Among us.

137 19 10
                                    

Semenjak kejadian tak senonoh didepan kediaman utama Xiao; Darren menjadi lebih protektif pada tuan mudanya. Ia mengikuti kemana pun Zhan pergi, bahkan ke toilet.

"Bisakah kau pergi dari hadapanku? Aku muak melihat tampang kaku mu itu!" usir Zhan.

Darren tak ambil pusing, ia duduk santai di sofa yang berada disudut ruang kerja Zhan, "Hari ini bedebah kecil itu datang menemuimu aku akan berjaga disini," tukasnya acuh.

"Astaga! Kau masih dendam pada Yibo hanya karena dia menciumku?" pekik Zhan kesal.

Darren mencebik, "Jika ia bukan seorang pria beristri aku tidak mempermasalahkannya! Dan Yibo melakukan hal tak terpuji itu terang-terangan di depanku! Maksudnya apa, hah?! Menantangku"

"Ya... Yaa... Aku tahu Yifei siapa mu tetapi bisakah kalian tidak memperpanjang masalah?" Zhan sedikit melunak.

"Tidak akan pernah!" ketus Darren.

Zhan mengangguk sekilas, ia lebih memilih memainkan ponsel ketimbang meladeni si kaku Darren, dan ekspresi Zhan yang semula sendu berubah sumbringah saat melihat panggilan video dari seorang kenalannya.

"Baby..." suara lembut menyambut lambaian tangan Zhan ketika sambungan video itu terhubung.

"Hai, bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu," balas Zhan manja.

Wanita diseberang sana tersenyum simpul, "Kau jahat sekali, aku di Paris sekarang dan kata karyawanmu kau sudah kembali ke China"

"Kau di butik? Uhm, bisa berikan teleponmu pada Eric sebentar, baby." pinta Zhan, dibalas anggukan singkat dari si wanita.

Darren hanya melirik sekilas kearah Zhan, ia memang sedang melihat beberapa dokumen namun indera pendengarannya jelas menyimak tiap percakapan tuan muda Xiao.

"Sup, bro!" sapa Eric.

"Berikan hadiahku pada Irine, dan tuxedo milikku segera kirimkan ke Beijing"

"Whoa... Are you serious bro? Kalian menikah? For real?!" Eric berteriak hyperbolis.

Zhan terkekeh, "Nope. Hanya photoshot, lagipula calon Irine lebih tampan dariku, benar'kan, babe?"

"Maksudmu Irine akan ke Beijing setelah ini? Lalu bagaimana denganku?"

"Pakai uangmu sendiri kalau mau ikut kemari!" canda Zhan.

"Jahat sekali" sungut Eric.

"Okay, honey... And see ya~ pastikan kau memanjakanku selama aku di Beijing, ok?" timpal Irine.

"Tentu, sampai nanti," Zhan menutup sambungan teleponnya, ia melirik ke sudut ruangan, "Apa? Dia temanku dan tidak perlu memasang tampang menakutkan seperti itu!"

"Biasa saja" sahut Darren datar.

Zhan mengusap kasar wajahnya, "Tahu begini aku lebih memilih hidup pas-pasan di Paris daripada harus duduk disatu ruangan bersama mu selama delapan jam sehari! Kau membuatku gila." pekik Zhan kesal.

Darren menanggapinya dengan acuh, ia bahkan tidak bergeming saat diusir Zhan.

Tak berselang lama sebuah ketukkan di partisi kaca mengalihkan atensi Darren, begitu pula dengan Xiao Zhan.

Darren bangkit terlebih dahulu dari duduknya, meski ekspresinya datar namun aura kelam sangat jelas terpancar di sekelilingnya. Ia dengan enggan membukakan pintu, bersikap pura-pura ramah pada Yibo.

"Santai saja, aku tidak akan menerkam tuanmu, anjing sialan!" desis Yibo.

Darren lantas mencebik, "Jika bukan karena Zhan dan Yifei sudah kupatahkan lehermu itu."

Unforeseen [ YIZHAN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang