Berusaha

3 1 0
                                    

Saat ini reina sedang menunggu jemputannya di depan gerbang. Tiba-tiba ada sebuah motor yang berhenti di sebelahnya.

" Pulang bareng ." tawar pria yang mempunyai motor tersebut mengenakan helm full face.

" Gak usah makasih, lagian kita gak kenal ." tolaknya.

Laki-laki itu membuka helmnya " Ini gue tio, yang waktu itu kita ketemu di kantin bareng temen-temen lo ."

" Oh tio, tapi beneran gak usah! lagian udah mau dijemput kok sama supir ."

" Tapi daritadi gue liatin supir lo gak dateng-dateng tuh, mana lo nya udah berdiri lama banget lagi. gak pegel apa ." memang sedari tadi tio memperhatikan reina di parkiran sambil menunggu jemputannya datang. Tapi sampai sekarang belum juga datang, makanya ia mengajak reina untuk pulang bareng.

" Mungkin terjebak macet atau ada halangan makanya telat ngejemput ."

" Udah lo bareng gue aja daripada diem disini sampe malam, emang lo gak takut ada yang jahatin lo gitu ."

Reina berfikir sejenak tentang perkataan tio barusan. Tapi memang benar, jika ada yang mau berniat jahat padanya bagaimana? Lagipula keadaan sekolah sudah sepi. Kalau ia tau akhirnya bakal seperti ini mending tadi nebeng pulang bareng brisia.

" Yaudah kalo gitu aku nebeng sama kamu ." putusnya.

" Yaudah cepetan naik ." kemudian reina mulai menaiki motornya.

" Udah ." ucap reina memberitahukan bahwa dia sudah duduk nyaman di belakang.

Tio yang melihat paha mulus reina yang terpampang jelas membuka jaketnya lalu menyodorkannya " Nih, pake buat tutupin paha lo yang terekspos ."

" Hah... I-iya ." ia menerima uluran jaket tio lalu mengikatkannya di piggang.

Tio melajukan motornya meninggalkan area sekolah.

Dengan arahan reina menunjukkan jalan menuju rumahnya, kini mereka sudah sampai di depan gerbang rumah.

" Makasih udah mau anterin aku sampe rumah ."

" Iya sama-sama kalo gitu gue duluan ."

" Eh bentar ." lanjutnya.

Tangannya terulur merapikan rambut reina yang agak berantakan karna tidak memakai helm. Awalnya ia tak berniat mengantarkan gadis itu karna hanya membawa satu helm saja, tapi karna keadaan sekolah sepi dan reina yang masih menunggu jemputannya yang tak kunjung datang. Ia berinisiatif mengantarnya pulang sambil pendekatan.

" E-eh ." tiba-tiba tubuhnya tegang mendapat perlakuan yang tak di sangka itu.

Setelah sadar dari keterkejutannya ia merapikan rambutnya sendiri dengan gugup " Ma-makasih ."

" Yaudah kalo gitu gue pulang ."

Setelah motor tio tak terlihat, ia membalikkan tubuhnya dan segera masuk ke dalam rumah.

" Wah di anterin siapa tuh? Pacar batu ya, atau gebetan baru ." ucap seorang pria yang berada di atas tangga dengan kedua alis yang di nsik turunkan.

" Apaan sih kak bukan siapa-siapa cuma temen doang ." balasnya dengan nada kesal.

" Masa sih temen tapi kok mau nganterin sampe depan rumah terus kepalanya di elus-elus ." ejeknya.

" Itu bukan ngelus kepala ya! Tapi cuma ngerapihin rambut aku yang berantakan tau ." ucapnya penuh emosi dan tekanan.

" Lagian ya pak soni kemana sih udah ditungguin malah gak dateng-dateng ." dengan wajah di tekuk dan tangan di lipatkan di depan dada.

" Emang iya pak soni gak jemput kamu padahal dia udah pergi dari tadi loh ." tanya liam heran.

Waktu ia baru pulang, dia melihat pak soni yang buru-buru menaiki mobil. Pas ditanya mau kemana jawabnya mau menjemput non reina tapi kok gak nyampe-nyampe sih.

" Ya mana aku tau! lagian kaka kenapa gak mau jemput aku padahal udah pulang ."

" Tadinya jadwal kaka sampe jam enam di kampus, tapi gak jadi karna dosennya ada halangan sampe gak bisa masuk kelas ." jelasnya.

" Huh, yaudah rein mau ke kamar mau mandi udah lengket ini badan ." ucapnya lalu beranjak menuju kamarnya.

" Dih sensi banget yang kepergok pulang bareng gebetan baru ." liam pun kembali ke kamarnya dan melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda.

Saat ini mereka sedang menonton di ruang tengah sambil memakan snack. Sedang asik menonton, mereka mendengar bel rumah yang berbunyi.

Mereka saling tatap " Siapa tuh ."

Liam yang ditanya hanya mengendikkan bahunya " Bukain gih ."

Kemudian reina berjalan menuju pintu dan membukanya. Ternyata yang membunyikan bel rumah adalah pak soni, dari luar pak soni membungkukkan setengan badannya sambil berkata " Maaf non saya telat jemput si non, soalnya tadi ban mobilnya meledak terus pas mau ngabarin non reina hp saya gak ada pulsa. Maaf ya non udah bikin non nunggu di sekolah ."

" Oh pantes aja saya tungguin gak dateng-dateng, tapi gapapa kok pak saya juga udah di anterin sama temen saya, oiya terus sekarang mobilnya gimana pak udah dibawa ke bengkel kan ."

" Udah non makanya saya bisa pulang, untung saya lagi bawa uang kalo nggak gatau deh gimana nasib saya ." tangannya menggaruk pundak yang tak gatal dan sedikit meringis membayangkan nasibnya jika tidak membawa uang. Bisa-bisa dirinya berada di jalan sampai pagi.

" Yaudah kalo gitu bapa istirahat aja ."

" Iya non kalau begitu saya permisi ."

" Iya ."




























Segitu dulu ya bestai

Jangan pelit vote sama komennya !!

ForcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang