Tanpa prolog, maka tidak akan ada epilog. Tanpa aku, maka tidak akan ada kita. Tanpa matahari, maka tidak akan ada sang rembulan.
Waktu memang berlalu dengan cepat. Secepat baskara yang kembali ke peraduannya. Juga secepat hubungan (Y/n) dan Seishu.
"Namanya? Bagaimana dengan namanya?"
Pertanyaan itu dilontarkan oleh (Y/n). Ia berdiri sebentar. Lalu kembali berjalan bolak-balik bak sebuah setrika yang sedang digunakan.
"Ia bahkan belum lahir, (Y/n)."
Sahutan dari sang suami menghentikan gerakan mondar-mandir yang sudah (Y/n) lakukan sejak tadi. Ia menatap ke arah Seishu yang berdiri di ambang pintu. Menyaksikan istrinya sendiri yang sibuk memikirkan nama untuk anak pertama mereka nanti.
"Tetapi, kita tetap harus memikirkannya dari sekarang!" bantah (Y/n) yang memprotes pendapat Seishu.
Tanpa mengatakan ataupun berdebat lebih jauh, Seishu hanya mendekati (Y/n). Ia menarik tubuh wanita itu hingga bersandar pada dada bidangnya. Memberikan ketenangan serta kehangatan di saat yang bersamaan.
"Tenanglah. Aku sudah memikirkannya tentang nama anak kita nanti."
Ucapan Seishu membuat (Y/n) menengadahkan kepalanya. Tubuhnya memang masih bersandar pada dada bidang milik suaminya itu. Binar-binar pada matanya tidak ia sembunyikan.
"Benarkah?" tanyanya kemudian, ingin memastikannya.
"Um. Benar," sahut pria bermarga Inui itu.
"Siapa? Siapa namanya?" tanya (Y/n) tidak sabaran.
Yang ditanya melemparkan senyuman samar. "Aku akan memberitahukannya padamu nanti."
Perkataan Seishu membuat (Y/n) cemberut. Ia tidak menduga jika suaminya yang pendiam itu pun mendadak bisa menjadi jahil. Atau menurutnya demikian.
Tepukan di kepalanya membuat (Y/n) kembali menatap Seishu. Pria itu menepuk-nepuk pucuk kepala (Y/n). Kemudian, mengacak surainya hingga berantakan.
Belum sempat (Y/n) merapikan surainya, ia sudah lebih dahulu membeku di tempat. Di kala bibirnya bertemu dengan benda yang sama milik Seishu. Ia hanya diam saja. Tidak tahu harus berbuat apa hingga pada akhirnya pria itu melepaskannya.
"Aku sangat mencintaimu, (Y/n)."
Meskipun sudah berkali-kali mendengar ucapan seperti itu, nyatanya wajah (Y/n) tetap memerah. Detak jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
"Aku, aku juga sangat mencintaimu."
(Y/n) diam sejenak. Kemudian, ia mendekatkan wajahnya ragu kepada Seishu sebelum mengecup singkat bibir pria itu.
"Anata."
"Hm?"
"Tidak, tidak jadi." (Y/n) menggeleng.
Seishu diam. Tampak memikirkan sesuatu. Namun, setelahnya ia kembali merengkuh tubuh (Y/n). Memejamkan matanya di balik punggung wanita itu.
Setidaknya, ia sangat bersyukur telah mencintai dan dicintai oleh (Y/n).
***
Yo minna!
Akhirnya cerita ini tamat—
Tapi, tapi aku gak terlalu lega karena sebenernya cerita ini udah tamat dari awal. Jadi, ya aku tinggal publish sj setiap hari sksksks—🚶♀️
/seketika keinget utang lain
/koid
/idup lagiOh iyes, terima kasih banyak kuucapkan kepada kalian semua yang sudah baca bahkan juga vomment. Makasih banget, banget, banget!!(ᗒᗩᗕ)❤✨
Terhura aku tuh ueueueue—
Jangan lupa juga mampir ke ceritaku yang lain ya! Dijamin, tingkat kebaperan kalian pasti bakal overdosis.g.y
I luv ya!
Wina🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Blooming ✧ Inui Seishu
Hayran KurguMusim semi. Adalah saat di mana takdir mempertemukanmu dengan lelaki itu. Tepat di sebelah rumahmu, menyapamu setiap pagi, juga menjadi orang yang mendapatkan ciuman pertamamu. Musim semi telah menyatukan dua sukma yang tak saling mengenal, sekaligu...