Ch 9 : He is a Liar

6K 263 19
                                    

"Anda sudah bangun? Saya baru saja akan membawakan sarapan untuk anda," kata Tyler sambil memegang nampan berisi secangkir kopi ekspreso dengan susu yang telah dikocok—dan nampak creamy—bersama sepiring panino; sandwich Italia yang berisi daging, keju dan lembaran sayur.

Leora menatap Tyler yang kini menghampirinya. Ia baru saja membuka pintu kamar dan memutuskan untuk tidak bersedih berlama-lama akibat perbuatan bejat Samuel. Dan saat ini, Leora sudah rapi dengan celana kulot coklat dan blouse peach tanpa lengan, sementara jas putih dipegangnya.

Ia sudah siap untuk ke klinik hari ini dan menenangkan pikirannya sejenak. "Aku bisa sarapan di luar. Dan terima kasih tapi kau tidak perlu repot seperti ini, Tyler."

"Anda perlu tetap di sini dan tidak bisa kemana pun tanpa izin adik anda."

"Di mana dia?"

"Bertemu klien dan membahas bisnis."

"Oke." Leora menerima nampan di tangan Tyler lalu melewati pria itu.

Tyler mengawasi Leora yang jalan berjalannya tampak aneh, sedikit tertatih-tatih—dan wanita itu meletakkan nampan ke sofa, mengambil panino itu dan mengigitnya sepotong sebelum meletakkannya kembali ke piring dan berjalan ke pintu keluar. Menyadari hal itu Tyler bergegas menghalangi Leora di pintu.

"Aku harus ke klinik, Tyler."

"Maafkan saya, tapi Samuel tidak mengizinkan anda keluar untuk sementara."

Leora menelan kunyahannya. "Apa dia menugaskanmu untuk menjagaku?"

"Anda harus tetap di sini sampai dia pulang."

"Aku tidak bisa menemukan ponsel dan laptopku di mana pun. Dia menyitanya dan membuatku tidak bisa menghubungi siapa pun. Dan sekarang aku harus keluar."

Tyler tidak berniat menggeser tubuhnya sedikit pun. Ia tetap berdiri di pintu, menutup akses Leora untuk keluar. "Jika anda ingin pergi ke klinik, Samuel sudah mengatasi hal itu untuk anda. Dia sudah menempelkan kertas di depan pintu klinik. Jadi anda tidak perlu bekerja dan bisa beristirahat sampai kondisi anda pulih."

"Pulih katamu? Apa kau tahu apa yang dia lakukan padaku? Dia baru saja melecehkanku dan kau pikir aku sudi berbagi ruang dengan seorang pemerkosa di tempat ini?!"

Tyler tampak terkejut dan syok mendengar penuturan Leora. Wajahnya berubah tak nyaman ketika melihat emosi dan timbunan air mata di wajah Leora. Leora lalu menyeka air mata di pipinya. Sementara kata-kata Samuel kini berdengung di benak Tyler hingga membuatnya tersadar akan sesuatu.

Aku bahkan tahu siapa yang membunuh keluargaku, dan kini aku sangat menginginkan putrinya.

Samuel tidak akan melakukan hal gila tanpa alasan, dan Tyler mulai memahami semuanya sekarang.

Walau baru dugaan semata namun semua tampak jelas mengarah ke satu titik yang sama. Bahwa pembunuh yang melenyapkan keluarga Samuel kemungkinan besar adalah keluarga yang merawatnya kini, dan Leora adalah salah satu wanita yang memiliki darah De Santis.

"Apa dia punya penyakit, Tyler? Aku bisa membantunya jika dia punya masalah psikis. Tapi dia tidak berhak memperlakukanku seperti ini."

Tidak ada jawaban dari Tyler.

"Apa kau tahu sesuatu, Tyler? Situasi ini benar-benar membuatku gila."

Lagi-lagi tidak ada respon.

"Samuel tampak asing bagiku. Dia berubah menjadi orang yang tidak lagi kukenal."

Tidak lama kemudian terdengar pintu terbuka. Tyler lekas menjauhi pintu saat menyadari kedatangan Samuel—karena apartemen ini menggunakan akses password, dan Samuel mendapatkan angka password itu lewat sang ibu; Patricia De Santis semenjak insiden kecelakaan yang menimpa Leora.

Confined By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang