Bagian 7 - Manusia keong

25 7 0
                                    

Cerita sebelumnya

"Hai! Cewek, sini!" orang itu memanggilku sambil mengayunkan tangannya untuk mengajakku duduk di sebelahnya

"siapa namamu tadi?" dia bertanya namaku lagi

"Nabila!" jawabku

"oh iya, nabila, aku putri alfiah, kamu duduk di sebelahku aja"

"Hmm.. nggak papa aku duduk disini?

"it's oke, di kelas ini aku yang berkuasa, jadi nggak usah takut" ujarnya

"thanks putri" jawabku dengan senyum perkenalan

"sama-sama, by the way, jangan panggil aku putri, panggil aja aku alpi, karena nama putri terlalu feminim buat aku, dan mereka juga nggak tahu disini putri tuh siapa, mereka tahunya alpi." terangnya

"oke alpi, thanks."

........

"Selamat pagi anak-anak!" Sapa pagi itu dari guru yang mengajarku pertama kali di sekolah ini

Setelah kegiatan belajar mengajar berjalan sekitar 5 menit, ada satu siswi yang datang terlambat, nafasnya seperti habis lari-lari dari jarak yang lumayan jauh, matanya merah, dan wajahnya sedikit kusut, sepertinya ia terlambat bangun.

"tok..tok..tokk!!!" (bunyi dari ketukkan tangan wanita bermata merah itu ke pintu kelas)

"permisi bu." Kata si wanita itu

"dari mana kamu jam segini baru datang?" tanya guru ke wanita itu

"mohon maaf bu, saya telat, tadi ban motor saya bocor waktu perjalanan ke sekolah, makanya harus singgah ke bengkel dan ganti ban dulu"

"alasan lagi si manusia keong itu" kata alpi yang duduk di sebelahku

(aku hanya diam, dan menyimak perkataan alpi, namun masih belum paham apa yang dimaksudnya)

"yasudah silahkan duduk, lain kali jangan telat lagi ya" kata sang ibu guru

"terimakasih bu" jawabnya

Ketika ingin duduk, si wanita yang disebut manusia keong oleh alpi itu nampaknya adalah teman dekat alpi, dan seharusnya ia duduk disebelah alpi saat ini, namun kata alpi ia disuruh duduk di belakang dahulu, sungguh aku tidak enak hati pada saat itu.

Ketika pada saat jam istirahat, aku lekas mendatangi si wanita yang belum ku ketahui namanya itu, aku meminta maaf dan meminta agar ia bisa menukar tempat duduk yang sedang ia duduki sekarang untuk pindah ke sebelah alpi, namun, ia malah menolaknya.

Katanya, "santai aja, aku juga bosan sama anak itu"

"weee!!! Enak aja, seharusnya aku yang malas sama kamu, sudah kerjaannya telat, tidur disekolah, ngorok lagi!" terang alpi yang begitu tidak terima dengan perkaatn si wanita itu

"emang begitu ya al? kok aku nggak tahu" kata si wanita itu

"ya nggak tahu lah peak! Kan kamu tidur, kalau kamu tahu itu artinya bukan lagi tidur"

"terus lagi apa?" tanya nya

"lagi berenang!"jawab alpi

"kalau lagi berenang pasti nggak lagi tidur dong ya, kalau tidur sudah pasti tenggelam, kan nggak sadar itu" kata si teman alpi

"bodo amat! Aku lapar! ayok bil, kita ke kantin aja" ajaknya ia makan siang kepadaku

"loh al, tungguin, aku juga lapar" katanya

"bodo amat! Berenang aja sana sambil tiduran!" kata alpi dengan sedikit emosi

"kok disuruh berenang sih, sambil tiduran lagi, nggak ngerti deh aku" ujar si wania bermata merah yang bingung sendiri dengan pernyataan nya si alpi.

Pada saat itu akhirnya aku tahu bahwa wanita berambut merah itu bernama yani, kepanjangannya yaaaaaaaaniiiii, hehe canda yani, nama panjangnya Apriyani, perihal sifatnya, kalian bisa nilai sendiri, lolak, aneh dan heboh, itulah kenapa dia di panggil alpi dengan sebutan si manusia keong,

..........

Ketika pada saat dikantin, obrolan kami teramat begitu dalam mengenai kenapa aku bisa sampai disekolah ini, perbincangan kami begitu nikmat dengan adanya makanan yang kami santap pada siang itu.

"Jadi kamu pindah kesini karena ikut ibu kamu?" tanya alpi

"ya begitulah, aku nggak bisa nolak dan pada waktu itu aku juga bingung harus berbuat apa, karena melihat ibu ku hancur untuk pertama kali" terangku

"maaf ya bila, gara-gara kami nanya terus untuk kamu cerita, akhirnya malah buat kamu sedih kaya gini" ujar yani dengan perasaan yang begitu tidak enak hati

"It's oke, ngak papa-papa kok, aku senang juga bisa cerita ke kalian, akhirnya ada yang aku keluarkan dari pikiranku, lama-lama kalau ku simpan dalam otak bisa stroke ringan aku" jawabku dengan sedikit candaan agar semua terlihat aman.

"berpelukan!" ujar yani dengan perasaan yang begitu mengharukan

"eh bentar-bentar deh, tapi aku masih ada yang ganjal" kata alpi

"apalagi si al?" tanya yani

"bil, jadi sekarang kamu gimana sama dia, beneran sudah nggak contact-kan lagi?"

(Perihal itu, aku hanya terdiam dan tidak bisa menjawab apa-apa ke mereka)

Di perjalanan pulang, aku mulai terenyuh kembali dengan pertanyaan alpi yang ketika kami bertiga sedang makan siang di kantin dan membahas tentang robin.

Jujur, aku pun tidak tahu kabar dia sampai saat ini, sedang apa dia, dan dengan siapa dia sekarang, kenapa dia tidak mencariku? Tidak tidak tidak, kenapa aku malah mempertanyakan hal itu, kenapa sekarang aku seolah berharap untuk dicari, siapa aku? Peduli apa dia denganku sekarang setelah aku meninggalkannya. Itu pasti wajar, karena ini memang salahku, sudah seharusnya beban ini menjadi tanggung jawabku sendiri.

Tuhan, andaikan kau mendengarku, aku ingin mereset semua kenangan yang muncul di pikiranku, sungguh, kumpulan-kumpulan penyesalan ini terlalu menggangguku, berbeda dengan perkataanku yang dulu, saat itu aku pura-pura tegar sekali dalam meninggalkannya, dan ketika aku ingin betul-betul melupakan sejenak tentang dia maka justru bayanganmu semakin sering muncul dihadapanku

Begitu beratnya ragamu ku tinggal di yogyakarta, begitu pula sulitnya mesampingkan jiwamu yang membekas dihati perempuan yang lemah ini. Aku telah berusaha semaksimal mungkin untuk berusaha agar semuanya terlihat baik-baik saja, namun lagi-lagi aku gagal sebab rindu ini tak bisa aku atur dan selalu teringat di dalam bayang-bayang semu yang tercipta secara responsive dari kedua mataku.

Perasaan aneh ini terus menerus dan berulang-ulang terjadi secara spontan sampai tidak aku sadari, namun aku berusaha untuk tidak menerimanya, aku mencoba untuk mengalihkannya, aku anggap itu sebagai sisa-sisa kejadian di masa lalu yang membayang tanpa melibatkan perasaan yang sebenar-benarnya, padahal sesungguhnya saat itu aku tahu, bahwa hatiku sedang rindu

Robin, apa kau merasakan hal yang sama dengan apa yang ku rasakan saat ini, bukan saat ini saja, tapi setiap hari, iya setiap hari robin, aku merasakan seperti ini, seperti ada dua dunia diantara kita, yang dimana dalam dunia tersebut kita berbeda namun memiliki gerbang yang sama. Seperti mimpi namun ini nyata.

Sesampainya dirumah, selepas aku menaruh ransel diatas tempat tidurku, aku membaringkan tubuh untuk meluruskan punggung dan menghela nafas secara perlahan sembari menutup mata untuk mengistirahatkan pandangan semu sejenak, tiba-tiba handphone ku berdering, pertanda bahwa ada panggilan yang sedang masuk. Ketika aku membaca siapa yang saat itu menelponku diwaktu siang hari sepulang sekolah ketika tubuh sedang letih-letihnya, disaat itu juga tubuhku tidak bisa bergerak dan terasa kaku, seolah tidak percaya bahwa orang yang selalu aku pikirkan hari itu akhirnya ia mencariku

Robin (tanda panggilan masuk dari handphone nabila).

PEMERAN PENGGANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang