ëpìsødė • 09 •

698 104 8
                                    

Sebelumnya ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelumnya ~

Kedua netra kakak beradik itu langsung saling bertatapan seakan memberi telepati satu sama lain.

" Darimana lo dapetin ini Ho?"

" Dari tante aku... Ada apa sebenarnya dengan kalian? Kenapa tiba-tiba begitu heboh? Kesiniin deh itu obatku loh."

" Nggak. Maaf Ho, gue gak bisa balikin sesuatu yang lo bilang obat itu. Kalo gue balikin sama aja gue ngebiarin temen gue mati perlahan."

Mata Minho tentu membulat raut tenangnya memuram. Tak ingin percaya akan apa yang ia tangkap dari perkataan Changbin.

" Apa maksud kamu bin, kamu pasti bercanda kan haha. Tante aku gak mungkin ngelakuin itu kan?"

" Maaf Ho, tapi kenyataannya obat yang hampir lo minum itu sesuatu yang sangat gue kenal. Itu racun ho."

.
.
.
.
.

Mata Minho membulat, ia sungguh tak ingin percaya dengan prasangka yang ada di otaknya. Ia bungkam terlalu terkejut akan informasi yang baru saja masuk ke telinganya.

Sang bibi ternyata sama saja haha. Nyatanya benar-benar tak ada keluarganya yang memihaknya.

Minho terlihat begitu hancur, hingga semua hanya bisa bungkam dalam alasannya masing-masing.

Bahkan Jeongin si pemuda yang paling muda sampai mengumpat dan menyumpah serapahi kebodohannya sendiri yang tak menyadari apa-apa. Dan dengan bodohnya menuruti saja saat sang tante meminta Jeongin untuk membawakan obat Minho.

Di sisi lain, Jisung langsung memeluk yang lebih tua saat melihat dirinya menunduk penuh tatapan kehampaan itu. Ia tahu semua pasti begitu sulit di percaya bagi kakak tingkat sekaligus matenya itu.

" Haha, Ji... Ternyata bibiku sama aja, ternyata gak ada yang benar-benar sayang sama aku. Haha... " ujar Minho sungguh tampak putus asa.

Jisung ikut merasa hancur mendengar penuturan penuh kehampaan yang dituturkan Minho. Hatinya bisa ikut merasakan rasa sakit hati Minho. Sepertinya kejadian sore tadi mengembalikan ikatan antar mate keduanya. Walau sepertinya Minho masih tak sadar akan hal itu.

Jisung masih diam dan hanya diam menenangkan Minho dengan pelukannya.

Keheningan masih bertahan hingga Minho melepaskan pelukan Jisung.

"Udah lebih tenang kak?" tanya Jisung.

Minho menganggukkan kepalanya sembari menjawab " ehm, Makasih Ji." setelahnya Minho mengalihkan atensinya pada seseorang.

Peka akan hal itu sebelum Minho berbicara Chan berinisiatif terlebih dahulu membuka suara. Membuat Minho bertanya dengan mulutnya sendiri, itu sungguh tragis menurutnya.

Lunatic [Minsung] [SLOW UP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang