Chapter 5 - Kissing

324 61 0
                                    

Kalbu perlahan menjauhi hening. Bersamaan dengan sang bulan yang merangkak naik ke angkasa. Yang kemunculannya telah ditunggu oleh titik-titik bercahaya dalam jumlah banyak.

Sejak tadi, (Y/n) hanya menatap ke arah tangannya sendiri. Tangan yang menggenggam sisi jaket milik Seishu. Sekilas (Y/n) mencuri pandang ke arah lelaki itu melalui kaca spion motor. Sorot matanya yang tampak serius dan datar tengah menatap lurus ke depan. Tepat ke arah jalan raya.

Entah karena apa, Seishu tiba-tiba menatap kaca spionnya. Manik (e/c) itu pun bersitatap dengan manik dark emerald milik Seishu. Tertangkap basah tengah memperhatikan lelaki itu sejak tadi, (Y/n) sontak mengalihkan tatapannya ke arah lain. Menghindari sorot mata Seishu yang sulit diartikan.

Di saat yang bersamaan, detak jantung (Y/n) kembali menggila. Ia bahkan khawatir jika detak jantungnya dapat dirasakan oleh Seishu. Meskipun itu hanya kekhawatirannya belaka saja.

Tak lama setelahnya, Yamaha R15 milik Seishu berhenti di depan rumah (Y/n). (Y/n) pun turun dari atas motor, dibantu oleh Seishu. Rasanya seperti dejávù.

"Terima kasih sudah mengantarku," ujar (Y/n) bersamaan dengan tangannya yang menyerahkan helm yang sebelumnya ia pakai kepada Seishu.

Lelaki itu pun menerimanya. Setelah itu, keadaan kembali menjadi hening. (Y/n) pun seketika merasa pikirannya mendadak buyar. Ia seperti tidak tahu ingin mengatakan apa. Yang ia lakukan hanya memilin jarinya sendiri sambil menatap ke arah lain selain manik dark emerald milik Seishu itu.

"(Y/n)."

Seishu tiba-tiba memanggil nama gadis di depannya itu. Seketika membuat si pemilik nama tampak sedikit tersentak.

Tanpa mengatakan apapun, Seishu mengikis jarak di antara dirinya dan (Y/n). Hingga pada akhirnya, wajah mereka hanya terpaut jarak sekitar lima centimeter. Hembusan napas masing-masing dapat dirasakan.

Benda kenyal milik Seishu itu perlahan menempel pada milik (Y/n). Awalnya ia hanya diam. Saling menempel untuk sesaat. Tentu saja (Y/n) terkejut. Netranya yang tampak melebar itu menatap ke arah manik dark emerald milik Seishu yang terlihat indah di bawah pantulan cahaya sang rembulan purnama.

Perlahan, ia mulai melumatnya. Memberikan sensasi lembut pada bibir (Y/n) yang terasa seperti buah cherry. Manis dan menggoda di saat yang bersamaan.

Bibirnya yang tiba-tiba digigit sontak membuat celah yang cukup besar untuk Seishu. Memanfaatkan kesempatan itu, lidahnya memaksa masuk. Mengabsen setiap gigi milik gadis itu dan juga langit-langit mulutnya.

Merasa jika dirinya membutuhkan pasokan oksigen, (Y/n) menepuk-nepuk dada bidang milik Seishu. Memberikan sinyal kepada lelaki itu untuk menghentikan aksinya.

Dengan enggan, Seishu pun menjauhi wajahnya. Menyisakan benang saliva di antara kedua bibir mereka. Tatapan lelaki itu sontak tertuju pada (Y/n).

Yang ditatap hanya bisa menatap ke arah lain. Lebih tepatnya menghindari sorot mata manik dark emerald itu. Sekaligus meredakan detak jantungnya serta rasa hangat di dalam pipinya. Karena pada kenyataannya, he's still such a good kisser. Yang membuat (Y/n) bersusah payah untuk melupakan adegan yang baru saja terjadi.

"A-Aku masuk dahulu. Kau berhati-hatilah saat di perjalanan pulang nanti," ujar (Y/n) cepat sebelum berbalik dan melangkahkan kakinya mendekati pagar rumahnya.

"(Y/n)."

(Y/n) yang dipanggil pun menoleh. Menatap lurus ke arah Seishu yang juga sedang menatap dirinya. Ia memberikan sorot mata yang tidak dimengerti oleh gadis itu.

"Aku menunggu jawabanmu."

***

Matanya tidak bisa terpejam. Pikirannya masih berputar-putar pada satu hal. Sorot matanya yang tampak mengantuk terlihat dengan jelas. Sangat jelas bahkan. Namun, tetap saja, meskipun sudah berkali-kali ia mencoba, gadis itu tidak dapat terlelap.

Pasalnya hanya satu. Kalimat yang lelaki itu ucapkan serta kiss scene yang mereka lakukan menjadi faktor utama penyebab mengapa (Y/n) tidak dapat tertidur. Bahkan ketika jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Jarang sekali bagi gadis itu tidur di atas tengah malam. Saat ini ia terpaksa melakukannya karena seorang lelaki yang entahlah, mungkin sudah terlelap saat ini juga.

(Y/n) membalikkan tubuhnya menghadap pada langit-langit kamarnya yang dihiasi oleh bintang yang glow in the dark. Namun, bukannya tertuju ke arah bintang-bintang itu, pikiran (Y/n) justru mengarah kepada Seishu. Bahkan wajahnya mendadak terpampang dengan jelas di langit-langit kamarnya.

Kini gadis itu yakin dirinya tidak akan bisa jatuh terlelap malam ini.

***

Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian yang masih berputar-putar di dalam kepala (Y/n). Bahkan meskipun tujuh hari telah berlalu. Selama tujuh hari ini pun, gadis itu selalu menghindari Seishu.

Menolak ajakan makan siangnya, jalan-jalan dengannya, bahkan hingga kegiatan tutoring yang biasa mereka lakukan. Sungguh klise, bukan?

"Sampai kapan kau akan menghindar dariku?"

Suara itu membuat (Y/n) terlonjak. Ia yang tengah duduk di kursi sebuah taman di belakang kampusnya lekas menoleh ke sebelahnya. Seishu berdiri di sana dengan kaos berwarna putih dipadu kemeja biru muda yang lengannya digulung hingga siku. Kedua tangannya berada di dalam saku celananya.

Jujur saja, lelaki itu terlihat tampan saat ini.

"Aku..."

(Y/n) yang tidak tahu harus menjawab apa hanya bisa menyebut kata ganti dirinya sendiri. Ia sudah tidak bisa menghindar lagi ketika Seishu duduk di sebelahnya.

"Kau tidak mencintaiku?"

Pertanyaan itu membuat (Y/n) menoleh sepersekian detik ke arah Seishu. Dengan wajah datarnya, lelaki itu bertanya demikian. Jujur saja, (Y/n) terkejut. Sangat terkejut meskipun ia tahu bagaimana perasaannya sendiri.

Tanpa ragu, gadis itu pun mengangguk juga membuat Seishu kembali mengatakan satu kalimat pernyataan. Yang lagi-lagi membuat (Y/n) tersentak kaget.

"Jika ya, menikahlah denganku," ujar Seishu lagi.

(Y/n) terdiam sejenak. Ia menatap ke arah tanah yang dipijaknya. Kemudian, ia mengembalikan pandangannya kepada Seishu. Lelaki itu masih duduk di sebelahnya. Masih dengan raut wajah yang sama.

Gadis itu menarik napas panjang, lalu menghembuskannya. Ia menatap lurus pada Seishu dan memantapkan hatinya sendiri. Satu minggu sudah sangat cukup baginya untuk berpikir. Memikirkan perasaannya, kuliahnya, dan juga hal-hal lainnya. Sudah cukup baginya menghindari Seishu terus-menerus.

"Ya. Baiklah, aku akan menikah denganmu."

Reaksi wajah Seishu masih tampak normal. Namun, detak jantungnya berdetak lebih cepat daripada yang sebelumnya. Menunjukkan bahwa dirinya tengah berada di saat-saat sedang jatuh cinta.

Tentu saja, jatuh cinta kepada gadis di depannya. Sebagai cinta pertamanya sekaligus cinta terakhirnya.

***

END ━━ # . 'Blooming ✧ Inui SeishuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang