5

425 24 1
                                    

Holaaaa. Cuma bisa bilang vomentnya ya. Hehehehhehe. Sedikit lagi, bakal menuju ending. Enjoy!

Dan makasih juga buat readers yang sudah bersedia mampir sampe ke part ini:)

***

Hari Hana kembali cerah. Akhirnya, Hana mau menerima maaf Gio. Dan malam ini, sambil merayakan hari jadi mereka, Gio akan menjelaskan semuanya.

Hana sudah duduk manis di restoran rooftop di pusat kota. Sudah hampir 1 jam Hana menunggu tapi Gio belum sampai juga. Padahal tadi saat Gio menelfon, dia sudah berangkat dari tadi.

"Duh, mulai deh kebiasaan ngaretnya."

Drrt....drrrt....

Handphone Hana bergetar. Dia melihat nama penelfon. Kira.

"Halo Ra? Ngapain?"

"Lo sekarang dimana?" Suara Kira terdengar panik.

"Di rooftop Hotel Blizz. Kenapa?"

"Na bisa ke rumah sakit sekarang?"

"Kenapa Ra? Lo sakit?"

Hening. Kira tidak menjawab.

"Huhuhu....." Kira malah menjawab dengan tangisan.

"Ra, lo kenapa Ra?!"

"Gi... Gio Na... Di.. dia... kecelakaan.."

**

Hana berlari-lari di lorong rumah sakit yang terlihat sepi. Dengan cepat, dia mencari ruang ICU, di mana Gio berada sekarang.

Diujung lorong, Hana melihat Kira, Judi dan beberapa teman baik Gio. Hana hanya bisa termenung, langsung dipeluk oleh Kira yang sudah dari tadi menangis.

"Na... Gio... Gio udah nggak ada Na."

Hana langsung teduduk. Air mata mengalir deras di pipinya tanpa suara.

Muka Hana langsung pucat. Gio. Seorang yang sangat dicintainya, sudah tidak ada lagi. Sudah pergi. Selamanya.

"Tapi Ra, gue belom dengar penjelasan dia. Gue... gue...."

"Na, udah. Tenangin diri lo. Sebentar lagi keluarga Gio bakal dateng." Judi menepuk bahu Hana lembut. "Gue akan jelasin semuanya, Na."

Hana langsung menangis tersedu-sedu. Dia tidak kuat, dia rapuh. Gio pergi. Sudah pergi.

**

Hana hadir di pemakaman Gio. Seluruh teman-teman dan keluarganya datang ke pemakaman Gio. Menumpahkan air mata atas keperian Gio.

Hana hanya bisa terduduk di samping pemakaman Gio. Sampai semua orang pulang pun, dia tidak beranjak dari sana.

"Hana." Judi duduk di samping Hana. "Gio pasti udah tenang di sana. Lo udah maafin dia kan."

Hana hanya diam.

"Dia, ditabrak oleh truk yang oleng di perempatan jalan. Gio masih hidup saat perjalanan ke rumah sakit, tapi sayang, nyawanya nggak ketolong."

Judi melihat wajah Hana. Walaupun Hana hanya fokus ke satu titik, yaitu kuburan Gio, tapi dia tahu Hana mendengarnya.

"Dan, hal yang belum sempat dia jelasin. Itu semua salah. Si Nora, waktu itu dateng ke apartemen Gio. Modusnya mau kerja kelompok. Eh pas Gio mandi, dia langsung buka baju dan memperlihatkan baju anehnya itu. Pas banget lo dateng. Lo tau, Gio bener-bener frustasi saat itu. Apalagi kalian mau hari jadi 2 tahun. Gue suruh dia minta maaf dengan segala cara. Dan puncaknya, pas kita tampil. Dia nekat naek ke atas panggung buat minta maaf ke lo, dan ngasih kalung itu."

Tanpa sadar,Hana langsung memegang kalungnya.

"Dan, sebelum ajal menjemputnya, untung lo udah maafin dia. Gue yakin dia tenang di sana. Dan berharap lo nggak akan rapuh kayak gini. Kalung itu. Kalung itu yang akan selalu menjaga lo, tanpa Gio sekalipun."

"Tapi, ini semua mendadak Di. Kami baru... baru aja mau... dinner malem itu. Andai aja kami nggak ke sana, dia nggak akan bakal...."

"Udah, jangan nyalahin diri lo lagi, Na." Judi langsung memeluk tubuh ringkih Hana.

Hana menangis dengan kencang di pelukan Judi. Menumpahkan semua air mata yang tidak dapat lepaskan saat pemakaman Gio.

Setelah Hana tenang, Judi melepaskan pelukannya.

"Nih, rekaman dari Gio." Judi memberi sebuah flashdisc biru tua Gio. "Gue harap, setelah nonton ini, lo bisa kuat, tanpa ada Gio sekalipun di samping lo."

***

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang