Bunga-bunga sakura telah bermekaran di sepanjang jalan kota Tokyo. Semester yang baru pun serentak dimulai di saat nuansa merah muda memenuhi pandangan netra orang-orang yang berlalu lalang. Udara yang sebelumnya terasa dingin dan salju yang menumpuk di mana-mana kini telah lenyap. Digantikan oleh suara tawa dan percakapan orang-orang kala hari masih pagi.
Gadis bersurai (h/c) itu, (Y/n), tampak baru saja keluar dari dalam bus. Ia berdiri sejenak di halte bus yang memang menjadi tujuannya hari ini sebelum melangkah ke area kampusnya.
Suasana yang sama semenjak terakhir kali ia menginjakkan kakinya menyambut dirinya ketika ia memasuki halaman kampusnya. Pepohonan yang tampak rimbun membuat keadaan tampak asri nan sejuk.
(Y/n) tidak langsung berjalan menuju kelasnya. Ia berbelok di ujung koridor gedung kampusnya dan kemudian langkah kakinya berhenti di depan sebuah ruangan.
Manik (e/c)nya bergulir ke atas. Ke arah sebuah papan berukuran kecil yang terletak di atas pintu. Memberitahukan apa nama ruangan itu.
Netranya kembali menatap ke depan. (Y/n) pun mengetuk pintunya sebanyak tiga kali sebelum menggesernya perlahan. Hanya ada beberapa orang di sana. Kebetulan mereka pun tampak tidak peduli dengan keberadaan (Y/n) yang tiba-tiba menampakkan diri di dalam ruangan itu.
Gadis itu kemudian melangkah mendekati salah satu meja. Setibanya di sana, ia pun mengucapkan sebuah kalimat.
"Ohayou gozaimasu, Sensei."
Dosennya yang mengenakan kacamata itu mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas yang menumpuk di depannya. Kemudian ia menatap ke arah (Y/n) yang masih berdiri di sisinya. Tentunya dengan senyum yang masih tersungging.
"Ah, ohayou, (F/n)-san. Ada yang bisa Sensei bantu?" Wanita itu menaikkan kacamatanya yang tampak turun agar ia bisa menatap dengan jelas dan nyaman kembali.
"Saya ingin membicarakan nilai saya di semester lalu, Sensei," jawab (Y/n) singkat. Yang setelahnya membuat dosennya itu lekas mencari berkas dengan nama (F/n) (Y/n) yang dicetak tebal di atasnya.
Setelah ditemukan olehnya, wanita itu kembali bertanya, "Apakah kau ingin melihatnya?"
"Tidak, Sensei," tolak (Y/n) sopan. "Saya ingin memperbaiki nilai saya di semester yang baru, yaitu saat ini."
Dosennya itu mengangguk-angguk sebagai tanda jika ia paham dengan apa yang diinginkan oleh (Y/n). Kembali ia merapikan berkas-berkas milik gadis itu ke tempatnya yang semula. Kini ia hanya menatap lurus ke arah (Y/n).
"Sensei asumsikan jika kau memerlukan tutor untuk saat ini, (F/n)-san. Oleh karena itu, Sensei akan mencarikannya untukmu agar nilaimu tidak rendah di semester yang baru ini." Dosennya itu diam sejenak. Kemudian, ia pun berkata, "Apakah kau sudah menemukan tutor untuk dirimu sendiri?"
(Y/n) pun menggeleng. "Belum, Sensei. Maka dari itu, saya ingin meminta tolong."
"Ah, kalau begitu, Sensei akan kabarkan jika sudah menemukannya." Wanita itu pun tersenyum.
"Hai. Arigatou gozaimasu, Sensei." (Y/n) membungkuk sopan. Kemudian, ia pamit undur diri dari ruangan itu.
***
Helaan napas dihembuskan dari bibirnya. Netranya menatap ke arah sang jumantara yang tampak kelabu dari balik kaca transparan. Awan hitam menggelayut. Menaungi dirinya yang duduk seorang diri di dalam sebuah café.
Manik (e/c)nya bergulir ke arah jalan raya. Di sekitarnya tidak ada terlalu banyak orang yang berlalu lalang. Wajar saja, langit sudah berubah mendung. Warna biru pun telah disingkirkan oleh abu-abu. Yang kemudian disusul oleh awan hitam.
Ia pun yakin, sebentar lagi hujan akan turun. Dan benar saja, tetesan-tetesan air secara perlahan membasahi trotoar. Kepanikan seketika melanda orang-orang yang tidak membawa payung. Mereka berlari-lari kecil mencari tempat untuk berteduh. Sementara yang memiliki payung hanya kembali berjalan setelah memakai payungnya.
Melihat hujan yang turun membasahi bumi hari ini, seketika (Y/n) teringat dengan hari itu. Hari di mana ia merasa sangat-sangat terpuruk. Seolah-olah seperti terjatuh ke dalam jurang tanpa asa. Hanya kegelapan yang berada di dalamnya.
Ya, hari itu. Hari di mana semuanya mulai berubah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Blooming ✧ Inui Seishu
Fiksi PenggemarMusim semi. Adalah saat di mana takdir mempertemukanmu dengan lelaki itu. Tepat di sebelah rumahmu, menyapamu setiap pagi, juga menjadi orang yang mendapatkan ciuman pertamamu. Musim semi telah menyatukan dua sukma yang tak saling mengenal, sekaligu...