Malam harinya, Leora keluar dari kamar dan terpaksa berjalan ke kamar Samuel. Sejenak ia berhenti di sana dan tampak gelisah. Ia tidak bisa tidur tenang karena suara burung hantu mengusiknya. Entah di mana keberadaan hewan unggas itu, Leora tidak tahu—dan ia tidak ingin mencari tahu.
Selain tikus, Leora juga sangat anti dengan burung hantu. Walau bentuk kedua hewan itu kecil, tapi mereka sanggup membuat Leora bergidik ngeri dan merasa tak nyaman.
Leora kemudian terperanjat karena pintu kamar Samuel seketika terbuka. Matanya langsung bertemu dengan mata Samuel. Pria itu tidak menggenakan atasan, hanya celana panjang katun yang membalut tubuhnya.
"Ada apa?" Samar sudut bibir Samuel tertarik ke atas, namun Leora tidak menangkapnya karena terlalu takut.
"Bagaimana kau tahu—"
"Aku melihat bayangan dari celah pintu."
"Apa kau tidak mendengar suara burung hantu?"
"Entahlah. Aku tidak mendengar apa-apa."
Samuel tahu Leora pasti akan mendatanginya. Lagi pula ia adalah dalang di balik semuanya. Samuel sudah menaruh alarm kecil bersuara burung hantu di kusen jendela kamar Leora yang tertutup tirai sejak pagi tadi bahkan mengatur jamnya, sebelum memasuki dapur dan mendapati Leora sedang memasak.
"Kau yakin?" Leora tampak sangsi.
"Ya, aku sangat yakin," jawab Samuel dengan suara rendah yang seksi. Kemudian pintu dilebarkannya. "Kau ingin kita tidur bersama malam ini?"
"Tidak. Aku akan tidur di bawah." Leora masuk begitu saja, meraih beberapa bantal di ranjang Samuel, meletakkannya ke lantai, sementara Samuel merapatkan pintu dengan seringai licik.
Samuel kemudian berbalik dan memerhatikan Leora yang kini menuju ke lemari pakaian. Leora membuka pintu lemari itu dan berkomentar sinis, "Kau sungguhan menyimpan seluruh pakaianku di sini." Tangan Leora lalu mengeluarkan kasar selimut tebal dari sana, tapi Samuel tiba-tiba muncul di belakang, menaruh tangannya di punggung dan lipatan lutut Leora, lalu menggendongnya wanita itu. Leora sontak terpekik kaget.
"Biar aku yang tidur di bawah."
"Aku tidak percaya denganmu."
Samuel tetap berjalan tegap menuju ranjang. "Jika kau tidak percaya, kau tidak seharusnya mendatangiku, Leora."
"Kalau bukan karena burung hantu sialan, aku takkan berada di sini."
"Burung hantu hm?" Samuel mencoba menahan tawa. Ia lalu menidurkan Leora di ranjang. Seketika Leora menahan napas saat kedua tangan Samuel berpindah di sisi kepalanya, mengurungnya sambil berbisik, "Sepertinya aku harus berterima kasih hewan sialan itu."
Rona merah menjalar di wajah Leora begitu mendapati kilat nakal di mata Samuel.
"Selamat malam, Leora."
Samuel lalu menegakkan tubuhnya kembali dan berderap ke lemari pakaian yang terbuka, menutupnya dan memungut selimut tebal yang tadi dikeluarkan Leora lalu memadamkan lampu tidur di meja kecil dekat ranjang.
Kegelapan seketika menyambut ruangan itu dan suara jam dinding berdetak terdengar jelas di malam yang sunyi. Spontan kedua tangan Leora menaikkan selimut hingga menutupi tubuh lalu meremasnya. Matanya bergulir waspada pada Samuel di bawah yang sudah selesai menggelar selimut. Ia memang tidak dapat melihat jelas tapi ia tahu dari suara-suara yang mengisi kamar bahwa Samuel tengah menata semuanya agar dapat tidur dengan nyaman.
Atau mungkin saat ini, pria itu sudah berbaring memunggunginya. Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi jika Leora terlelap bukan? Mati-matian Leora menjaga agar matanya tetap terjaga. Kini ia memandang langit-langit kamar walau sekali lagi tidak ada yang dapat ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confined By You
Romance[Follow dulu ya sebelum baca] Warning [21+] Samuel V. De Santis adalah keturunan laki-laki De Santis yang memiliki aliran darah yang berbeda. Dan rahasia itu hanya diketahui oleh Marcio. Namun pada akhirnya, Samuel mengetahui fakta itu sendiri lewa...