat itu sudah tampak semakin berkurang kendaraan.
Hingga kendaraan beroda empat itu memasuki jalanan yang kian sempit dari sebelum nya.
Memasuki area perumahan yang sudah tampak sepi.
Hanya terlihat gerobak penjual nasi goreng di pinggir jalan dengan hanya satu lampu di depan gerobak sebagai penerang."Yang mana rumah nya ?"
"Lurus aja mentok, pagar putih"
"Kamu kenapa ? Dari sepanjang jalan diemin saya terus"
"Memang sebelum nya kita banyak bicara ?"
Aldebaran terdiam.
Kata kata Andin serasa membungkam mulut nya seketika.
Ia pun hanya menghela nafas panjang seraya memijat pelipis nya yang terasa berdenyut kala itu.
Teruntuk seorang Aldebaran, mengalah adalah hal tersulit yang harus ia lakukan.
Mengingat betapa watak dan gengsi nya yang begitu tinggi.Tapi detik itu, ia tak punya pilihan lain selain harus mengalah agar suasana tidak bertambah buruk.
Ia ingat, Roy pernah berkata bahwa ketika seorang wanita sedang marah, apapun yang laki laki lakukan tetap akan terlihat salah.Al pun akhir nya memilih diam.
Mengalahkan ego nya yang begitu besar yang saat itu ingin sekali mengutarakan begitu banyak pertanyaan kepada wanita di samping nya itu.Suasana pun kembali hening, hingga akhir nya suara andin kembali terdengar.
Al pun langsung menginjak rem begitu Andin terlihat membuka seatbealt yang melilit tubuh nya."Saya turun disini aja"
"Rumah kamu disini ?"
Andin menggeleng.
"terus kenapa mau turun disini"
"Gak papa, saya bisa jalan kaki sampai rumah, makasih udah repot repot anterin saya"
"Gak, saya anter sampai rumah"
"Gak usah"
"Andin ! Denger saya gak ?! Ini sudah malam dan kamu mau jalan kaki sendirian ? Jangan gila kamu ya"
Al berusaha mencegah andin, namun pergerakan andin lebih cepat dari perkiraan nya.
Kini andin sudah berhasil melepaskan diri dari seatbelt yang melilit tubuh nya.
Ia langsung bergegas membuka pintu mobil tanpa menghiraukan Al yang juga tampak tergesa gesa menyusul nya."Tunggu.."
"Apalagi ?"
"Kamu diemin saya terus kenapa ? Kamu marah ?"
"Ya coba aja bapak pikir, kira kira kalau bapak di paksa sama orang yang bapak gak kenal dia siapa, terus tiba tiba nyuruh bapak pulang pas kerjaan bapak belum selesai gimana ?"
"Biasa aja, malah saya seneng arti nya orang itu peduli sama saya"
"Hah ? Enteng yah bapak bicara seperti itu, terus kalo saya di pecat gimana pak ?! Anak saya mau makan apa"
Andin menatap Al dengan mata yang sudah berkaca kaca.
Tampak memerah di kedua sudut mata nya.
Degup jantung nya tak beraturan dan terasa sesak.
Ia sekuat tenaga berusaha menahan air mata nya agar tidak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistake
Fanfiction•Not for underage [21+]• - Menceritakan tentang single mom yang kemudian bertemu dengan seorang laki laki yang berhasil membuat hati nya berlabuh setelah kehilangan suami nya. Di penuhi konflik percintaan yang rumit, serta bumbu bumbu drama kehidupa...