05. Memahami Keadaan

2.4K 377 48
                                    

Malam itu, Juna baru selesai bekerja, tepatnya pada jam setengah sembilan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, Juna baru selesai bekerja, tepatnya pada jam setengah sembilan. Pekerjaannya tidak terlalu spesial, hanya sebagai karyawan junior di perusahaan CV. Masuk dengan mengandalkan ijazah SMA juga prestasi-prestasi saat ia sekolah. Gajinya terbilang standar karena sesuai dengan UMK Kota, yang sebenarnya tidak sebanding dengan job desk yang dikerjakannya.

Sempat berkeinginan untuk mencari pekerjaan lain, tetapi rasa takut mengikuti, karena menemukan pekerjaan tidak semudah yang dibayangkan.

Juna tidak pulang sendiri, melainkan bersama kedua orang tuanya. Sandy menjemput menggunakan mobilnya sendiri--satu-satunya harta benda mewah yang tersisa setelah mengalami ekonomi yang sulit--bersama Ratih yang baru selesai membeli bahan-bahan untuk bisnis kecilnya.

Dalam hening yang menyelimuti, Juna fokus melihat gurat lelah yang terbentuk di wajah kedua orang tuanya. Mendadak ia teringat akan kejadian tadi pagi. Entah kebetulan atau apa, saat itu juga Sandy membicarakan persoalan tersebut. "Ayah sama Ibu harus kerja keras sekarang. Biaya mungkin nambah lagi, bukan cuma sekolah Bintang, tapi Abim juga."

Pernyataan itu menyimpulkan satu hal di kepala Juna. Kedua orang tuanya mengizinkan putra bungsunya untuk sekolah, mengabulkan keinginan dan membuka mimpi serta harapan yang selama ini adiknya simpan. Juna berdeham pelan, kemudian memberanikan diri untuk berbicara. "Jangan terlalu keras juga, Yah, Bu. Kalian sekarang pasti gampang capek, kan? Omong-omong, kenapa Ayah nggak ambil uang pensiunan dosen aja?"

"Ayah belum pensiunan, Juna. Ayah ngundurin diri waktu itu. Enggak usah berharap sama uang dari sana."

Juna terdiam, baru ingat akan hal itu. Yakni tentang Sandy yang mengundurkan diri menjadi dosen, tepat saat Ratih mengandung Abim. Juna sama sekali tidak tahu alasannya. Ketika itu, Sandy lanjut bekerja di sebuah perusahaan, tetapi karena seringnya absen, Sandy berakhir dipecat. Untuk yang satu ini, bukan tanpa alasan Sandy jarang masuk. Itu dikarenakan Abim yang kala itu sakit dan terus bolak-balik ke rumah sakit. Hingga akhirnya, pekerjaan yang bertahan sampai detik ini adalah menjadi sopir taksi.

Terlampau penasaran, Juna kembali bertanya, "Kenapa Ayah ngundurin diri? Ayah punya alasan?"

Tak ada jawaban. Biasanya Ratih akan mewakili, tetapi kali ini wanita itu diam. Baik Sandy maupun Ratih sama-sama bungkam, enggan menyahuti. Juna tak lagi berbicara, lebih memilih diam. Mungkin saja ia memang tak berhak tahu lebih akan hal itu.

***

"Nah, kalau pertanyaan yang ini, kamu liat contoh soal yang ada di halaman sebelumnya. Sama, kan? Tinggal disalin aja rumusnya, terus kamu masukkin angka-angka yang ada."

Sembari menunggu Juna dan kedua orang tuanya pulang, Bintang masih mengajar adiknya. Ketika Abim fokus mengisi soal-soal, Bintang tak berhenti menatap sosoknya.

Melankolia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang