"Aku tidak tahu kalau distrik ini memiliki banyak hunian asri mengingat letaknya dijantung kota, dan kalian berencana mengusung tema garden di tower apartemen? Cukup menarik" tutur Zhan saat menemani salah satu utusan kliennya melihat-lihat sebuah ruang apartemen megah yang dijadikan konsep rancangan awal.
"Hmm, karena kami berencana meluncurkan limited unit dihari spesial bagi salah satu anggota keluarga tuan kami. Dan suatu kehormatan bisa bekerja sama dengan anda tuan Xiao" sahut utusan itu.
Zhan tersenyum sekilas, "Tidak perlu memanggilku begitu, kau terlalu kaku, aku tidak menyukainya"
"Saya hanya menjalankan perintah" balas pria yang terlihat lebih muda dari Zhan.
"Kalau kau ingin bekerja sama, maka jangan sungkan padaku"
Zhan mengitari ruangan yang rencananya akan dijadikan sebagai ruang tengah, ia berdiri didekat partisi kaca yang mengarah ke balkon menatap ke segala penjuru ruangan, setelah dirasa perhitungannya matang Zhan lantas memberikan beberapa catatan di tablet putih yang selalu menemaninya disetiap proyek.
Ia beralih berdiri disisi kanan ruangan, menatap lurus tembok besar berwarna putih gading yang membentang hampir 15 meter. Kemudian mengarahkan kamera tabletnya pada dinding tersebut, ia lantas membuat sketsa kasar dari beberapa konsep yang sebelumnya sudah dibicarakan bersama timnya.
"Aku mempunyai beberapa konsep, dan apakah seluruh unit rencananya akan disamakan atau kalian ada keinginan lain?" tanya Zhan tanpa menoleh kearah lawan bicaranya.
"Untuk unit ini, tuan meminta saya mengajukan rancangan khusus" pria berbalut pakaian formal berwarna gelap itu lantas menunjukkan sesuatu dari ponselnya.
"Baiklah, aku akan membuatkannya khusus untuk tuan muda"
.....................
Xiao Zhan kembali ke studio kecil miliknya, ia menatap datar kedua sahabat yang sudah menunggu hasil dari survei lapangan Zhan sebelum mereka menyelesaikan konsep akhir sebelum benar-benar mempresentasikannya dihadapan klien.
"Aku harus turun tangan langsung" Zhan melemparkan benda pipih berisi sketsa rancangannya pada Jili.
Jili menatapnya dengan seksama, "Kau berubah menjadi seorang mural artist sekarang? Ahahaha"
Zhan mendengus, "Dilukis, bukan menggunakan wallpaper atau apa pun, menyebalkan sekali!"
Yubin yang semula acuh malah ikut penasaran, "Kanvasmu kali ini cukup besar, atau boleh dibilang raksasa, ppffftt..."
"Aku tahu! Mengenai 49 sisanya, ia meminta kita memakai konsep carnation flowers dikombinasikan gaya mediterania, menurut kalian apakah itu cocok?" decak Zhan.
"Aku rasa bisa, tapi takutnya daripada ke pastel mungkin pengeksekusiannya malah ke warmtone?" balas Jili ragu.
"Kau yakin ia menyebutkan mediterania? Bukan scandinavian?" cicit Yubin.
"Nanti aku tanyakan lagi, aishh... Tahu begini aku tidak menyanggupi kontraknya!" gerutu Zhan mengambil kembali tabletnya dari tangan Jili kemudian pergi entah kemana.
Yubin menyikut orang disampingnya, "Dia sama sekali tidak berubah, lihatlah bahkan aku mendapat catatan khusus dirancangan kita, Zhan bahkan tidak sadar"
Jili menatap lekat salinan kontrak yang baru saja dikirimkan ke email studio, "Bohong kalau Zhan tidak menyadarinya, aku berani bersumpah!" ketus Jili.
"Hmm, bisa jadi. Atau mungkin gara-gara ini Zhan jadi kesal?"
"Mana ku tahu"
*
*
*Wang Yibo memilih mengunjungi sahabatnya disela kesibukannya siang itu, berdalih ia sedang berada dikawasan perkantoran Xiao dan berencana mengajak Zhan makan siang, sampai pada akhirnya membawa kaki petinggi Wang berdiri didepan pintu megah berwarna gelap yang tidak menutup sempurna. Ia diberikan akses menyambangi ruangan tuan Xiao oleh resepsionis mengingat mereka tidak bisa menghubungi sekertaris Darren untuk memberikan izin, sehingga si resepsionis terpaksa menelpon Zhan secara langsung.
Dari celah pintu Yibo, bisa melihat Zhan yang sedang sibuk berbicara lewat sambungan telepon sementara netranya menganalisa hal yang terpampang dibalik layar komputer. Sesekali ia melihat Zhan tersenyum, lama Yibo terpaku di tempatnya sampai sebuah sapaan dari suara bariton yang cukup familiar menyambangi rungunya.
Yibo menatap pria disampingnya dengan tatapan sinis, "Ah, jadi kau yang menjadi asistennya?"
"Ada perlu apa tuan Wang sampai jauh-jauh datang kemari?"
"Ingin mengajaknya makan, dan Zhan sudah tahu maksud kedatanganku" balas Yibo.
"Baiklah, kalau begitu aku permisi" Darren memisahkan diri, kembali ke ruangannya.
Zhan yang tidak sengaja mengalihkan pandangannya ke arah pintu memutuskan untuk mengakhiri kegiatan meeting jarak jauhnya, ia segera berdiri dan menyambut hangat Wang Yibo.
"Kenapa tak langsung masuk?" tanya Zhan ringan, ia mengambil tangan kanan Yibo dan menarik pria rupawan itu kedalam ruang pribadinya.
"Aku kira si Talu keparat itu sudah berhenti mengabdikan dirinya dikeluargamu" tukas Yibo kesal.
Zhan terkekeh, "Kalian masih bermusuhan?"
"Aku tidak suka tatapan merendahkan darinya, ck!"
"Sudahlah, lagipula Wang Darren disini untuk membantuku, lagipula bukankah kalian semua bahagia? Kenapa ia masih belum memaafkanmu?" Zhan mendudukkan dirinya disofa, menunggu penjelasan dari Yibo.
"Kapan aku pernah mengecewakan Yifei? Kau tahu sendiri diantara kami tidak pernah ada paksaan. Apa dia juga posesif terhadapmu?" tanya Yibo balik.
Zhan tersenyum canggung, "Aaah... Terkadang"
"Sudah kuduga!"
"Melihatmu kesal begini, nampaknya kita tidak bisa makan diluar, aku akan menyuruh Darren memesankan makanan tunggulah sebentar" Zhan beralih meraih telepon yang ada diatas meja kerjanya, ia menginstruksikan pada sekertaris pribadinya itu untuk membelikan makanan di restoran langganan Yibo. Zhan tidak melewatkan satu detail pun mengenai apa saja yang temannya suka atau tidak.
"Lain kali aku yang mentraktirmu" ucap Yibo lembut.
"Santai saja"
"Uhm, mengenai aku dan Yifei, apa kau memiliki saran atau semacamnya? Aku sudah kehabisan akal membujuknya" Yibo menghela nafas gusar.
"Permasalahannya apa?"
"Tidak jelas, memangnya aku bisa membaca kode-kode rumit darinya, kalau pun bisa maka aku tidak meminta bantuanmu"
"Aiyaaa... Kenapa kau malah memarahiku" decak Zhan.
"Aku kesal!"
"Aku tahu, tetapi bisakah kau tunjukkan sisi lembutmu, melihat tingkahmu sekarang wajar jika Yifei tidak mau melihatmu, kau pasti pernah dengar selesaikan segala sesuatunya di ranjang, bukan? Nah, pertanyaanku adalah apa kau sudah mencobanya pada Yifei?" dibalas gelengan oleh Yibo.
"Cobalah membujuknya, aku pasti membantumu sebisaku, tetapi belakangan ini aku sedang ada proyek" sesal Zhan.
"Tak apa"
"Hmm, kau bisa menemuiku kapan pun jika suasana hatimu sedang kalut, kau tahu harus datang kemana, kan?" Zhan tersenyum semanis mungkin berusaha menghilangkan kekesalan Yibo.
"Terima kasih..."
Tak lama berselang sebuah ketukan menginterupsi pembicaraan kedua sahabat ini. Diambang pintu Darren sudah terlihat menenteng dua paper bag cukup besar, ia berjalan santai kearah Zhan. Menaruh dua tas makanan dihadapan keduanya. Kemudian melirik kearah Wang Yibo sekilas.
"Aku harap kau tidak membuat kekacauan pada tuanku" desis Darren.
Yibo mengangkat pandangannya, tersenyum menghina, "Kau anjing yang patuh rupanya..."
"Bisa kalian berdua diam, atau mau aku usir, HAH?!!!" teriak Zhan.
Baiklah, siapa yang bisa melawan jika Zhan sudah berubah menjadi sosok dingin nan kejam. Satu teriakan saja berhasil membuat tuan Wang tertunduk dan meminta maaf, sedangkan Darren lebih memilih keluar dari ruangan tersebut.
"Dasar bocah!" dengus Zhan, mengambil sekotak sushi dari paper bag tadi, ia bahkan menyanyapnya secara kasar.
••••••••••••••••••••••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforeseen [ YIZHAN ]
FanfictionHiatus bentaran naa... UNDER REVISION || Xiao Zhan mau tak mau meninggalkan cinta pertamanya dan merelakan Yibo untuk memilih jalannya sendiri karena rasa sayang yang teramat dalam sebagai seorang sahabat. Prinsip Zhan; selama Yibo bahagia maka ia p...