Toxic [ Mark Lee ] (✔)

Toxic [54]

Hari-hari berlalu dengan begitu cepat. Pagi tiba, lalu berangkat menuju sekolah, menghabiskan waktu di sana, pulang, dan sore hari tiba. Kemudian pagi hari datang lagi tanpa di duga. Benar-benar, jika urusan waktu memang sangat cepat, ya. Bahkan tak terasa kini hari kelulusan sudah di depan mata. Hanya tinggal menghitung hari saja bagi siswa dan siswi kelas 12 untuk mengetahui nilai hasil ujian mereka.

Seperti halnya waktu berlalu dengan tanpa terasa, hubungan Rachel dan Yuta pun tanpa di duga makin dekat saja. Yuta menjemput Rachel setiap pagi, lalu akan mengantar perempuan itu ketika pulang sekolah. Kedekatan mereka bahkan sudah menjadi rahasia umum di kalangan para murid di sekolah. Lagipula siapa yang tak akan tahu soal kedekatan mereka, jika setiap pagi saja harus melihat Yuta dan Rachel tertawa-tawa setelah turun dari motor? Tak ada, alias semua sudah hapal dengan tingkah dua orang itu di setiap pagi nya.

Tak ada yang heran kok. Fakta jika Rachel baru saja putus dari Mark tidaklah membuat nama Rachel menjadi bahan gunjingan para siswi maupun siswa di sekolah. Sebab semakin kesini, semua orang semakin tahu jika Mark memang makin dekat juga dengan Lia. Mereka semua pun tahu jika sejak dulu Mark terlihat sering bersama Lia daripada Rachel. Dan ya, atas itulah Lia merasakan imbasnya.

Lia sering kali mendapat cemoohan, ejekan, ia menjadi sering di olok-olok oleh beberapa— ah, bukan beberapa lagi, tetapi banyak. Hampir setiap bertemu dengan gerombolan murid perempuan, ia pasti akan mendapatkan berbagai perbuatan buruk. Terlebih ketika ia tengah berjalan sendirian, gerombolan siswi itu tak segan menertawai dan mengejek ia sebagai si pelakor di hubungan Mark dan Rachel dulu. Sebetulnya tak heran juga jika ia mendapatkan hal seperti ini. Mengingat jika Rachel termasuk siswi berpengaruh, dengan jabatan nya sebagai ketua klub sepak bola putri yang telah menorehkan banyak sekali prestasi di bidang olahraga tersebut selama hampir dua tahun semasa jabatannya sebagai ketua. Rachel termasuk 'orang kesayangan' dari sebagian besar murid di sekolah mereka.

Dirinya tak tinggal diam. Sejak hari kedua ia mendapat 'perundungan' itu ia lantas melapor pada Mark. Ia tak mau menanggung ini sendirian, terlebih ketika kondisi nya tengah hamil muda begini. Ia tak mau tertekan atas olok-olokan itu, pun tak mau jika 'perundungan' yang ia alami makin menjadi.

Beruntungnya, Mark bertindak cepat. Pemuda itu membalas beberapa orang yang telah merundung Lia, dan kemudian berjanji pada Lia jika ia akan terus menjaga Lia dari orang-orang itu. Mark juga tak ingin jika sampai terjadi sesuatu pada anaknya yabg ada di dalam rahim Lia.

Meski begitu, Mark masih terus mencari kesempatan untuk bisa berbicara sejenak dengan Rachel. Jujur saja ia khawatir dengan mantan kekasihnya itu. Ia takut jika ternyata Rachel juga tengah berada di keadaan yang sama dengan Lia, hamil maksudnya. Mark takut jika ia salah mengambil langkah, lebih sering menghabiskan waktu bersama Lia dan malah meninggalkan Rachel yang (bisa saja) tengah hamil.

Namun rasa-rasanya sangat mustahil jika ia bisa berhadapan dengan Rachel. Sebab, setiap saat dapat Mark lihat Yuta terus berada di samping perempuan itu. Dimana pun, kapan pun, bahkan di situasi apapun, Yuta selalu ada. Ketika Mark datang menuju deretan kelas MIPA pun, ia akan mendapati Rachel tengah bersama Yeji. Dan Jeno, ternyata turut andil. Teman satu klub basketnya itu juga sering terlihat bersama dengan Rachel. Paling sering, ia mendapati Yeji dan Jeno ada di kedua sisi tubuh Rachel jika tengah tak bersama Yuta. Hal itu sangat menyulitkan ia untuk menunaikan keinginannya bertemu Rachel.

Sampai pada di titik ia menyerah. Jika ia terus menunggu waktu yang tepat, maka hal itu tak akan pernah terwujud. Yuta, Yeji, dan Jeno terus berada di sisi Rachel. Sehingga kini, ia memutuskan untuk mengambil langkah lain. Terbilang nekat, apalagi sampai mengikuti Rachel menuju kamar mandi seperti ini. Tetapi memang tak ada cara lain lagi untuk berbicara dengan perempuan itu selain menggunakan ini.