Bukan laki-laki namanya kalau belum berusaha, tidak ada salahnya kan kalau Amar mau lebih berusaha mendekati Arda. Terkadang tak peduli itu teman atau sahabat, namanya cinta memang membuat buta. Begitu juga dengan Amar yang tidak memandang Doni sebagai sahabatnya, Amar sudah terlanjur suka pada Arda dan mungkin Amar punya hal dimana dia bakalan mencari perhatian Arda. Dengan kata lain merebut Arda dari Doni, mungkin.
Hari ketiga atau hari terakhir Arda menjalani Ujian Akhirnya Semester 5 ini. Amar pergi ke kampus dan benar saja pagi ini ia melihat Doni mengantarkan Arda ke kampus dengan romantis, sungguh pemandangan yang tidak mengenakan bagi Amar pastinya. Amar melihat dari lantai dua gedung kampus tanpa diketahui oleh kedua orang itu, berbekal alasan ngumpulin tugas memang salah satu cara ampuh menjawab keberadaan dirinya di kampus hari ini.
"Ck, haish! Menyebalkan..." Amar melihat Doni mencium kening Arda ketika anak itu berhasil diantar ke dalam kampus, "Harusnya itu gue." Ujarnya masih terus memata-matai sahabatnya itu dengan Arda.
Kemudian saat Doni terlihat pergi dengan motornya tersebut, Amar langsung berjalan cepat menuju arah jalan Arda di lantai bawah. Dirinya tidak boleh lama mengambil kesempatan sekarang.
"Tunggu, Arda..." Iya benar, meski masih jauh juga Amar udah manggil anak itu. Dirinya berlari cepat untuk menghampiri Arda yang mulai menatap kearahnya.
Arda tersenyum mendapati sosok Amar sekarang, "Eh Kak Amar, kok ke kampus lagi? Bukannya libur ya?" Sudah diduga, inilah pertanyaan Arda yang sudah Amar duga.
"Ehm, iya tadi sama kayak kemarin, ngumpulin tugas yang kurang. Kan masih ada tugas yang belom kelar." Jawaban ini yang sudah Amar siapkan pastinya.
Sambil mengangguk Arda melihat jam tangannya yang ternyata ujian bakal dimulai lima menit lagi, "Oh gitu, yaudah aku ke ruangan dulu ya, ujian mau di mulai Kak." Arda ingin bergegas,
Namun Amar menahannya sebentar, "Tunggu Dek,"
"Iya Kak? Kenapa." Arda masih meladeninya.
"Besok udah mulai libur kan?" Perlahan namun pasti, Amar sudah mengatur semuanya.
Arda berpikir sejenak sebelum menjawab, "Iya, ini terakhir UAS. Kenapa Kak?"
"Bagus, jadi bisa kan hari ini kita belajar gitar? Kakak udah luangin waktu buat kamu belajar gitar." Ini maksudnya, mengatur jadwal untuk main gitar, sudah lama banget tertunda. Jadi kalau besok libur kan malam nanti bisa saja Arda luang.
Senyum sumringah langsung terukir di bibir manis Arda, "Oh beneran bisa hari ini? Kayaknya sih bisa nya agak malam. Soalnya sepulang dari kampus aku mau bantu ibu jaga toko dulu."
"Nggak masalah kok, berarti malam ini ya. Nanti aku kasih tau waktunya sama tempatnya di mana ya." Berhasil, Amar senang sekali bisa dapat waktu bareng Arda berdua.
Tentu saja Arda setuju, dirinya memang sudah lama banget pengen bisa main gitar. "Oke Kak Amar, nanti malam kabarin aja ya. Aku ke ruangan ujian dulu, permisi." Arda mulai melenggang pergi meninggalkan Amar.
Sebenarnya lewat chatting bisa juga ngabarin Arda, tapi Amar memang mau secara langsung bertemu agar terkesan lebih intim saja. Toh bertatap wajah langsung lebih asik dibanding harus sekedar chat doang.
•••
•••
•••"Iya ampun Bang, ampun Bang. Kita nggak bakal rusuh lagi di daerah sini Bang, iya Bang maaf."
"Berani kalian ke daerah sini lagi, habis!!! Lo pada."
"Iya Bang maaf, cabut guys!!!"
Tidak ada ketenangan beberapa hari ini, ada saja yang sengaja membuat onar seperti balapan liat sembarangan dan usil pada warga sekitar dengan suara kentongan. Beruntung The Rebellion datang untuk membereskan pada preman gadungan itu, benar sekali, Doni dan kawan-kawannya berhasil memberantas mereka, perkelahian sebelumya menjadi bukti kekejaman The Rebellion ketika orang mengganggu dan membuat ulah di daerah mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Rebellion
RomanceArda, yang cuman seorang anak biasa berbakti dengan ibunya yang berjualan bunga di toko, kehidupan anak itu tidak akan begitu-begitu saja karena dirinya mulai didekati oleh pria bernama Doni ketua dari Genk The Rebellion. Doni, Pria dengan sejuta ke...