PART《7

6.7K 336 14
                                    

Menjelang Fajar Rainy terbangun dari lelapnya, dadanya terasa berat. Setelah membuka mata lagi-lagi Una nemplok cantik didadanya. melirik kesana kemari Rainy tidak melihat keberadaan Vano, karena terhalang oleh sandaran sofa yang membelakanginya.

Dengan hati-hati Rainy menurunkan kepala Una dari dadanya lalu perlahan beranjak keluar dari kamar itu sebelum Vano terbangun, dirinya merasa tidak enak dan takut jika Hulwa salah paham, Rainy berjalan menuju ke kamar Hulwa dia ingin membersihkan badannya dulu tapi sayang pintu kamar itu terkunci, sepertinya Hulwa sengaja menguncinya.

"Kok terkunci sih, Teteh di dalam gak ya?" gumamnya.

Memasuki waktu subuh Rainy memutar badannya ke kamar Ayah dan ibunya yang berhadapan dengan ruang tamu rumah itu.

"Ayah dan Ibu pasti sudah bangun,"

Setelah beberapa kali mengetuk pintu, bukannya pintu kamar Ibunya yang terbuka melainkan pintu kamar Vano, bukan ketukan tepatnya gedoran yang membuat Vano terbangun. Vano melangkah berjalan kearah kamar mertuanya mengejutkan Rainy.

"Astaghfirullah, Kak. Ngagetin aja."

"Kamu sendiri yang ngagetin orang kek kebakaran aja," kesal Vano.

Rainy mengerucutkan bibirnya, merasa kesal dengan semuanya.

"Habisnya Ayah dan Ibu gak bangun-bangun."

Mereka tidak ada Ai, semalam Ayah dan Ibu ke Bandung bersama paman, katanya ada salah satu toko bangunan Ayah yang kemalingan," jelas Vano.

"Haa?" Selama tiba di Jakarta Rainy benar-benar mendapatkan surprise, kejutan-kejutan tak terduga yang membuat emosinya membludak.

"Terus kenapa kamar teteh terkunci, semua barang-barangku ada di dalam."

Semalam Hulwa sudah memindahkan barangmu ke kamarku," balas Vano santai meninggalkan Rainy yang tertegun.

Rainy menghentakkan kakinya mengikuti langkah Vano.

"Barangku-barangku mana, aku ingin pindahkan ke kamar Ibu," ucapnya setelah masuk ke dalam kamar.

"Teteh juga, kek ada sebongkah berlian di kamarnya pake dikunci segala." omelnya.

Karena sudah masuk waktu subuh, Vano segera berlalu ke kamar membersihkan diri tanpa menghiraukan Rainy yang mengomel, sedang Rainy sibuk mencari barang-barangnya untuk di pindahkan ke kamar Ibunya.

"Mana sih," gumamnya.

Untungnya Rainy tidak sholat, jadi dia tidak perlu khawatir melewatkan waktu karena mencari barangnya, sepertinya dia dikerjai oleh Vano.

Dari pada di kamar Vano lebih baik Rainy keluar dan melanjutkan tidurnya di kamar ibunya, tidak butuh waktu lama dirinya sudah terlelap kembali.

Vano yang telah menyelesaikan kewajibannya mencari keberadaan Rainy, pagi ini dia harus segera ke rumah sakit masih banyak yang harus dikerjakan sebagai seorang direktur rumah sakit, bersamaan itu Hulwa keluar dari kamarnya.

"Bagus, ya. Habis berulah terus menghilang," sindir Vano menatap tajam kearah Hulwa.

"Peace Kakak, hanya dengan cara itu, okey jangan marah hari masih gelap," balas Hulwa santai.

"Tapi tidak secepat ini Hulwa, gak kasian apa kamu sama Ai, dia masih labil loh Wa belum cukup dewasa untuk memahami semuanya."

Hulwa tidak menanggapi ocehan Vano dipagi buta ini, dia berlalu ke dapur untuk menyiapkan sarapan karena dirinya juga harus secepatnya ke rumah sakit.

"Maaf, Kak." ucapnya setelah Vano menyusulnya ke dapur.

"Aku gak tega loh Wa, disaat dia bertanya kenapa harus dia. Bukan kamu," lirih Vano menyugar rambutnya kebelakang.

TURUN RANJANG 2 "ENDING"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang