Bagian 2 - Robin

63 18 8
                                    

Cerita sebelumnya

Selamat tinggal Ayah, selamat tinggal Robin, Selamat tinggal Jogja. Do'akan aku bisa menjalani hidup ini dengan tegar. Dan Robin, semoga kita bisa terus bersama walau hanya lewat suara, maaf aku tidak bisa memberi tahumu sekarang, maaf aku tidak percaya diri dengan keadaan kita sekarang, aku tahu kamu akan kecewa, aku tahu kamu akan berfikir bahwa aku telah meninggalkanmu tanpa memberi sedikit alasan apapun. Terlepas dari itu semua biarkan aku yang menanggungnya, kamu jangan. Kamu cukup membenciku dan biarkan aku pergi, biarkan aku pergi dan mencintaimu dari kejauhan.

.......

Esoknya, aku pergi ke bandar udara pada pukul lima tiga puluh waktu Indonesia bagian barat, tepat pada pukul tujuh tigapuluh aku lepas dari tanah jogja dan terbang bersama angin lalu yang perlahan-lahan meninggalkan jejak-jejak peristiwa yang pernah terjadi di kota ini.

Sambari melihat kota ini dari atapnya, aku terbawa kembali oleh suasana jogja bersama isinya, bahkan lebih dari itu, aku tidak ingin melewatkan sedikitpun perasaan yang sedang kembali aku rasakan ini terbawa oleh mimpi yang mengantarkan aku sampai ke bandar udara berikutnya dengan begitu saja.

Terutama pria itu, iya Robin.

Sungguh semua kenangan yang aku lihat dari atap kota ini hanya tertuju kepadanya, sosok yang selalu buat aku bahagia dan memberiku kelengkapan hidup di setiap harinya. Semua kenangan terlihat jelas menampakkan apa yang terjadi, hanya saja perasaan ini yang tidak kuat melihat hatinya yang sedang patah. Tidak apa-apa, aku akan berusaha mengingatnya yang seharusnya bisa aku ingat dengan bahagia, bukan dengan air mata, sulit memang tapi akan aku coba.

........

Robin Purba Fernanda, atau biasa di panggil Robin Rusle lahir pada tanggal 1 Januari 2005, tinggal di Jogja dari umur 6 Tahun, pria berkulit putih dan berpostur cukup tinggi itu berdarah campuran, ayahnya Chinese sedangkan ibunya Manado, Itulah kenapa mata nya sipit. Kalau dia ketawa pasti matanya hilang kaya di telan sama pipinya sendiri hehe.

Berbekal postur yang cukup tinggi, pria bermata sipit itu juga adalah ketua tim basket SMA kami, dengan style-nya yang sporty Robin cukup di gandrungi banyak wanita di sekolah bahkan sampai ke kalangan kakak kelas. Tak hanya mahir di dalam olahraga, Robin juga anak yang pintar dan menuai banyak prestasi di sekolah, bahkan ia juga di jadikan sebagai calon kandidat ketua osis yang baru.

Soal kenapa bisa kenal dengan Robin, waktu itu tidak sengaja aku di pertemukan di dalam satu kegiatan pentas seni di sekolah, aku menjadi ide cerita di dalam pentas drama musikal dan dia menjadi salah satu perwakilan tim yang mendapatkan apresiasi di bidang olahraga.

Ia menghampiriku ketika aku berdiri sendiri di belakang backstage yang saat itu aku sedang fokus melihat penampilan dari teman-temanku.

"keren!" ia mendatangiku lalu mengatakan hal yang demikian

"maksudnya?"tanyaku

"iya keren! penampilannya, pasti kamu yang buat cerita"

"kenapa bisa begitu?" tanyaku lagi dengan cukup penasaran

"karena cuma orang yang punya andil penuh yang duduk di belakang backstage sendiri dengan keadaan panik"

"emang aku keliatan panik?"

"hahaha.. cemas mu itu nggak bisa di sembunyikan kali, nih munum dulu. Haus kan?"

Waktu itu ia tahu betul bahwa aku sedang panik dan mengkhawatiran penampilan dari teman-temanku, hanya saja aku mencoba untuk biasa saja tapi kelihatanya itu tidak berlaku di depan matanya. Maka dari itu ia menghampiriku, mengajakku untuk mengobrol dan menawarkanku satu minuman.

PEMERAN PENGGANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang