Episode-3

121 15 0
                                    




11.45 PM.

Nanon dan Perth sedang berangkat pulang, suasana hening, tidak ada yang memulai pembicaraan.

"Emm, Non rumah lu dimana?"

Perth memulai pembicaraan nya, karna ia tidak tau dimana letaknya rumah Nanon.

"Didepan situ, gw turun disitu aja ya" jawabnya sambil menunjuk sebuah gardu komplek.

"Gak mau sampai depan rumah nih?" tawar Perth.

"Eh gausah Perth, disitu aja gapapa kok" tolak Nanon.

Hanya beberapa ratus meter lagi, dan pembicaraan sudah hening lagi.

Karna sudah sampai, Perth meminggirkan kendaraan nya, Nanon pun turun, ia berterima kasih pada Perth karna udah dianterin.

"Makasih ya Perth"

"Yoi, yaudah gw duluan ya Non"




Setelah melihat kepergian Perth, Nanon langsung berlari menuju kearah rumahnya yang lumayan jauh dari gardu tadi, sekitar 100 meter.

Dengan ngos-ngosan, Nanon sudah sampai didepan gerbang rumahnya. Ia takut, bisa saja dia akan mati nanti.

Dengan Pelan pelan, ia membuka pintu gerbang, sepi dan hening, itu yang ia rasakan saat memasuki pekarangan rumahnya.

"Apa mereka udah tidur?" Ucap batin Nanon.

Nanon sudah sampai didepan pintu rumahnya, ia membuka nya secara perlahan supaya tidak menimbulkan bising.

Sretttttt.




Plakkkk

Sebuah tamparan lagi, yap itu adalah Ayahnya Nanon.

"KEMANA AJA KAMU HAH? OHH TERNYATA BENER YA... SINI KAMU" teriaknya.

Tangan Nanon ditarik kasar menuju belakang rumah, entahlah Nanon hanya pasrah.

Brukkkk.

Tubuh Nanon dihempaskan kasar ke tanah. Nanon hanya meringis kesakitan, jikapun ia menangis, itu ga ada gunanya.

Splettttt
Splettttttt
Splettttttt
Spletttttttt

Empat kali sabetan, kali ini bukan rotan lagi, tapi ikat pinggang karet. Ayahnya Nanon memang mungkin sudah gila.

"DASAR ANAK BAJINGAN, MATI AJA SANA"

"RASAIN NIH" ucapnya sambil menyabet Nanon berkali kali.

Nanon sudah memohon mohon untuk berhenti, namun yahh, ayahnya itu tidak peduli.

Papahnya hanya bisa melihat itu dari jendela kamarnya, ia tidak bisa berbuat apa apa. Ia dikuasai rasa takut dan khawatir.

Setelah beberapa kali sabetan, Ayahnya Nanon menghentikan nya, dan langsung pergi kedalam rumahnya.

Nanon tergampar ditanah, ada luka yang membekas di seluruh badan nya, mulut, hidung, dan beberapa bagian tubuhnya yang lain mengeluarkan darah segar yang tak henti hentinya mengalir.

"Kakk... to..long.. n..aa..no..nn" ucapnya sambil berusaha berdiri.

Bruk.


Ia pingsan, atau mati(?).











"NANON..... KAMU KENAPA..."













To be continue
_________________________

Uwhhh, makin gajelas kan hehehe. Maap ya Non......

Divote sama komen ya, thankksss💗

..............................................

M a a fTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang