Langkah kaki terdengar menapaki koridor rumah sakit dimana dr. Vano dan dr. Tika mengemban tugas disalah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Merangkap sebagai direktur rumah sakit membuat kesibukan Vano menjadi padat begitu juga dengan dr. Tika sebagai seorang dokter Ahli jantung. untungnya mereka bekerja di tempat yang sama. Keduanya berjalan beriringan dengan senyum ramah menyapa, cantik dan tampan terkadang membuat orang-orang disekitar mereka begitu iri. Siapa sih yang tidak iri dengan pasangan ini.
Kini keduanya berpisah setelah dr. Sartika tiba di ruangannya, sedang dr. Vano masih melanjutkan langkahnya masuk ke dalam lift menuju kelantai empat dimana ruangannya berada. dr. Dhirendra delvano Sp.B ruang Direktur nama yang tercantum di depan pintu ruangannya. Dengan wajah yang masih menampakkan kesegarangan melangkah masuk ke dalam ruangannya yang terbilang luas.
dr. Vano bukanlah pria keturunan sultan dia terlahir dari orang tua yang sederhana, menyelesaikan kuliah kedokterannya dengan menggunakan bea siswa dan juga hasil sawah serta perkebunan yang tidak begitu luas. Ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa dan Bapaknya seorang mantan kepala sekolah menengah. Hidup di lingkungan sederhana tidak membuat Vano patah arang, dengan kepintaran dan kegigihannya dia berhasil meraih gelar dokternya.
Diusia yang sudah cukup matang Vano di pertemukan dengan dr.Tika yang menghadiri seminar disalah satu hotel yang berada di kota Bandung, pada saat itu mereka diperkenalkan oleh dr. Aiza junior dr. Vano.
Menjalani biduk rumah tangga selama tiga tahun tidak menjamin tanpa adanya kendala dan pertengkaran. Apalagi perkara anak, Vano begitu overprotektif terhadap puterinya yang hampir menginjak usia dua tahun.
Dan itulah sebabnya dr. Tika memutuskan mengajak kedua orang tuanya beserta adiknya untuk tinggal bersama mereka agar ada yang mengawasi putri kecilnya dalam penjagaan babysitter karena kesibukan mereka berdua tidak bisa diprediksi, bahkan untuk berkunjung ke kampung halaman suaminya saja dia belum pernah justru kedua mertuanyalah yang kerap mengunjungi mereka dikala merindukan anak dan cucunya.
dr. Tika sendiri memiliki dua orang adik perempuan, HULWA PUTRIA MUNTAZIR yang sebentar lagi menyelesaikan koasnya mengikuti jejak sang kakak dan RAINY SENJA MUNTAZIR yang masih duduk di bangku SMA dan tinggal bersama paman dan bibinya di Bandung.
Jam di dinding menunjukkan waktu istirahat, dengan gontai dr. Tika meninggalkan ruangannya karena ada janji dengan sahabatnya dr.Ainun yang semalam tiba dari Bandung dan juga dr.Aiza, tapi sebelumnya dia menghubungi suaminya dahulu yaitu dr.Vano untuk meminta izin. Entah untuk keberapa kali mengulang panggilan, Vano tak kunjung menjawab panggilannya hingga Tika memutuskan untuk ke lantai empat dimana rungan Vano berada namun nihil ruangan itu terlihat kosong, kembali melangkah keluar dari ruangan untuk bertanya ke sekertarisnya.
"May ... Bapak kemana ya, kok ruangannya kosong?" tanyanya.
"Maaf, Dok. Tadi dokter Vano terburu-buru keluar sepertinya urusan penting."
"Oh, kalau begitu makasih ya, May."
"Sama-sama, Dok."
Menarik nafas panjang membuang kesal Tika kembali masuk ke dalam lift dan turun ke lantai dasar. Sebelum meninggalkan rumah sakit dia menyempatkan mengirim pesan ke suaminya.
"Kemana sih? pergi tidak bilang-bilang," gerutunya sambil mengelus perutnya yang kian membuncit.
Dikehamilannya yang menginjak tujuh bulan, Tika sering mengalami kelelahan bahkan sesak, sebisanya dia mengurangi jadwal kerjanya yang begitu padat.
Tiba di loby rumah sakit, Tika tetap menggerutu, "hufft ... mobilnya dibawa lagi, sebenarnya dia kemana sih? keseringan deh pergi gak bilang-bilang, pasti Ainun dan Zaza udah nunggu lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
TURUN RANJANG 2 "ENDING"
RomanceSetelah Alby yang menikahi adik iparnya sendiri kini kejadian itu terulang kembali kepada sang sahabat, Turun ranjang. Menikahi adik iparnya sendiri demi sebuah permintaan meski terkesan memaksa. dr. Vano, mau tidak mau menikahi adik iparnya sendiri...