6.

7 0 0
                                    

Pagi-pagi sekali, reina sudah berangkat dari rumahnya karna ingin menjenguk daniel yang di perbolehkan pulang oleh dokter sebelum berangkat ke sekolahnya.

Setelah mendapat telfon dari mama farah kemarin siang waktu Reina istirahat, ia langsung membeli sesuatu untuk Daniel sehabis pulang sekolah.

Dan disinilah ia berada sekarang, di lobi rumah sakit tempat Daniel di rawat dengan menenteng sesuatu di tangan kanannya.

Ia menaiki lift menuju ruangan Daniel berada.

Saat pintu lift terbuka, pemandangan yang tak enak dilihat terpampang jelas di hadapannya yang membuatnya terdiam kaku dan tercengang melihat semua itu.

Hatinya mulai merasakan sesak dan matanya yang memanas melihat Daniel yang merangkul pinggang Cecil dan wajah mereka yang hampir berdekatan satu sama lain di lorong itu.

Ia tersadar dari lamunannya dan segera memencet tombol untuk menutup pintu lift.

Ia berjalan dengan tatapan kosong sambil memegang erat jinjingan yang ia bawa sedari tadi. Hatinya semakin sesak mengingat kejadian yang ia lihat barusan.

Seharusnya dia tidak usah datang kesana.

Seharusnya dia mendengarkan perkataan kakaknya untuk langsung pergi ke sekolah.

Seharusnya dia tahu bahwa ada Cecil yang sudah membantu Daniel.

Tapi kenapa? Kenapa dia tidak menyadari itu semua.

Kenapa dia tetap pada pendiriannya jika suatu saat Daniel akan menerimanya kembali di dalam hidupnya.

Apakah salah jika ia mengharapkan lelaki itu?

Apakah salah jika ia terlalu mencintainya?

Pikiran itu terus bermunculan di kepala gadis itu sepanjang jalan menuju parkiran.

Apakah dia harus melepaskan daniel setelah sekian lama dia terus berharap jika daniel akan mengingatnya dan menerimanya kembali?

Apakah dia harus menghilang di kehidupan pria itu?

Jika memang harus, apakah dia akan mampu ?

Atau dia harus tetap berharap dan berusaha?

Bruk

" Ah maaf maaf , maafkan saya karna tidak melihat jalan ." ucap reina yang tidak sengaja menabrak orang di depannya karena tidak fokus memperhatikan jalannya.

Lelaki itu berjongkok mengambil barang yang terjatuh saat bertabrakan.

" Tidak apa-apa , ini ." lelaki itu menyodorkan paper bag berwarna biru tosca.

" Ah... terimakasih, dan sekali lagi saya minta maaf ." menundukkan kepalanya .

" Apa kamu baik-baik aja rein? Kenapa ada disini, kamu sakit ."

Rein sedikit bingung, kenapa laki-laki ini tau namanya.

" Emm kamu kenal aku? ." tanya nya.

" Kamu Reina kan ." ucapnya.

Reina terdiam memikirkan siapa lelaki di hadapannya ini? Apakah dia juga mengenal lelaki itu. Tapi siapa pikirnya.

" Ini gue Cleo, kakak kelas lo ." jelasnya setelah melihat raut muka rein yang kebingungan.

Ia tersenyum kaku  " O-ooh kak Cleo yah hehe maaf kak aku gak tau kalo itu kakak ."

" Iya gapapa ngomong-ngomong lo kenapa ada disini siapa yang sakit ."

" Enggak kak aku cuma mau jenguk temen aku sebelum ke sekolah ."

" Oh gitu yah, mau bareng gak ke sekolahnya? tapi gue ke dalem dulu nyamperin sodara gue abis itu langsung ke sekolah ." ajaknya.

ForcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang