Tiga bulan pun telah berlalu semenjak pertemuan mereka setelah tiga tahun lamanya. Banyak hal yang telah mereka lakukan. Ditambah dengan fakta jika Seishu menjadi tutor (Y/n) hingga nilai gadis itu membaik di beberapa mata kuliah tertentu. Namun, hal itu jugalah yang membuat hubungan mereka kembali menjadi dekat. Kembali menjadi... seperti dulu.
Hari ini menjadi hari di mana mereka akan melaksanakan tutoring seperti biasanya. Namun, kali ini Seishu datang ke rumah (Y/n) terlebih dahulu. Tentu saja agar mereka bisa berangkat bersama ke tempat tujuan. Mengingat jika hari ini mereka tidak memiliki jadwal kuliah apapun.
Lelaki bersurai pirang itu duduk di atas motornya. Ia mengeluarkan pematik dari saku celananya. Ia menemukan ada sebuah benda lain di dalam sana. Berada di tempat yang sama dengan pematik tersebut. Melihat benda itu, rasa urung kembali menyeruak ke permukaan. Pematiknya kembali ia masukkan ke dalam saku celananya. Kemudian, pandangan miliknya ia alihkan ke atas, ke arah sang jumantara yang didominasi oleh nuansa biru.
"Inupi."
Panggilan yang sama. Panggilan yang hanya digunakan oleh orang-orang yang cukup dekat dengannya. Termasuk gadis itu. Ia sudah berdiri di hadapan Seishu. Dengan pakaian santainya dan juga senyum yang terpatri pada paras ayu sang gadis.
"Apa kau sudah makan? Ingin makan dahulu?" Seishu pun sontak bertanya demikian kepada (Y/n). Yang dijawab dengan gelengan kepala gadis itu.
"Aku tidak terlalu suka makan di pagi hari," jelas (Y/n) singkat. Toh memang demikian. Entah mengapa, makan di pagi hari bisa membuat perutnya sakit.
"Aku pikir kebiasaan burukmu itu telah menghilang, (Y/n). Ternyata masih belum ya," komentar Seishu di saat ia mendengar ucapan gadis itu.
Hanya kekehan yang keluar dari bibir (Y/n). Ia sendiri tidak menyangka jika Seishu masih mengingat kebiasaannya itu. Seolah-olah sudah tercatat di dalam kepalanya.
"Naiklah."
Ucapan singkat itu segera membuat (Y/n) menitahkan tubuhnya untuk melangkah lebih dekat. Seusai memakai helmnya, gadis itu pun naik ke atas motor. Kemudian, ia menggenggam sisi jaket milik Seishu pada pinggang lelaki itu.
"Sudah?"
Tanpa mengatakan apa-apa, (Y/n) hanya mengangguk. Anggukan kepalanya itu dapat dilihat oleh Seishu melalui kaca spionnya. Lelaki itu pun segera memutar gas di stang motornya.
***
Ternyata semuanya masih sama.
Saat di perjalanan tadi, Seishu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Sesekali ia menatap ke arah kaca spion guna untuk melihat wajah (Y/n) dari sana. Sama seperti yang biasa ia lakukan dulu.
Kini mereka sudah tiba di depan sebuah restoran yang tampak sederhana. (Y/n) berdiri sambil mendongak ke atas. Menatap ke arah tulisan yang terletak di bagian atas sebuah papan berukuran sedang. Cukup terlihat jelas untuk dibaca oleh matanya.
Kemudian (Y/n) pun mengalihkan pandangannya dari sana. Tangannya ditautkan pada jari-jemari milik Seishu. Lelaki itu menggenggamnya dengan erat sebelum masuk ke dalam restoran. Kehangatan yang diberikan oleh tangannya dapat dirasakan oleh (Y/n). Sekaligus membentuk kurva yang terbuka ke atas pada bibirnya.
Mereka memilih untuk duduk di tempat yang jauh dari keramaian. Sedikit menjorok ke bagian dalam restoran sederhana itu. Tentu saja itu terjadi karena Seishu tahu jika (Y/n) tidak menyukai keramaian. Ia lebih suka dengan ketenangan dan hal-hal yang berhubungan dengan itu.
Tangan Seishu bergerak menarik kursi untuk (Y/n). Sontak gadis itu mengucapkan terima kasih kepadanya. Masih disertai dengan kurva yang melengkung pada bibirnya. Seusainya, Seishu pun duduk di hadapan (Y/n).
Seorang pelayan restoran mendatangi mereka, kemudian menanyakan apa pesanan mereka. Pertanyaan itu pun kembali dilontarkan oleh Seishu kepada (Y/n). Yang ditanya mulai berpikir. Pasalnya gadis itu masih terlalu bingung untuk sekedar memilih menu makanan yang ia inginkan untuk makan pagi hari ini.
Hingga pada akhirnya, kata-kata yang biasa ia ucapkan kembali dilontarkan oleh bibirnya. "Aku tidak tahu. Pesankan saja sesuai keinginanmu," ucap gadis itu.
Seishu hanya tersenyum singkat. Ia sudah menduga jika (Y/n) akan berkata demikian. Alhasil, lelaki itu memesankan menu makanan yang sama dengan miliknya untuk (Y/n).
"Setelah makan, kau ingin pergi ke mana?"
Pertanyaan Seishu disambut oleh kebingungan (Y/n). "Eh? Bukankah kita akan melakukan tutor hari ini?" tanyanya kemudian. Masih diliputi oleh kebingungan.
Seishu menatap (Y/n) lurus. Tepat pada manik (e/c)nya yang tampak kebingungan. Pun heran.
"Tidak untuk hari ini."
***
Pada akhirnya, Seishu mengajak (Y/n) berkeliling kota Tokyo. Mereka mulai berkeliling setelah menghabiskan makan pagi.
Sang jumantara yang bernuansa jingga tampak ayu di atas sana. Gumpalan-gumpalan permen kapas raksasa tampak bergerak perlahan. Bersamaan dengan sang baskara yang sebentar lagi akan kembali ke peraduannya.
Sebelumnya Seishu mengajak (Y/n) untuk makan malam. Dengan senang hati (Y/n) menyetujui. Toh hari sebentar lagi akan malam dan pertokoan mulai akan ditutup.
Yamaha R15 milik Seishu berhenti tepat di depan sebuah restoran. Kali ini, restoran itu berbeda dengan restoran yang tadi pagi mereka kunjungi. Bangunan restoran yang berdiri di hadapan mereka saat ini terlihat lebih elegan dan juga memberikan kesan Eropa yang sangat kentara. Menandakan jika restoran itu merupakan restoran makanan Eropa.
Tepat setelah (Y/n) usai menganggumi bangunan restoran itu, tangannya sudah digenggam lebih dahulu oleh Seishu. Lelaki itu tidak menatap ke arahnya. Ia menatap ke depan lalu manik dark emerald-nya tiba-tiba bergulir pada (Y/n).
"Ayo, (Y/n)."
Mereka langsung disambut oleh seorang pelayan berpakaian yang didominasi oleh warna putih. Seishu menyebutkan namanya sendiri sebagai nama reservasinya. Kemudian mereka pun diantar ke sebuah tempat yang berada di bagian atas. Tepatnya di balkon.
Balkon itu menghadap tepat ke arah kota Tokyo yang diselimuti langit berwarna jingga. Tampak indah, juga memukau bagi siapapun yang melihatnya.
"Duduklah."
(Y/n) segera duduk di saat Seishu menarik sebuah kursi untuknya. Sama seperti sebelumnya, lelaki itu pun duduk di hadapannya. Pandangan (Y/n) ia edarkan ke sekitarnya. Tidak ada siapapun di sana selain pemain alat musik di atas panggung yang berukuran kecil. Rasa heran pun seketika menghampiri benak (Y/n).
"(Y/n)."
Namanya yang dipanggil membuat gadis itu mengalihkan pandangannya kepada Seishu. Lelaki itu menatap manik (e/c)nya secara intens. Yang seketika membuat detak jantung (Y/n) berdetak dua kali lebih cepat. Seperti ketika ia sedang berlari di saat hampir terlambat kuliah.
"Ya?" (Y/n) pun menyahut.
Seishu merogoh saku celananya. Benda yang sejak tadi pagi berada di dalam sana kini ia keluarkan. Benda yang selalu ia pastikan keberadaannya masih sama. Tidak hilang dari dalam saku celananya.
Sebuah kotak beludru berwarna merah kini terpampang di depan wajah (Y/n). (Y/n) tidak ingin berpikiran macam-macam di kala Seishu membuka perlahan kotak itu. Dan, benar saja. Sebuah cincin dengan permata yang indah menjadi hal pertama yang (Y/n) lihat.
Sontak (Y/n) mengalihkan tatapannya ke arah Seishu. Sorot mata lelaki itu menyiratkan sebuah keseriusan. Bersamaan dengan kehangatan yang tampak terpancar di baliknya. Kemudian, ketika bibirnya mengucapkan kalimat itu, seketika dunia (Y/n) berhenti berputar.
"Menikahlah denganku, (Y/n)."
***
Terima gak? Sksksksks—🚶♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Blooming ✧ Inui Seishu
FanficMusim semi. Adalah saat di mana takdir mempertemukanmu dengan lelaki itu. Tepat di sebelah rumahmu, menyapamu setiap pagi, juga menjadi orang yang mendapatkan ciuman pertamamu. Musim semi telah menyatukan dua sukma yang tak saling mengenal, sekaligu...